November 25, 2024
Opini

Bersyukur

Gianyar-kabarbalihits

Seorang dalang pewayangan di Bali pernah bercerita bahwa dia sangat kagum ketika pada suatu hari dalam perjalanannya menuju pentas melihat sejumlah laki-laki berkumpul sembari minum ‘tuak’ dan ngobrol ngalor ngidul dengan gembira. Kekagumannya tidak terlepas dari keadaannya yang terkait dengan profesinya sebagai dalang yang bisa dibilang sangat sibuk mulai dari mengatur persiapan pentasnya, fisik yang mesti selalu fit karena pekerjaan sebagai dalang harus duduk dan berbicara berjam-jam dan tentu saja ‘begadang’. Sudah banyak diketahui bahwa begadang memerlukan energi yang dobel dan sangat berpengaruh pada kesehatan fisik jika dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Dan pada kenyataannya dia memang menderita sejumlah penyakit yang tergolong berat, walaupun hal itu tidak menurunkan semangat hidupnya untuk tetap berkarya.

Dan suatu ketika juga, saat dia selesai pentas, sejumlah orang yang lagi duduk-duduk, salah satunya didengarnya bisik-bisik ke temannya; “Pasti enak hidupnya pak dalang itu…sudah terkenal, duitnya pasti banyak, gak putus-putus orang yang nanggap.”

Mendengar bisik-bisik seperti itu, sang dalang hanya tersenyum saja. Dia maklum karena orang yang ngomong seperti itu tidak pernah merasakan situasi yang dialaminya; betapa dia mesti selalu dalam keadaan prima, memeras otak untuk meramu cerita, dan sejumlah tantangan lainnya yang mesti dilakoninya yang kemudian mengantarkannya menderita sejumlah penyakit berat seperti disebutkan di atas.

Pengalaman-pengalaman semacam itu mengantarkannya kepada sebuah pemahaman bahwa setiap orang hadir dengan persoalannya sendiri dan satu sama lainnya tidak jarang saling menduga bahwa orang lain kehidupannya lebih menyenangkan atau lebih bahagia. Hal ini muncul karena manusia ingin merasakan pengalaman atau kehidupan yang dialami oleh orang lain yang dianggapnya lebih menyenangkan. Kesadaran semacam itu kemudian membuatnya untuk ‘lebih menerima’ kenyataan hidup yang dijalani. ‘Lebih menerima’ adalah salah satu bentuk penerapan rasa syukur.

Bersyukur adalah sebuah kondisi dimana kita merasa nyaman, senang atau bahagia dengan apa yang dimiliki atau yang diperoleh pada saat ini. Namun keinginan untuk memiliki lebih dan lebih bukan berarti tidak bersyukur, sepanjang hal itu dianggap sebagai sebuah proses, bukan sebuah tujuan. Karena kalau menjadikannya sebuah tujuan, maka akan hal itu akan lebih menjadi beban.

Bentuk lain dari penerapan rasa syukur adalah dengan cara ‘ber-terimakasih’. Setiap kali mendapatkan atau menerima sesuatu, ucapkanlah terimakasih, cukup dalam hati saja atau ucapkan dengan lirih dengan penuh perasaan. Misalnya ketika mampu membeli sesuatu yang sudah lama diimpikan atau ada seseorang yang memberi hadiah yang memang kita inginkan, ataupun situasi-situasi lainnya yang sejenis. Berterimakasih secara tulus, akan membuat perasaan kita terasa nyaman. Kenyamanan member perasaan bahagia.

Cara bersyukur lainnya adalah dengan cara tidak terlalu banyak mengeluh. Mengeluh biasanya terjadi apabila menghadapi kenyataan yang tidak sesuai harapan. Misalnya hasil yang ditargetkan adalah sekian, tetapi pada kenyataannya hasilnya dibawahnya. Keluhan bisa juga timbul karena cuaca. Sering kali kita mendengar, ketika turun hujan, banyak yang mengeluh, “Aduh kok hujan ya”, tetapi ketika cuaca lagi panas terik, “Aduh, kok cuacanya panas sekali, sih”. Sepertinya alam selalu salah. Padahal seperti apapun keluhan kita, alam tetap berjalan sesuai siklusnya.

Baca Juga :  Salam Dari Binjai

Berbagi adalah cara lain menunjukkan rasa syukur. Semenjak pandemi, sejumlah komunitas turun tangan berbuat nyata dengan cara berbagi. Banyak diantara mereka adalah anak-anak mudah yang memiliki idealisme. Mengapa saya katakan memiliki idealisme, karena tidak sedikit diantara mereka dari latar belakang sosial ekonomi yang bukan dari golongan berada, tetapi mereka memiliki semangat berbagi yang tinggi.

Memikirkan atau merasakan hal-hal yang positif adalah bentuk lain dari bersyukur. Sering kali dalam kehidupan sehari-hari kita menghadapi masalah, yang cenderung membuat kita sering mengeluh dan merasakan perasaan negatif; apakah itu menyangkut persoalan keuangan, keluarga, pekerjaan, hubungan pribadi/sosial, kesehatan. Dalam hal kesehatan,misalnya,kalau kita sakit, dari pada memikirkan sakitnya, ada baiknya lebih fokus pada cara-cara atau proses penyembuhannya. Begitu pula ketika kita memiliki masalah pribadi dengan orang lain, dari pada saling sindir, lebih baik fokus pada usaha-usaha memperbaiki hubungan. Demikian pula ketika memiliki masalah keuangan, dari pada mengeluhkan hasilnya, lebih baik fokus pada usaha-usaha meningkatkan penghasilan. Hal ini memang tidak mudah, apalagi persoalan yang dihadapi tergolong parah atau berat. Karena seperti dikatakan banyak orang, memang lebih mudah mengatakannya dari pada melaksanakan. Tetapi minimal dengan tidak memikirkan aspek negatifnya, energi kita tidak terlalu tersedot. Memang hal seperti ini memerlukan waktu dan latihan. Poin yang saya ingin katakan untuk bagian ini adalah, seperti yang dikatakan oleh Rhonda Byrne, dalam bukunya ‘The Magic’ bahwa, pikiran dan perasaan adalah energi. Jadi apapun yang kita pikirkan dan rasakan akan kembali kepada kita. Jadi menurutnya, semakin besar rasa syukur kita, maka semakin banyak yang kita terima.

Perlu digarisbawahi bahwa yang diterima tentu bukan selalu mengacu kepada materi semata, tetapi bisa juga rasa nyaman. Contoh sederhananya adalah ketika kita berbagi, maka kita bisa merasakan rasa nyaman karena telah menolong orang. Nah, sejauh mana kita akan menerima hal-hal lainnya, tentunya semesta yang akan bekerja. Dan saya pribadi sangat yakin dan percaya dengan hal ini.

Terkait dengan cara-cara bersyukur di atas, idealnya kita bisa melaksanakan kombinasi dari poin-poin di atas secara bersamaan. Nah, selamat mempraktekkannya.

Riwayat Penulis :

Alumni Universitas Gajah Mada Yogyakarta (1990), sempat lama bekerja sebagai penerjemah di sebuah kantor perencanaan lanskap dan ‘nyambi’ sebagai pramuwisata paruh waktu. Saat ini mengelola sebuah Sekolah Bahasa Inggris. Sudah menulis 3 buah buku bertema ‘self-help’  ‘Lagasan Bayune’, Tegtegan Bayune’ dan ‘, ‘Lemesin Bayune’.

Related Posts