October 12, 2025
Pendidikan

Penataan Zona Utama Ekowisata Mangrove Simbar Segara Didorong Jadi Pusat Penerimaan Wisatawan

Denpasar-kabarbalihits

Kawasan Ekowisata Mangrove Simbar Segara di Br. Rangkan Sari, Desa Pemogan, Denpasar Selatan, terus berbenah untuk meningkatkan daya tariknya sebagai destinasi wisata berbasis alam dan budaya pesisir. Kelompok Usaha Bersama (KUB) Simbar Segara, komunitas nelayan pengelola kawasan, kini tengah mempersiapkan konsep penataan zona utama yang akan difungsikan sebagai reception zone atau zona penerimaan wisatawan.

Kelompok nelayan yang beranggotakan 55 orang ini sejak Maret 2021 memperoleh izin pengelolaan kawasan seluas 32 hektare di Hutan Tahura Ngurah Rai dari Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Bali. Izin tersebut diberikan dengan syarat tetap menjaga kelestarian ekosistem mangrove yang menjadi penyangga penting lingkungan pesisir Denpasar.

Ketua KUB Simbar Segara, I Ketut Darsana, menjelaskan bahwa ekowisata mangrove memiliki potensi besar, baik dari sisi alam maupun budaya. Selain kekayaan biodiversitas mangrove, aktivitas tradisional nelayan seperti menangkap ikan dengan jukung dan bubu, serta semangat gotong royong masyarakat pesisir, bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.

“Harapan kami, ekowisata mangrove Simbar Segara bisa menjadi destinasi unggulan Denpasar, yang bukan hanya memberi pengalaman edukatif dan rekreatif, tapi juga meningkatkan taraf hidup masyarakat nelayan,” ujarnya (9/2/2025).

Untuk mencapai tujuan tersebut, penataan zona utama kawasan dianggap krusial. Zona ini akan menjadi wajah pertama yang dilihat wisatawan, sehingga pengalaman positif di area penerimaan akan sangat menentukan citra keseluruhan destinasi.

Survei Lokasi dan Diskusi dengan Pengurus KUB Simbar Segara

Survei Lokasi dan Diskusi dengan Pengurus KUB Simbar Segara

Konsep penataan yang diusulkan meliputi, Jalur sirkulasi (path) yang jelas dan menarik, membantu orientasi pengunjung. Kedua adalah Batas kawasan (edge) yang tegas untuk memperkuat identitas destinasi. Selanjutnya Distrik utama dengan atraksi yang variatif sebagai daya tarik pengunjung. Juga Pusat aktivitas (nodes) sesuai kebutuhan dan kondisi kawasan. Terakhir, Landmark ikonik yang mencerminkan karakter ekowisata mangrove.

Baca Juga :  LPPM Universitas Udayana Siap Dukung Pengembangan Desa Wisata Berbasis Digital di Nusa Penida

Distrik utama yang berfungsi sebagai zona penerimaan dirancang fleksibel, menyenangkan, dan informatif tanpa mengurangi kelestarian lingkungan. Penataan atraksi dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu:

1. Zona utama : pusat informasi, area dermaga, dan fasilitas edukasi.
2. Zona penunjang : toilet umum, area komunal, dan area komersial.
3. Zona layanan (service): area parkir dan ruang terbuka hijau.

Dengan penyediaan fasilitas yang memadai, pelayanan berkualitas, serta interaksi yang hangat dengan masyarakat nelayan, kawasan ini diharapkan mampu meningkatkan citra ekowisata mangrove Bali. Pengalaman positif wisatawan diyakini akan mendorong mereka merekomendasikan serta kembali berkunjung, sehingga manfaat ekonomi, sosial, dan ekologis dapat dirasakan bersama.(r)

Related Posts