December 3, 2023
Daerah Peristiwa

Warga Desa Kelating Tabanan Mulai Keluhkan Bau Busuk Sampah Kiriman di TPS Eks Galian C

Tabanan-kabarbalihits

Sebagian warga Desa Adat Kelating, Kerambitan, Tabanan, mulai mengeluhkan bau menyengat sampah kiriman dari 3  wilayah Denpasar, Badung, dan Tabanan di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Kelating, eks Galian C.

Dalam sepekan terakhir, tiap harinya lebih dari 150 truk sampah berdatangan ke TPS Kelating pasca terbakarnya TPA Suwung, Denpasar dan TPA Mandung, Sembung Gede, Badung.

Salah seorang warga Kelating, Dewa Nyoman Anggara Wijaya Putra mengatakan, banyaknya sampah yang dibuang ke TPS Kelating membuat sebagian besar warga mengeluh akan bau busuk yang ditimbulkan. Aroma tak sedap itu pun dapat dicium dari rumahnya yang berjarak 1 Km dari lokasi TPS. 

Meski menjadi permakluman bagi warga karena situasi darurat sampah saat ini, kedatangan ratusan truk sampah tiap harinya dipandang volume sampah telah melebihi kapasitas dan tidak sesuai harapan.

“karena yang kita harapkan tidak sebanyak itu, yang datang terlalu banyak adanya resiko untuk warga terdekat terutama masalah bau,” kata Dewa Nyoman saat diwawancara di Kelating, Kerambitan, Tabanan (21/10/2023).

Diharapkan TPS Kelating yang sifatnya darurat tidak dijadikan tempat sampah permanen. Sepengetahuannya, telah ada perjanjian antara perangkat desa adat dengan warga, bahwa sampah yang diterima sebatas untuk menimbun kubangan-kubangan di lahan TPS Kelating yang merupakan bekas galian C dan akan diratakan kembali dengan tanah.

“pihak aparat desa akan mengurug kembali dengan tanah. Selanjutnya akan ditanami dengan pohon gaharu, itu perjanjian warga dengan aparat di awal. Karena kondisi yang darurat, sebagian warga mengerti karena ini darurat untuk Bali masalah sampah,” jelasnya.

Tentunya warga Kelating akan keberatan jika TPS dijadikan pembuangan sampah permanen, terlebih bagi pemukiman warga yang berdekatan dengan TPS Kelating.

Ditambahkan, tidak hanya bermasalah dengan bau busuk, jalur menuju ke Desa Kelating mulai padat akan antrean truk sampah di pinggir jalan. Juga terdapat akses jalan yang rusak, mengingat ratusan truk sampah membawa beban berat melintasi jalur tersebut tiap harinya.

Sementara Bendesa Adat Kelating, I Dewa Made Maharjana saat dikonfirmasi terpisah menjelaskan, pasca terbakarnya TPA Suwung, Denpasar dan TPA Mandung, Sembung Gede, Badung, Desa Adat Kelating menerima sampah dari luar wilayah Kelating sejak 13 Oktober 2023. Dimana tiap harinya rata-rata 150 truk sampah datang ke TPS Kelating atau kurang lebih kapasitas 3 ton sampah.

“jadinya Desa kami mendapat pelimpahan  sampah akibat daripada kebakaran yang terjadi di dua TPA tersebut. Ini darurat sampah yang mestinya kita bisa tangani bersama,” ujar Bendesa Kelating.

Dalam penerimaan sampah mulanya ingin dibatasi karena mempertimbangkan kenyamanan warga dan keamanan lalu lintas, namun para supir truk sampah menggubris imbauan dari pihak Desa dan datang hingga malam hari.

“diluar kemampuan kami walau sudah dihimbau sekalipun tetap saja mereka nyelonong kesini, sehingga hal itu menjadi beban bagi kami di Desa Adat tentunya,” katanya.

Sehingga mengatasi hal tersebut, bersama Pemerintah Desa turut saling membantu mengatur lalu lintas, juga mendapat dukungan dari Dishub Kabupaten Tabanan mengatasi kemacetan di wilayah Desa Kelating. Juga dengan adanya konvoi truk sampah tiap harinya dipastikan sangat mengganggu akses di Desa Kelating.

“lebar jalan kami sangat kecil, dan kondisi situasi jalan juga sudah mulai banyak kerusakan. Kami sudah laporkan dari dinas PU sudah langsung turun ke lapangan memonitor dan segera akan perbaikan-perbaikan agar lalu lintas sampah yang sangat intens dan begitu padatnya bisa menjadi lebih lancar,” sambungnya.

Pihaknya bersama Dishub Kabupaten Tabanan telah melakukan penataan terhadap antrean truk sampah agar tidak terparkir di area Desa dan dipindahkan ke area Subak dekat persawahan.

Baca Juga :  Pemerintah Kabupaten Tabanan Launching Inovasi PADI DESA

Meski demikian, melihat situasi cuaca saat ini dengan kencangnya hembusan angin dan teriknya matahari, bau sampah akan tetap menyengat dipastikan mengganggu kenyamanan warga di Desa Kelating khususnya.

“pasti warga tidak menerima, saya sendiri kalau boleh memilih kami pun menolak dengan itu. Namun dengan situasi darurat sampah saya sebagai Bendesa adat tidak berdaya untuk mengahadapi daripada gempuran sampah seperti ini. Karena oleh pimpinan kami di Tabanan (Bupati) kita harus sama melakukan tanggap darurat sampah demi kepentingan yang lebih besar, itu arahan dari Pemkab Tabanan,” pungkas Jero Bendesa.

Dipastikan penerimaan sampah dari luar wilayah ini bersifat sementara. Karena tempat pembuangan sampah seluas 46,5 are adalah milik Desa Adat. Pengurugan sampah berfungsi untuk menutupi kubangan-kubangan bekas galian C dengan kedalaman hingga 20 meter.

“tujuan kita untuk Wana Kertih biar Desa punya ikon, karena itu merupakan pelabe Pura Desa Adat Kelating,” terangnya.

Diharapkan, Pemerintah Provinsi untuk segera memikirkan upaya mengantisipasi permasalahan sampah kedepannya. Yakni dengan mewajibkan tiap Desa memiliki tempat penampungan sampah sementara atau TPS 3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle).

“sehingga ketika ada hal-hal seperti ini kita tidak membawa sampah atau tidak akan mengotori desa lain. Itu juga sudah diimbau oleh Gubernur dulu. Dengan adanya nanti suatu keharusan setiap desa mempunyai tempat pembuangan sampah sementara, sehingga masing-masing desa bertanggung jawab untuk kebersihan desanya,” harap Bendesa Adat Kelating. (kbh1)

Related Posts