Banyak Masukan, IFBEC-Bali Kurang Setuju Dengan Surat Edaran Gubernur Bali
Badung-kabarbalihits
Ketua IFBEC Bali (Indonesian Food & Beverage Executive Association) I Ketut Darmayasa, S.I. Pem, MM, CHT angkat bicara terkait Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 2021 Tahun 2020, tentang Pelaksanaan Kegiatan Masyarakat Selama Libur Hari Raya Natal dan Menyambut Tahun Baru 2021 Dalam Tatanan Kehidupan Era Baru di Provinsi Bali yang diumumkan pada Selasa (15/12).
Disampaikan, dari segi financial yang di akibatkan dengan terbitnya SE 2021/2020 tersebut sangat besar, seperti terlihat pada data yang ada di media pada pembatalan 133.000 tiket kunjungan ke Bali, refund tiket mencapai Rp. 317 M dan potensi kerugian yang diperkirakan mencapai Rp. 967 M tersebut sangat luar biasa berdampak kepada perekonomian masyarakat terutama para pelaku pariwisata.
“Pendukung Pariwisata lainnya yang sudah hampir 10 bulan hidup dengan ketidak pastian bahkan ada yang sampai tidak punya pekerjaan. Dari sisi Industri terutama makanan dan minuman, potensi kerugian meskipun belum dihitung secara proper namun sudah bisa dibayangkan bahwa kerugiannya juga sangat besar” Ucap I Ketut Darmayasa di Badung (17/12).
[Irp]
Dikatakan Kerugian tersebut datang dari semua calon pengunjung, atau wisatawan yang akan berkunjung sudah pasti akan makan dan minum, dimana itu bisa menaikkan perekonomian masyarakat baik di industri maupun dikalangan umum. Juga dari beberapa hotel yang sudah buka dengan protokol kesehatan dengan pembuktian tersertifikasi CHSE dan verifikasi dari Dinas Pariwisata Provinsi, Kabupaten, Kota, se-Bali.
“Begitu juga hotel yang mau akan buka sudah mempersiapkan segala kebutuhan untuk menyambut datangnya Festive season dimana saat festive season ini adalah kesempatan emas buat mereka untuk mencari revenue buat usahanya dan penghasilan keluarganya, kerugian yang sudah bisa terlihat dalam persiapan tesebut meliputi biaya dekorasi, entertainment, tiket, pembuatan Market list untuk makanan dan minumna yang sudah terlanjur diproses” ungkapnya.
Dilanjutkan banyak saran, pendapat dan komentar dari anggota IFBEC-Bali yang pada dasarnya kurang setuju dengan kebijakan tersebut, apalagi sifatnya sangat mendadak ditengah mereka sedang dalam persiapan perayaan.
“Memang sangat dilema antara kesehatan dan ekonomi, semoga ada perkembangan baru dari SE tersebut setelah adanya masukan dari beberapa pihak, mungkin yang bisa dijadikan pertimbangan adalah merelokasi atau pengalihan beberapa anggaran dana hibah atau dana program branding Pariwisata masing-masing kabupaten/ kota sebali bisa di alihkan untuk rapid antigen kepada calon pengunjung atau wisatawan yang berkunjung ke Bali, atau mungkin bisa program CHSE pengontrolannya diperketat dengan menerjunkan aparat dan melibatkan Desa Adat atau mungkin ada strategi lain” tandasnya.
Pihaknya menyadari bahwa Bali sebagai percontohan, dinilai citra positifnya harus dijaga. Bali harus sehat dan Pariwisata harus kuat, mengelola covid memang harus dengan kehati-hatian, salah melangkah maka dampaknya akan lebih besar.
“Segala keputusan yang berdampak kepada masyarakat luas harus diperhitungkan jauh sebelum nya. Apapun keputusannya semoga itu yang terbaik buat banyak orang” katanya.
Darmayasa menambahkan, karena diyakini setiap keputusan akan berdampak pada 2 hal, dirugikan atau di untungkan. Ia pun menyampaikan pepatah yang pantas pada kondisi saat ini “UNITY grows when we PAIR” teruslah bersatu.
“Saya teringat dulu kata-kata senior saya, Good Judgement is came from Good Experience, Good Experience is came from Bad Judgement, and Bad Judgement is came from Bad Experience, Mari bersama-sama menjaga Bali agar selalu sehat, Memastikan keamanan, kenyamanan dan kesehatan bersama adalah tugas kita bersama” tutupnya. (kbh1)