
Cegah Stunting Sejak Dini, Mahasiswa KKN-PMM Unwar Fokuskan Edukasi 1.000 Hari Pertama Kehidupan di Desa Batukaang
Bangli-kabarbalihits
Mahasiswa Universitas Warmadewa (Unwar) yang tengah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata-Pemberdayaan Masyarakat oleh Mahasiswa (KKN-PMM) Periode II Tahun 2025 menjadikan isu stunting sebagai fokus utama kegiatan mereka. Berlokasi di Desa Batukaang, Kecamatan Kintamani, Bangli, para mahasiswa menyelenggarakan kegiatan edukasi pencegahan stunting dengan menekankan pentingnya 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) anak.
Acara ini dipusatkan di GOR Desa Batukaang pada Minggu (10/8/2025) dan diikuti oleh orang tua balita, kader posyandu, serta perangkat desa. Dalam kesempatan tersebut, mahasiswa menghadirkan narasumber dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa, yaitu dr. Putu Ayunda Trisnia, Sp. A. Materi yang disampaikan meliputi gizi seimbang, pemantauan tumbuh kembang anak, hingga langkah-langkah praktis pencegahan stunting yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Tak hanya sebatas teori, kegiatan ini juga menghadirkan layanan pemeriksaan kesehatan balita. Anak-anak diperiksa mulai dari tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, hingga lingkar lengan bagi anak perempuan. Pemeriksaan ini memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengetahui kondisi tumbuh kembang anak mereka secara langsung, sehingga edukasi yang diberikan bisa segera dihubungkan dengan praktik nyata.
Koordinator mahasiswa KKN-PMM Unwar Desa Batukaang, I Dewa Gede Yuda Pradana, mengungkapkan bahwa Bangli, khususnya wilayah Kintamani, masih menghadapi masalah stunting yang cukup tinggi. Kondisi ini mendorong mahasiswa untuk mengambil peran aktif dalam upaya pencegahan.
“Melalui kegiatan edukasi ini, kami berharap masyarakat di Desa Batukaang, khususnya para ibu balita, semakin memahami pentingnya 1.000 hari pertama kehidupan. Periode ini sering disebut sebagai “golden period” karena sangat menentukan kualitas tumbuh kembang anak ke depan,” ujarnya.
Sementara itu, dr. Putu Ayunda Trisnia, Sp. A menegaskan bahwa upaya pencegahan stunting tidak bisa dimulai ketika anak sudah memasuki masa balita, tetapi harus dilakukan sejak dalam kandungan. Ia menjelaskan berbagai faktor risiko yang dapat menyebabkan stunting, seperti bayi lahir prematur, berat badan lahir rendah, ibu mengalami anemia atau malnutrisi saat mengandung dan menyusui, pemberian makanan yang kurang adekuat, tidak diberikannya ASI eksklusif, hingga adanya penyakit bawaan maupun infeksi.
“Selain itu, faktor ekonomi dan lingkungan juga turut berperan. Oleh karena itu, pencegahan stunting merupakan tanggung jawab bersama yang harus dilakukan sejak awal kehamilan,” jelasnya.
Kegiatan yang diprakarsai mahasiswa ini mendapat apresiasi positif dari Kepala Desa Batukaang, I Made Paing. Menurutnya, program edukasi yang dilakukan mahasiswa KKN-PMM Unwar sangat membantu pemerintah desa dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
“Materi yang disampaikan narasumber sangat menambah wawasan ibu-ibu di sini, terutama dalam hal pengasuhan anak, pola makan yang baik dan benar, serta pentingnya imunisasi selama masa balita. Edukasi ini sejalan dengan program desa dalam upaya menurunkan angka stunting,” kata I Made Paing.
Selain penyuluhan, mahasiswa juga melakukan pendampingan melalui pembagian leaflet edukasi stunting. Mereka menyediakan sesi tanya jawab untuk orang tua yang memiliki pertanyaan seputar kesehatan balita. Antusiasme masyarakat terlihat dari jumlah peserta yang hadir serta keaktifan mereka dalam berdiskusi.
Mahasiswa KKN-PMM Unwar berharap kegiatan ini tidak berhenti pada satu kali penyuluhan, melainkan dapat dilanjutkan melalui posyandu dan dukungan lintas sektor di Desa Batukaang. Mereka menekankan bahwa pencegahan stunting tidak hanya menjadi tugas tenaga kesehatan, tetapi juga membutuhkan partisipasi aktif keluarga, masyarakat, serta pemerintah desa.
“Kami berharap edukasi ini bisa menjadi pemicu bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap gizi dan tumbuh kembang anak. Pencegahan stunting adalah investasi jangka panjang untuk menciptakan generasi yang sehat, cerdas, dan berkualitas,” pungkas Yuda Pradana.
Melalui program ini, mahasiswa Universitas Warmadewa menunjukkan perannya bukan hanya sebagai insan akademis, tetapi juga sebagai agen perubahan sosial yang hadir di tengah masyarakat. Edukasi mengenai 1.000 Hari Pertama Kehidupan di Desa Batukaang menjadi salah satu langkah nyata dalam mendukung upaya nasional menurunkan angka stunting, sekaligus membangun kesadaran kolektif akan pentingnya kesehatan generasi penerus bangsa. (r)


