November 25, 2024
Pariwisata Seni Budaya

Seni Rajah Tertua Suku Mentawai Dihadirkan Pada Ajang Promosi Pariwisata di Nusa Dua

Badung-kabarbalihits

Seni rajah tertua yang ada di dunia yakni Ti’ti atau disebut tato Mentawai dihadirkan pada ajang promosi pariwisata, Bali and Beyond Travel Fair (BBTF) 2023 di BICC, Nusa Dua, Badung.

Salah satu tradisi dari suku Mentawai ini tetap dilestarikan di kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Hingga kini eksistensi suku Mentawai menjadi salah satu daya tarik dari keberagaman Indonesia.

Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat, Asril mengatakan, selain menjual paket wisata dengan pangsa pasar surfing di kepulauan Mentawai, Dinas Pariwisata Sumbar sengaja mengajak artis tato dari suku Mentawai untuk menarik para pengunjung BBTF yang datang ke booth (stan) Provinsi Sumatera Barat.

Dimana para pengunjung diberi kesempatan untuk melihat cara pembuatan tato yang unik tersebut.

“tato ini adalah seni rajah tertua di dunia, kalau berminat ya silahkan berkomunikasi langsung dengan pembuat tatonya,” kata Asril.

Menurut Pembuat tato dari suku Mentawai yang disebut sipati’ti, bernama Toinong Lakeu Sakubou, tato yang dirajah di tubuh suku mentawai merupakan sebagai identitas berdasarkan daerah asal dan kedudukan sosial. Juga digunakan sebagai alat komunikasi antara sesama suku.

Teknik yang digunakan untuk mentato pun tidak sama seperti pada umumnya yang menggunakan mesin, yakni dengan cara manual yang disebut lilipat pati’ti.

Disebut pengerjaan tato dengan cara manual dipastikan lebih lama dibandingkan menggunakan mesin.

“tapi rasanya untuk sakit tidak terlalu, lebih sakit mesin,” katanya.

Toinong Lakeu juga menyebut, motif tato yang digambarkan pada tubuh suku mentawai merupakan simbol-simbol dari alam yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari di suku Mentawai.

Untuk perangkat yang digunakan sudah mengalami perubahan, dimana pada jarum dan tinta sudah mengikuti era saat ini. Diceritakan pada jaman terdahulu suku Mentawai, tinta tato didapatkan dari bahan alam yakni menggunakan Jelaga (butiran arang yang halus) dicampur dengan perasan tebu. Sedangkan jarumnya menggunakan tulang atau duri.

“kalau sekarang aku bawanya modern jarum sama tintanya kaya tato biasa, karena ikuti standar,” ujarnya.

Baca Juga :  Krama Desa Adat Ungasan "Ketog Semprong" Ikuti Prosesi Puncak Karya Agung Di Pura Segara

Saat mentato, suku Mentawai biasanya menggunakan dua kayu. Dimana kayu yang berisi jarum akan dicelupkan ke tinta yang diwadahi tempurung kelapa, dan kayu lainnya untuk menghentakkan agar tinta pada jarum tembus ke tengah kulit.

Sementara Ketua Asosiasi Resort Mentawai, Alberson Fidel Xastro yang sempat ditato di booth mengatakan, saat ini pihaknya sedang menyatukan seluruh aspek yang berhubungan dengan pariwisata baik dari budaya, olahraga, dan hal lainnya yang bisa dimanfaatkan pada sektor tourism di wilayah Mentawai.

Tentunya Tato Mentawai juga disebut sebagai produk pariwisata yang perlu dipromosikan. Karena Kepala suku atau Kepala adat setempat sangat akrab dengan tato.

“karena tato adalah simbol-simbol status sosial. Dari tato ini benar-benar menjadi identitas orang mentawai, karena dari seninya, dari tahapan tatonya memiliki arti masing-masing menjelaskan taraf seseorang  di Mentawai,” imbuhnya. (kbh1)

Related Posts