Pratisentana Sira Arya Kubontubuh-Kuthawaringin Laksanakan Upacara Nyenuk ke Puri Agung Klungkung
Klungkung-kabarbalihits
Bertepatan pada Kajeng Kliwon Uwudan, Minggu (20/10/ 2024) Pasemetonan Pratisentana Sira Arya Kubontubuh-Kuthawaringin (PPSAKK) melaksanakan Upacara Nyenuk ke Puri Agung Klungkung.
Prosesi Nyenuk bertujuan untuk mewujudkan rasa terima kasih ‘agayubhagia’ karena upacara Karya Agung Mamungkah, Ngenteg Linggih, Mapeselang dan Pedudusan Agung di Pura Dalem Tugu, Klungkung telah berjalan lancar pada 15 Oktober 2024 lalu.
Menurut Ketua Umum PPSAKK Pusat Prof. Dr. I Ketut Mertha, SH, MHum kata nyenuk sendiri diartikan sama dengan makna kunjungan, atau majenukan kesuatu tempat dengan maksud tertentu. Upacara nyenuk ini dilaksanakan dengan matur pakeling di Mrajan Puri dan mepeed, berjalan kaki beriringan dari Puri Agung Klungkung sampai ke Pura Dalem Tugu, sepanjang 5 Km.
“Urutan mepeed, diawali dengan tambur, suara genta dialunkan oleh sejumlah pemangku, diiringi oleh pengusung gebogan, bandrangan, kobér, bebantenan selengkapnya,” jelas Ketua Umum PPSAKK.
Pada iring-iringan mepeed, juga diikuti oleh kelompok berbusana warna warni dengan membawa pala gantung, pala bungkah, pala wija dan pala rambat, simbol hasil bumi. Ada lima warna busana yang dikenakan oleh kelompok ini yang menandakan ancangan Panca Dewata yang diutus untuk menjenguk atau menghaturkan rasa syukur dan terima kasih atas suksesnya upacara Karya Agung yang sudah dilaksanakan.
“Ada warna putih simbol Hyang Iswara di timur, ada warna merah Hyang Brahma di selatan, ada warna kuning Hyang Mahadewa di barat, ada warna hitam, Hyang Wisnu di utara dan warna-warni ‘brumbun’ Hyang Siwa di tengah,” paparnya.
Mepeed juga dimeriahkan dengan alunan gong bale ganjur untuk menambah semangat peserta berjalan. Sedangkan di Madyaning Mandala Pura Dalem Tugu, telah disiapkan Topeng Sidakarya untuk menyambut iring-iringan peed. Setelah tiba di Madyaning mandala Pura Dalem Tugu, satu persatu kepala utusan Dewata yang membawa pala gantung, pala bungkah berdialog dengan Topeng Sidakarya, dengan ciri khas tanya jawab antara Tuan rumah (diwakili oleh Topeng) dengan tamu (utusan) yang berkunjung ‘mejenukan’ atas suksesnya Karya Agung.
Upacara juga digenapi dengan mangun ayu dan makebat daun yang pada hakekatnya, selain wujud terima kasih juga makna yang lebih mendalam adalah bertujuan ngrastiti agar bhuana agung dan bhuana alit sejahtera dan selalu damai. (r)