
Tingkatkan Pengetahuan Spritual, Pratisentana Sira Arya Kubontubuh-Kuthawaringin Gelar Penataran Pemangku dan Serati PPSAKK Se-bali 2021
Klungkung-kabarbalihits
Mengingat begitu besar dan pentingnya peran seorang Pemangku maupun Serati dalam sebuah kegiatan keagamaan dan meningkatkan upaya pelayanan kepada umat. Maka, seorang pemangku maupun serati harus selalu mengasah kemampuan, dan meningkatkan pengetahuan tentang agama dan selalu menjaga kesucian diri.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Pasemetonan Pratisentana Sira Arya Kubontubuh-Kuthawaringin (PPSAKK) Pusat menggelar kegiatan Penataran Pemangku dan Serati PPSAKK Se-Bali 2021 di Wantilan Pura Padharman Kawitan Dalem Tugu, Gelgel, Klungkung, pada Minggu (21/3).
Adapun Tema yang diambil adalah Menggali Pengetahuan, Meningkatkan Spiritualitas, dan Merajut Pasemetonan.
Ketua Umum PPSAKK Pusat, Prof.Dr. I Ketut Mertha, SH,M.Hum. mengatakan, pengalaman yang didapat dari penataran Pemangku dan Serati PPSAKK ini agar dapat disinergikan dengan perkembangan nilai-nilai Agama, nilai Filosofi, tatwa Agama Hindu yang adiluhung, dimana kualitas Pemangkuan dan Serati di Pasemetonan Pratisentana Sira Arya Kubontubuh dapat diisi dengan pemahaman-pemahaman yang matang.
“Kami di pesemetonan berkewajiban untuk mengisi para Pemangku dan Serati diisi dengan sastra Agama Hindu yang adiluhung, agar tidak ada yang salah, dan ini sebagai dasar utama,” Ucapnya.
https://youtu.be/lLwkh6LZ0dw
Sementara Kepala Bidang Mental dan Spiritual yang juga sebagai ketua panitia acara, Prof. Dr. I Nengah Duija, M.Si menyebutkan, kegiatan ini rutin digelar untuk meningkatkan pengetahuan para Pemangku. Sebab Pemangku dinilai sebagai ujung tombak pada pelaksanaan Agama ditingkat bawah.
“Kalau Sulinggih menengah keatas. Supaya ujung tombak ini tidak kelabakan dalam beberapa aspek dengan teologinya, terkait dengan tradis pelaksanaannya perlu diupgrade,” Jelasnya.
Mantan Rektor IHDN Denpasar ini juga menyampaikan, selalu adanya perubahan yang disebabkan oleh perkembangan jaman, dan dipastikan tidak bisa dihindari.
“Ketika perubahan itu terjadi apa yang harus kita siapkan, salah satunya kita harus memperkokoh diri bahwa Pemangku itu adalah bagian terpenting dari pelaksanaan agama yang ditingkat bawah. Perencanaan kita adalah periodik, setiap tahun akan diadakan,” Katanya.
Sehingga output yang didapatkan oleh Pemangku yakni mendapatkan pengetahuan baru dan pendalaman pengetahuan yang harus dilakukan oleh seorang Pemangku.
“Jangan sampai Pemangku kita merasa kewalahan ketika masyarakat bertanya sesuatu tentang pelaksanaan agama. Jadi jangan sampai dia bertanya kepada orang yang tidak berkompeten,” Ujarnya.
Prof Duija berharap nantinya para Pemangku mempunyai visi yang sama tentang perkembangan dari leluhur Pasemetonan Pratisentana Sira Arya Kubontubuh-Kuthawaringin.
Kegiatan Penataran Pemangku dan Serati tersebut juga mendatangkan Narasumber dari BendesaAgung Majelis Desa Adat Provinsi Bali, Ida Panglingsir Agung Putra Sukahet yang mengantarkan topik tentang ‘Peranan Pemangku di Desa Adat Propinsi Bali Dalam Menghadapi Tantangan Kekinian’. Disebutkan adanya tantangan dan ancaman baik dari luar maupun dalam bagi umat Hindu Bali.
