
Sinergi Akademisi dan Krama Desa, Pura Puncak Sari Bersiap Bangkit dengan Wajah Baru
Karangasem-kabarbalihits
Upaya pelestarian warisan budaya dan spiritual di Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, mendapat dorongan nyata melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang berfokus pada penataan Pura Puncak Sari. Program ini berhasil merumuskan rencana komprehensif mulai dari survei lapangan, pemetaan kondisi eksisting, Focus Group Discussion (FGD), hingga penyusunan gambar desain dan Rencana Anggaran Biaya (RAB).
Hasil evaluasi menunjukkan, kondisi fisik Pura Puncak Sari mengalami kerusakan cukup parah. Hampir seluruh pelinggih, termasuk pelinggih utama, tercatat rusak lebih dari 90 persen akibat faktor usia maupun bencana alam. Akses menuju pura yang berada di kawasan perbukitan juga dinilai terbatas, sehingga membutuhkan penataan ulang agar lebih aman dan layak bagi umat.
Melalui FGD yang melibatkan masyarakat pengempon, tokoh adat, akademisi, serta perwakilan pemerintah, disepakati sejumlah prioritas penataan. Rehabilitasi pelinggih utama seperti Padmasana dan pelinggih lain yang rusak menjadi fokus utama, diikuti penataan kawasan pura sesuai konsep “Tri Mandala” yakni Utama Mandala, Madya Mandala dan Nista Mandala agar seluruh aktivitas keagamaan tetap berjalan selaras dengan tradisi Bali.
Selain aspek spiritual, peningkatan fasilitas juga menjadi perhatian. Akses jalan masuk, area parkir, serta bale serbaguna dirancang untuk memberikan kenyamanan sekaligus mendukung kelancaran kegiatan keagamaan. Para tokoh adat menekankan penggunaan material lokal seperti batu padas, bata merah, ijuk, serta ornamen ukiran khas Bali agar keaslian arsitektur tetap terjaga.
Proses revitalisasi diproyeksikan dilakukan secara bertahap melalui partisipasi aktif masyarakat. Mekanisme gotong royong, swadaya dana, serta pelaksanaan ritual adat akan menyertai setiap tahap pembangunan, sehingga nilai kebersamaan dan spiritualitas tetap hidup.
Rancangan penataan kawasan pura ini berlandaskan pada prinsip Asta Kosala Kosali dan Asta Bumi, yang mengatur harmoni tata ruang, proporsi bangunan, serta orientasi spiritual. Masterplan mencakup pembangunan sejumlah komponen utama seperti Meru Tumpang 2, Gedong Pelinggih Betara Puncak Sari, Bebaturan Rong 2, Manjangan Sake Luang, Sanggah Ragung, hingga Padma Capah atau Manik Bingin. Fasilitas penunjang seperti Bale Kulkul, piasan, dan pelataran terbuka juga masuk dalam rancangan.
Dengan adanya dokumen perencanaan yang jelas, masyarakat pengempon kini memiliki acuan spasial untuk melaksanakan pembangunan secara berkelanjutan. Selain menjadi pedoman internal, dokumen ini juga dapat dijadikan dasar pengajuan hibah ke pemerintah, guna memperkuat dukungan terhadap pelestarian budaya dan spiritual masyarakat Desa Jungutan.
Program revitalisasi Pura Puncak Sari ini menjadi bukti nyata sinergi antara akademisi dan masyarakat dalam menjaga keberlanjutan arsitektur tradisional Bali, sekaligus memperkuat identitas budaya yang diwariskan secara turun-temurun.(r)