
Fakultas Farmasi Unmas Denpasar Kembali Wujudkan Implementasi Kerjasama melalui Penyuluhan Kesehatan Pemanfaatan Tanaman Herbal kepada Warga Binaan Lapas Perempuan Kelas IIA Kerobokan
Badung-kabarbalihits
Tindakan kriminalitas dapat dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari ekonomi, sosial, psikologis, hingga budaya. Pelakunya pun tidak memandang gender, baik laki-laki maupun perempuan bisa terjerat dalam kasus hukum. Demi memberikan pembinaan yang tepat bagi narapidana perempuan, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan dibentuk dengan mempertimbangkan kebutuhan dan karakteristik yang berbeda dari narapidana laki-laki. Pemisahan ini juga bertujuan menciptakan lingkungan pembinaan yang aman, nyaman, dan kondusif bagi perempuan.
Sejalan dengan misi pembinaan tersebut, Lapas Perempuan Kelas IIA Kerobokan senantiasa mendorong berbagai program pemberdayaan yang memberikan bekal keterampilan dan pengetahuan bagi warganya. Tujuannya jelas, agar mereka mampu mandiri ketika kembali ke tengah masyarakat, baik dari sisi kesehatan maupun ekonomi.
Salah satu fokus pembinaan kali ini adalah pengetahuan tentang Tanaman Obat Keluarga (TOGA). Tanaman ini bukan hanya bermanfaat bagi kesehatan, tetapi juga memiliki potensi ekonomi jika diolah dan dipasarkan dengan baik. Pemanfaatan TOGA dapat dilakukan mulai dari mengolahnya menjadi produk kering tahan lama, hingga mengemasnya secara menarik untuk dijual.
Untuk itu, sejak tahun 2020, Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati (Unmas) Denpasar telah menjalin kerja sama dengan Lapas Perempuan Kerobokan. Kolaborasi ini diwujudkan dalam berbagai kegiatan pembinaan. Pada Selasa (5/8), Unmas Denpasar kembali menggelar program edukasi dan pelatihan, diprakarsai oleh Dr. apt. I Made Agus Sunadi Putra, S.Si., M.Biomed., MH.Kes.
Program ini dirancang untuk memberi warga binaan kesempatan belajar keterampilan baru yang bermanfaat setelah bebas nanti. Tiga materi utama menjadi fokus kegiatan, yakni pemanfaatan tanaman herbal, optimalisasi lahan pekarangan untuk TOGA, dan sistem tanam hidroponik.

Materi pertama dibawakan oleh Dr. apt. I Made Agus Sunadi Putra. Ia menjelaskan manfaat berbagai tanaman yang umumnya digunakan sebagai sayuran atau bumbu dapur, namun juga dapat diolah menjadi obat tradisional.
Warga binaan diajak mengenal jenis-jenis tanaman yang mudah ditanam di lahan sempit, termasuk teknik bercocok tanam di perkotaan dengan media minimal, bahkan menggunakan sistem hidroponik. Menurutnya, pemanfaatan tanaman herbal tidak hanya menyehatkan, tetapi juga bisa menjadi peluang usaha rumahan.
Materi kedua disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Ni Gst. Ag. Gde Eka Martiningsih, M.Si. dari Fakultas Pertanian dan Bisnis Unmas Denpasar. Ia memaparkan bagaimana lahan pekarangan, meski terbatas, bisa dimanfaatkan untuk menanam TOGA.

Prof. Eka mengajak warga binaan melihat peluang dari bahan bekas dan sampah organik rumah tangga. Botol plastik, kaleng, hingga kemasan bekas ternyata dapat diubah menjadi wadah tanam yang efisien. “Lahan sempit bukan penghalang, justru bisa menjadi lahan produktif jika dikelola dengan kreatif,” ujarnya.
Ia juga memperkenalkan konsep teba modern dan pemanfaatan telajakan sebagai solusi bercocok tanam di wilayah padat penduduk. Dari pengelolaan sederhana ini, warga binaan bisa mendapatkan bahan baku herbal untuk konsumsi pribadi atau dijual.
Materi ketiga menghadirkan Ni Luh Gede Ambaradewi, S.TP., M.P. dari Universitas PGRI Mahadewa Indonesia. Ia membawakan pelatihan sistem hidroponik, metode menanam tanpa tanah dengan memanfaatkan larutan nutrisi.
Sesi ini tidak hanya berisi teori, tetapi juga praktik langsung. Warga binaan memanfaatkan bahan bekas untuk membuat instalasi hidroponik sederhana, lalu menanam bibit seledri. Tanaman ini dipilih karena familiar dan sering digunakan dalam menu sehari-hari.
Metode hidroponik dinilai cocok untuk warga binaan karena hemat lahan, ramah lingkungan, dan memiliki potensi ekonomi tinggi. Dengan modal kecil, hasilnya dapat dijual sebagai produk sayur segar berkualitas. Selain para pemateri utama, kegiatan ini juga difasilitasi oleh tim dosen Fakultas Farmasi Unmas Denpasar, antara lain Dr. apt. Ni Luh Kade Arman Anita Dewi, S.Farm., M.Biomed; apt. Fitria Megawati, S.Farm., M.Sc; Dr. apt. Ni Nyoman Wahyu Udayani, S.Far., M.Sc; dan Dr. apt. Puguh Santoso, S.Si., M.Biomed.
Tidak ketinggalan, mahasiswa Fakultas Farmasi turut membantu jalannya pelatihan. Kolaborasi ini menciptakan suasana pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan, sehingga warga binaan lebih mudah memahami materi.
Kepala Lapas Perempuan Kelas IIA Kerobokan, Ni Luh Putu Andiyani, Amd.IP., SH., MH., memberikan apresiasi tinggi terhadap kegiatan ini.
“Kami sangat menyambut baik program edukatif seperti ini. Tidak hanya menambah wawasan, tapi juga memberikan harapan dan bekal keterampilan kepada warga binaan. Semoga kerja sama dengan Fakultas Farmasi Unmas Denpasar ini bisa terus berlanjut ke depannya,” ujarnya.

Menurutnya, pembinaan semacam ini sejalan dengan tujuan pemasyarakatan, yaitu membekali narapidana agar mampu hidup mandiri dan bermanfaat bagi masyarakat setelah bebas.
Kegiatan ini menjadi bukti bahwa pembinaan di Lapas tidak hanya soal disiplin dan aturan, tetapi juga tentang membuka jalan baru bagi masa depan para warga binaan. Melalui keterampilan seperti pemanfaatan TOGA, pengelolaan pekarangan, dan hidroponik, mereka diharapkan mampu memulai usaha kecil, menjaga kesehatan keluarga, dan lebih percaya diri menghadapi kehidupan baru setelah masa tahanan berakhir.
Kolaborasi antara Lapas Perempuan Kerobokan dan Unmas Denpasar menjadi contoh sinergi positif antara lembaga pendidikan dan lembaga pemasyarakatan. Di balik jeruji, selalu ada ruang untuk belajar, tumbuh, dan berubah menjadi pribadi yang lebih baik.(r)