“Dari luar yang berupa ancaman, dan dari dalam berupa tantangan, seperti SDM. Oleh karenannya utamanya Serati dan Pemangku yang menjadi poros terdepan, mereka yang akan mengajegkan adat Bali, dresta Bali dimanapun Hindu Bali itu. Pemangku dan sarati ini mesti terlebih dahulu meningkatkan diri, selalu instropeksi diri yang didasari oleh pengabdian kepada Ida sang hyang widi, bhatara semua, didasari oleh kesucian hati dan pikiran tanpa pamrih,” Jelasnya.
Narasumber lainnya, Jero Mangku Brigjen Pol. Drs. I Putu Gede Suastawa, S.H, M.H juga sebagai Kepala Badan Narkotika (BNN) Propinsi Bali memaparkan materi dengan topik ‘Etika dan Sesana Kepemangkuan’. Seorang Pemangku dinilai punya etika profesi. Dimana para Pemangku yang melaksanakan dresta tersebut berdasarkan sastra yang ada.
“Banyak sastra yang mengurai kode etik seorang sebagai pemangku, supaya baik dan benar,” Katanya.
Jero Mangku Suastawa pernah berpendapat ditujukan kepada bebondresan yang pernah mengusik ranah suci dijadikan bahan lelucon, menurutnya hal itu tidaklah benar.
“Pemangku dijadikan bebondresan, Ratu Pedanda dijadikan bebondresan, saya di tahun 2017 bersurat resmi kepada lembaga yang membawahi bondres-bondres itu. Karena bondres itu bekerjasama dengan BNN. Saya menegur, harus memiliki kreatifitas yang tinggi jangan mengutik ranah suci yang dijadikan lelucon. Dari saat itu sampai sekarang tidak ada lagi bondres yang bikin lelucon terhadap kepemangkuan maupun Ida Pedanda.” Ungkapnya.
Diharapkan, para Pemangku kedepannya mengerti tentang sesana sebagai Pemangku yang mengerti dengan tugas dan kewajibannya.
“Tidak boleh berpikir tentang materi. Kalau selalu berpikir tentang materi itulah jadi diusik ranah kita (Pemangku), karena dianggap materi sesari saja. Namanya menjadi Pemangku harus ngayah ikhlas secara lahir dan batin di Pura yang kita sungsung,” Tegasnya.
Dijelaskan juga, tidak boleh menunjuk diri sebagai seorang Pemangku. Seharusnya Pemangku harus ditunjuk, dipilih, dan diwinten oleh pemaksan.
“Tidak boleh sendiri menunjuk, tetapi mencalonkan anak keturunan Pemangku bisa. Karena bagian dari Pemangku. Sehingga kedepannya Pemangku bisa lebih baik, tidak terjadi konflik di keluarga,” Imbuhnya.
Klian Gede Pura Dalem Tugu, I Wayan Suparta merasa bahagia dengan adanya kegiatan ini, yang tujuannya dapat menyatukan pikiran Pasemetonan Pratisentana Sira Arya Kubontubuh.
“Acara seperti sekarang dapat menyatukan pikiran dan persepsi pemangku seluruh Kabupaten Kota Se-Bali , sehingga Jero Mangku di Pasemetonan tidak masuk aliran-aliran seperti sekarang. Juga menjadi harapan saya dan harapan pengurus pusat, melaksanakan apa yang sudah kita terima dan warisi,” Katanya.
Koordinator Bidang Organisasi Komunikasi dan Informasi Prof. Dr. I Nengah Sudipa, MA. menambahkan, selain melakukan pembinaan tiap Kabupaten/ Kota, pihaknya juga membuat media berupa majalah bernama Canti Swara, yang dapat memberikan informasi khususnya kepada Pasemetonan Pratisentana Sira Arya Kubontubuh.
“Sumber-sumber beritanya diperoleh dari Tatwa, penulis warga kita tentang agama, tentang upacara. Serta laporan seluruh pengurus Kabupaten ada di dalam majalah,” Ucapnya.
Selain itu, majalah ini menyuguhkan cerita berbahasa bali, geguritan bahasa bali, yang bertujuan untuk mengawal Pergub No.80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Sastra, Aksara, Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali. (kbh1)