Mengupas Khasiat Ibu Pertiwi, Melalui Ramuan 18 Rempah Arak Boecoe
Badung-kabarbalihits
Mungkin sering mendengar ataupun melihat langsung minuman tradisional masyarakat Bali yang dihasilkan dari proses destilasi nira pohon Enau, Kelapa, maupun pohon Lontar.
Kini Arak Bali naik kelas, yang akan disejajarkan dengan minuman beralkohol dari luar negeri. Terlebih Gubernur Bali Wayan Koster telah melegalkan arak Bali, yang tertuang dalam Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 1 Tahun 2020 tentang Tata Kelola Minuman Fermentasi dan/atau Destilasi Khas Bali.
Sehingga, salah satu owner ‘Kedae Boecoe’ yang juga sebagai Ketua BALABEC (Bali Local Alcohol Beverege Control) I Ketut Darmayasa pun mencoba meracik Arak dengan 18 rempah, yang diyakini untuk kesehatan dalam menjaga imun tubuh. Dikatakan, Ide ini tercetus berawal dari imun beberapa temannya yang menurun di masa pandemi, dan diharuskan melakukan perawatan di Rumah Sakit.
“Jadi kita berupaya untuk membuat sebuah kreasi, mungkin sudah banyak ada di pasar. Cuma kita lebih adopt bagus lagi dengan cara menggunakan hasil rempah-rempah dari kearifan lokal,” Ucap Ketut Darmayasa ketika ditemui saat meracik Arak rempah di Kedae Boeco, Buduk, Mengwi, Badung,(19/9).
Hal ini juga dianggap sebagai kilas balik dalam mengupas suara ibu pertiwi, dimana telah disiapkan banyaknya rempah yang bisa dikonsumsi untuk meningkatkan kesehatan tubuh.
Ramuan Arak 18 rempah yang sementara dinamakan ‘Ramuan Boecoe’ ini disesuaikan dengan nama Kedai itu sendiri. Ramuan tersebut dipastikan bermanfaat untuk kesehatan tubuh, diantaranya dibubuhi dengan kayu pasak bumi, jamur lingsi, kuda laut kering, ginseng, kurma jiwa, kayu manis, kapulaga, serta bahan lainnya.
“18 rempah itu adalah produk yang banyak kandungan dari tumbuh-tumbuhan, baik dari akar, umbi, batang, daun, bunga, ada dari biji, semua digabungkan jadi satu. Kita pilih pohon-pohon mana sangat bermanfaat buat kesehatan tubuh kita. Kita coba aplikasikan, sehingga menjadi sebuah produk,” Ungkapnya.
Diketahui, arak khususnya di Bali mempunyai 5 fungsi diantaranya, sebagai sarana upacara, sebagai sarana usada (pengobatan), sebagai sarana penunjang ekonomi, dan sebagai sarana penelitian.
“Nah kita fokus kepada fungsinya sebagai usada, bagaimana kita memanfaatkan arak itu sebagai sarana pengobatan untuk diri sendiri, yang diketahui sejak jaman dulu,” Katanya.
Nantinya Darmayasa yang juga sebagai Ketua IFBEC Bali ini akan melakukan uji lab yang diharapkan bisa dibrandingkan dan dikonsumsi masyarakat umum bahkan wisatawan yang berkunjung ke Bali khususnya.
“Karena sebelum pandemi banyak minuman beralkohol itu harganya bisa sampai puluhan juta dalam satu botol, kenapa arak tidak kita brandingkan juga sebagai produk yang berkualitas dengan harga yang mirip dengan produk luar negeri. Produk luar negeri belum tentu juga baik, karena kita tidak tahu pembuatannya seperti apa,” Bebernya.
https://youtu.be/gkR4EYOv5i0
Untuk harga arak ramuannya dibandrol Rp 1 juta yang dikemas dalam guci, dimana harga tersebut dicontohkan seperti motor tua yang bernilai tinggi, bagi penghobi dipastikan mampu untuk membeli.
“Kalau orang yang tahu persis tentang kualitas dan khasiat daripada minuman olahan ini mereka akan mampu membelinya. Marketnya beda-beda, tetapi kalau orang yang tidak tahu, dikasi minta pun belum tentu mau,” Ujarnya.
Darmayasa juga memperlihatkan cara meramu arak rempah sesuai takaran yang akan dikonsumsi. Ditambahkan, arak ramuan yang disimpan dalam guci keramik tersebut, dimaksudkan agar kandungan yang ada di dalamnya tidak terserap ke dalam media, dimana campuran bahan tersebut kemudian didiamkan beberapa hari.
Tidak hanya arak ramuan, di Kedae Boeco yang dikelola bersama tiga anggota IFBEC Bali lainnya Nyoman Gede Suasta, Parwata, dan Santika juga menyuguhkan menu makanan minuman yang kekinian. Kedai ini begitu asri dilengkapi dengan beberapa Gazebo yang dikelilingi kolam ikan, serta meja makan panjang dengan gaya lesehan yang sangat cocok sebagai tempat nongkrong dengan suasana pedesaan.
Tunggu apa lagi, segera berkunjung ke Kedai Boecoe yang terletak di Jalan Penganyutan No.6, Buduk, Mengwi, Badung. (kbh1)