Stop!!! Narasi Politik Praktis Untuk Adu Domba
Denpasar-kabarbalihits
Nomor urut pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden, maupun nomor urut calon legislatif (caleg) telah ditetapkan oleh KPU. Ini menandakan bahwa akan ada 3 paslon presiden dan wakil presiden akan bertarung pada Pemilu Serentak tahun 2024. Diharapkan, kontestasi politik Pemilu 2024 yang saat ini tengah memanas di Tanah Air tidak menyebabkan dampak buruk seperti pada Pemilu tahun 2019 silam.
Oleh karena itu, paslon, caleg, maupun partai politik peserta Pemilu jangan sampai membangun narasi-narasi negatif yang dapat mengadu domba masyarakat. Paslon, caleg, maupun partai politik mestinya mengadu gagasan visi misi dan program-program untuk membangun bangsa yang lebih baik ke depannya.
Pengamat Politik, Prof. Dr. Drs. Anak Agung Gede Oka Wisnumurti, M.Si., mengatakan paslon, para caleg, dan partai politik peserta pemilu yang sudah ditetapkan oleh KPU berkewajiban untuk menyampaikan gagasan, visi misi, dan program dalam rangka menyejar mimpi dan harapan masyarakat ke depan. Begitu juga kepada masyarakat pemilih juga harus bisa menangkap makna dari demokrasi. Sebab, demokrasi adalah kesempatan bagi mereka untuk menentukan pilihan secara rasional mengacu kepada program kerja dan visi misi yang dibangun oleh masing-masing paslon maupun para caleg.
Guru Besar Fisip Universitas Warmadewa (Unwar) ini tidak ingin perpecahan di tengah masyarakat pada Pemilu 2019 lalu terjadi kembali pada Pemilu 2024 ini. Dikatakan, pada pemilu 2019 Bangsa Indonesia sempat terpecah belah oleh pola-pola politik yang bisa sangat “merusak” tatanan hubungan sosial di masyarakat. Oleh karena itu, kedewasaan politik dan tingkat kecerdasan politik, pemahaman, serta kedewasaan berdemokrasi di level masyarakat di tahun 2024 ini sangat penting dilakukan.
Pihaknya meyakini masyarakat Indonesia saat ini sudah sangat cerdas, paham, dan tidak mau diadu domba seperti Pemilu 2019. Masyarakat Indonesia sudah melek dengan berita-berita hoax atau narasi-narasi yang tidak mendidik dibangun oleh oknum-oknum tertentu yang dapat memecah belah masyarakat.
“Saya punya keyakinan masyarakat kita sangat cerdas untuk mulai paham dan tahu mereka untuk tidak diadu domba, diberikan berita-berita atau narasi-narasi yang tidak mendidik, karena ini akan sangat merusak,” tegasnya.
Selain itu, sentimen-sentimen politik praktis jangan sampai digunakan oleh paslon, caleg, maupun partai politik untuk menarik simpati masyarakat. Prof. Wisnumurti, mengatakan bahwa sintimen masyarakat Indonesia adalah akan membela mereka yang tersolimi dan “tertindas”. Oleh karenanya, sentimen-sentimen ini jangan lantas dinarasikan sebagai suatu hal yang kesannya dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan politik praktis.
Untuk itu, Ketua Yayasan Kesejahteraan Korpri Provinsi Bali ini, mengajak paslon, caleg, partai politik, dan masyarakat menyongsong demokrasi pada Pemilu 2024 dengan riang gembira, suka cita, dan rasional dalam menentukan pilihannya dengan bijak sesuai dengan hati nurani. “Itu yang terpenting bagi saya, karena demokrasi itu sepenuhnya ada di tangan rakyat, hak-hak politik sepenuhnya ada di tangan rakyat, dan rakyatlah yang menentukan pilihan-pilihan politiknya,” tandas Wisnumurti. (kbh2)