Tren Live Sale, Tanaman Laku Hingga 10 Juta Sekali Live
Badung-kabarbalihits
Di era digital saat ini, tren berbelanja online yang terus meningkat mendorong pelaku usaha untuk lebih kreatif dalam mempromosikan produk atau barang di media sosial (medsos) atau platform digital.
Terlebih dampak dari pandemi Covid 19 menjadi berkah bagi sebagian orang, yakni dengan melakukan transaksi jual beli dari produk makanan, kecantikan, hingga bisnis pehobi hanya lewat genggaman.
Selain membuat konten berupa foto atau video yang menarik untuk memikat para calon pembeli, pelaku usaha mulai menjajakan barangnya melalui konten siaran langsung, live streaming, atau disebut Live Sale.
Seperti yang dilakukan pehobi tanaman asal Mambal, Badung, I Putu Gede Wijaya dalam bisnisnya kerap mempromosikan tanaman hiasnya secara live sale di Garden House miliknya yang berlokasi di Jalan Raya Semana, Abiansemal, Badung.
Baginya untuk di dunia tanaman, Live Sale menjadi terobosan baru dalam menunjukkan produk ke orang lain secara rinci, dibandingkan sekedar postingan foto atau video yang bisa dimanipulasi.
“Jadi detail tanaman kita bisa showing, terus cara perawatannya, gimana cara orang setelah membeli bisa merawatnya, jadi bisa kita sampaikan langsung ke audience,” jelas I Putu Gede Wijaya, pemilik Garden House Destiny Orchid & Platycerium (3/9/2022).
Meski banyak platform media sosial, Putu Wijaya lebih memilih menggunakan fitur Live di Instragram. Sebab potensi untuk jualan Live Sale di Instagram dikatakan sangat besar.
“Kalau tawar menawar langsung misalkan di marketplace lebih alot, ketimbang live sale. Karena live sale itu bisa langsung mengajukan harga, dan langsung disetujui saat itu. Bukan hanya sekedar chat berkepanjangan,” katanya.
Durasi yang dimanfaatkannya saat live sale hingga 4 jam, dan sebanyak 20 lebih tanaman bisa terjual. Diakui hasil penjualan yang didapat kisaran 4 juta hingga 10 juta dalam sekali live.
“Kalau saya ngejarnya ke quality jadi barangnya sedikit tapi peminatnya tinggi. Laku bisa Rp 2 juta, Rp 5 Juta sampai Rp 10 juta tergantung audience yang menonton kita,” ungkapnya.
Dalam penjualannya secara live, jenis tanaman hias yang ditawarkan Putu Wijaya selalu bervariasi dimaksudkan agar calon pembeli tidak bosan. Dimulai dari jenis Platycerium, tanaman paku-pakuan, Anggrek, Aroid, Philodendron, hingga Monstera.
Ia juga menyampaikan tips berjualan secara live dengan menggunakan beberapa metode. Salah satunya, menentukan hari dan waktu live.
“Tanggal sangat menentukan suksesnya live sale, karena di pertengahan bulan kadang-kadang agak susah mendapatkan pembeli yang pas. Kalau saya di akhir bulan atau awal bulan di minggu pertama di hari jumat, orang sudah selesai dengan pekerjaannya, tinggal pegang handphone Jam 8 malam, dan mereka sudah dapat bulanan di awal bulan. Untuk berbelanja mereka masih tinggi,” bebernya.
Target market dalam live sale dikatakan dominan dari luar Bali. Sebab, ia tidak menginginkan penyebaran pehobi tanaman hanya di lingkaran lokal Bali saja.
“Biasanya saya sebelum live memberikan informasi di IG (Instagram) sehari sebelumnya. Bisa nyentuh 70 sampai 100 yang mengikuti, kalau last minute paling 40 sampai 60 orang,” ujarnya.
Salah seorang pengikut live sale bernama Gede Jaya Saputra yang datang mengambil hasil transaksinya berupa Tanaman Platycerium, mengaku sering memantau dan menikmati berbelanja secara live di Instagram pada akun Putu Wijaya.
Namun ia jarang mendapatkan barang sesuai keinginan. Itu disebabkan banyak orang berlomba-lomba ingin mendapatkan tanaman dengan kualitas yang baik.
“Kita bisa lihat barang-barang itu secara detail, kadang mendapatkan edukasi tentang cara merawat tanaman Platycerium ini. Saya dapat totalnya Rp 550 ribu,” imbuhnya. (kbh1)