November 8, 2025
Lifestyle

Ubah Stigma, Ular Putih Bukan ‘Lipi Duwe’

Denpasar – kabarbalihits

Tidak hanya di Negeri Tirai Bambu, Khususnya di Bali, mitos tentang hewan ular berwana putih masih dipercaya sebagai ‘lipi duwe’ (ular dikeramatkan/ disakralkan) ataupun dikaitkan dengan mistis. 

Guna merubah stigma tersebut, pecinta reptil kerap memberikan edukasi kepada masyarakat luas, pemahaman terhadap ular kelainan genetik tersebut. 

Seperti yang disampaikan reptiler yang tinggal di Jalan Diponegoro, Banjar Pekambingan, Denpasar Barat, Oka Widiartana, Ular berwarna putih masih dianggap siluman oleh masyarakat awam. Ia pun membeberkan hasil breeding ular jenis reticulated python atau sanca yang dimiliki, dimana anakan yang dihasilkan memiliki warna yang berbeda dari indukannya. 

“Tapi bahasa pecinta reptil, ular ini termasuk kelainan genetik, perkawinan induk satu dengan induk lainnya hasilnya seperti ini, bisa dibilang cacat juga, keluarnya warna putih” Jelasnya. 

https://youtu.be/OXiqRXBCdvo

Meski terjadi kelainan pada warna, dari ukuran tubuh akan normal seperti ular sanca pada umumnya. “Maksimalnya bervariasi, mungkin sampai 8 meteran, tergantung umurnya juga” Ucapnya. 

Oka menyebutkan kelainan genetik pada warna ularnya dinamakan leucistic Karena kurangnya lapisan pigmentasi, berbeda dengan albino. 

“Orang awam bilang ular putih ini albino, sebenarnya tidak. Albino dominan warnanya kuning digradasi warna putih, tapi kalau lucy atau leucistic ini dominan ke putih. Karena ini baru lahir warnanya masih warna merah muda, setelah dewasa warnanya kaya putih susu” Terangnya. 

Menurutnya, cara membedakan antara albino dan leucistic bisa juga dilihat dari warna mata ular tersebut. “Lucy ini warna matanya hitam, kalau albino warna matanya merah, disana perbedaannya kurang lebih” Katanya. 

Saat ini, Oka memberikan anak tikus untuk makanan bayi ular putihnya. “Anak tikus yang baru lahir warna merah, jadi makanannya tikus untuk ukuran segini” Ucapnya. 

Selain itu, dalam perawatan sangatlah penting, terutama pada suhu kandang ular agar tetap stabil. “Mungkin dari suhunya, ditempatkan pada suhu ruangan karena ukurannya masih bayi, masih rentan, jadi suhunya lebih dijaga” Katanya.

Sebelumnya Oka menceritakan minatnya pada ular berawal dari orang tuanya yang juga suka memelihara ular, sehingga ia lebih mendalami pengetahuan tentang hewan jenis reptil ini. 

“Saya lebih suka ular tidak berbisa, contohnya ular python atau reticulatus, orang bilang bisa sanca batik atau sanca kembang” Tegasnya.

Baca Juga :  Berhasil Bangkit Dari Pandemi, Ajik Cok Luncurkan Buku “Pandemi Membawa Berkah”

Untuk sampai tahap mengawinkan ular atau breeding, ia mengaku hanya coba-coba dari ular sanca yang dimiliki. “Sebenarnya coba-coba, jadi dicoba dikawinkan satu pasang dan ternyata berhasil, karena penasaran ingin mengawinkan” Katanya.

Dari perkawinan tersebut menghasilkan 40 butir telur, namun yang menetas sempurna hanya 10 ekor, hal tersebut disebabkan faktor cuaca dan indukan betina yang stres. “Dari 10 ekor itu keluar warna putih ini 3 ekor dan sisanya seperti induknya” Imbuhnya. 

Ditambahkan, nantinya anakan ular ini apabila terbilang sehat akan terus dipelihara, dan sebagian disharing antar komunitas pecinta reptil. 

“Hasil anakan ini sebagian saya pelihara, sebagian antar komunitas saling sharing kalau ada yang minat saya akan adopsi” Tutupnya. (kbh1)

Related Posts