
Terlahir ‘Melik’ Bukan Untuk Ditakuti, Ditebus Dengan Pebayuhan
Badung-kabarbalihits
Kondisi terlahir Melik dalam istilah Hindu yang berarti sebuah tanda kelahiran seseorang kerap dimaknakan berbeda, baik itu positif maupun negatif. Sebaiknya hal tersebut tidak perlu untuk ditakuti, sebab kondisi melik bisa diruwat atau dilakukan upacara pebayuhan.
Hal tersebut disampaikan oleh Sulinggih, Ida Shri Bhagawan Nabe Mas Dalem Segara saat ditemui di Griya Mas Dalem Segara, Jalan Cangkupan, Badung, Jumat lalu (5/11).
Secara kasat mata susah menilai orang terlahir melik. Dijabarkan adanya beberapa istilah melik, seperti Melik Adnyana, Melik Abimata, Melik Ceciren, Melik Apit Wangke, Melik Apit Telaga, Melik Apit Pancoran, dan lainnya.
“Sebaiknya melik diruwat atau dipebayuhin melik, agar tidak ada terjadi masalah dalam keadaan tersebut. Contohnya ada yang sering kecelakaan, sakit-sakitan, atau boros dan lain hal. Jadi setiap melik dan kategorinya itu ada ciri-cirinya,” Ungkap Ida Shri Bhagawan Nabe Mas Dalem Segara.

Ida Shri Bhagawan Nabe Mas Dalem Segara
Disebutkan, tidak setiap orang memiliki pembawaan Melik, namun melik bisa dibawa sejak lahir lebih dari satu jenis. Juga pada prosesi penebusan Melik atau ruwatan dilakukan dengan cara yang berbeda.
“Seperti Melik Adnyana, utamaning utama ring manusa adalah Jnana. Jadi pikiran yang harus diupacarakan, tujuannya agar diasah. Jaman kaliyuga ini banyak orang ngiring agar ngiringnya berjalan dengan bagus. Setelah itu dilakukan pawintenan saraswati dan lain-lain, sesuai tingkatannya,” Jelas Ida.
Dicontohkan Melik Apit Wangke, yakni tanda lahir (andeng-andeng) di sekitar kemaluan, yang dipercaya biasanya susah mempunyai keturunan, bermasalah dalam rumah tangga, atau dipercaya salah satu pasangan bisa meninggal dunia.
Pada dasarnya Melik adalah sebuah tanda lahir, namun ketika sudah dilakukan pebayuhan atau diruwat niscaya akan membawa menuju kebaikan.
“Astungkara atas anugrah Ida Hyang Widhi Wasa semua akan membawa kebaikan dalam diri sendiri dan lingkungan,” Tutur Ida.
Sebaiknya pemilik Melik bisa diruwat sejak dini. Lagi dicontohkan, untuk yang memilik Melik Adnyana jika tidak ditebus dengan ruwatan mungkin terjadi hal yang tidak diinginkan.
“Itu yang sering alami, dalam prosesi muput upacara. Ada yang sakit-sakitan. Prosesi melik ini sebaiknya diruwat sejak dini, agar tidak kelak sebelum umur 40 tahun itu akan terjadi masalah,” Terang Ida.
https://youtu.be/7CcEScGaeao
Sampai saat ini, banyak orang khususnya umat Hindu yang telah melakukan prosesi pebayuhan nebus melik. Namun hal ini kembali pada keyakinan masing-masing.
“Dalam pelaksanaan upacara pemelikan ataupun manusa yadnya lainnya, bagaimana sang pemuput dan yang dipuput ini harus bersinergi agar rahayu,” Pungkas Ida.
Ditambahkan, dalam pemelikan ini tidak perlu ada yang ditakuti atau dilebih-lebihkan dan kembali pada kesadaran diri masing-masing individu.
“Sebab dalam menjalankan kehidupan ini, terutama Agama Hindu kita meyakini Manusa Yadnya yang artinya ketika kelahiran kurang baik, atau hal lainnya sebaiknya itu diruwat agar tidak terjadi sebuah hal-hal yang buruk pada diri kita sendiri ataupun keluarga dan lingkungan,” Tegas Ida.
Menurut Ida, dalam ruwatan atau pebayuhan dijabarkan menjadi dua macam yakni, ruwatan alit yang dimaksudkan untuk manusia dan ruwatan agung adalah untuk alam, bisa terjadi di desa pakraman, ataupun yang lebih luas seperti Pulau.
“Jadi ruwatan agung contohnya upacara Bhumi Sudha, itu wajib diupacarakan ketika merasa ada yang kurang baik di Jagat niki,” Imbuh Ida. (kbh1)