September 10, 2025
Daerah Seni Budaya

PHDI Bali Harapkan Umat Pahami Makna Melasti

Denpasar-kabarbalihits

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali, I Nyoman Kenak berharap umat Hindu lebih memahami makna dari Melasti yang merupakan salah satu rangkaian dari Hari Suci Nyepi.

Umat Hindu di Bali khususnya tengah melaksanakan rangkaian Hari Suci Nyepi Tahun Caka 1947, yang jatuh pada hari Sabtu, 29 Maret 2025. Rangkaian Nyepi meliputi Upacara Melasti, Tawur Kesanga, Pengerupukan, Nyepi, dan Ngembak Geni.

I Nyoman Kenak menjelaskan, diawali dari prosesi Melasti, biasanya dilaksanakan 4 atau 3 hari sebelum Nyepi menurut penerapan Desa Adat masing-masing di Bali.

“tergantung dari kesepakatan, kebiasaan, yang namanya Tri Semaya itu sendiri. Tanggal 25 ada, puncaknya sehari dan dua hari sebelum Tawur Kesanga. Jadinya bisa tiga hari sebelum Nyepi,” jelas Ketua PHDI I Nyoman Kenak, Selasa (25/3/2025).

Melasti dijabarkan dari kata Mala dan Asti, berarti menghilangkan kotoran yang melekat dari diri sendiri, terutama pada pikiran, sehingga Melasti bertujuan untuk menyucikan diri dan alam semesta.

Upacara melasti dapat didefinisikan sebagai nganyudang malaning gumi Ngamet tirta amerta, yang berarti menghanyutkan kotoran alam menggunakan air kehidupan.

Dalam kepercayaan Hindu, sumber air seperti danau dan laut dianggap sebagai asal tirta amerta atau air kehidupan. Sehingga Melasti atau Mekiyis dapat dilakukan di sumber air, seperti di sungai, laut, dan danau.

“kalau masyarakat Bali yang dekat laut ya bisa ke pantai, yang tinggal di gunung dekat danau bisa ke danau, itu maknanya sama. Yang penting sumber air, karena air sumber kehidupan bagi semuanya,” ujarnya.

Saat Melasti iring-iringan akan menuju sumber air mengusung perangkat-perangkat keramat peribadahan atau Pralingga Ida Bathara berupa Rangda, Barong, Arca, pratima, dari pura di wilayah masing-masing.

Baca Juga :  PHDI Bali Minta Hentikan Bongkar Pura Bernilai Cagar Budaya

Dimana berbagai Pralingga yang diusung nantinya akan disucikan dengan Tirta yang diambil dari sumber air tersebut.

“diusung, dibawa, dicelupin ke laut, itu tidak benar. Itu cuma dipercikkan dengan tirta. Sifat-sifat keduniawian yang dibersihkan untuk Ngamet agna sarwa Amerta, artinya kita mengambil sari-sari kehidupan di sumber kehidupan, laut ataupun danau,” pungkasnya.

Setelah prosesi Melasti, Pralingga Ida Bhatara nyejer di Pura Bale Agung, Pura Desa, atau Puseh hingga Tawur dilaksanakan dan kembali ke Pura kahyangan masing-masing. (kbh1)

Related Posts