
Pemberdayaan Nelayan Melalui Inovasi Teknologi, PKM Olahan Ikan Lemuru di Desa Perancak, Jembrana
Jembrana-kabarbalihits
Desa Perancak di Kabupaten Jembrana, Bali, dikenal sebagai salah satu sentra produksi ikan terbesar di wilayah barat Pulau Bali. Potensi hasil laut yang melimpah telah menjadi penopang utama kehidupan masyarakat setempat. Salah satu produk olahan tradisional yang diwariskan turun-temurun adalah Bedetan, yakni ikan lemuru yang dikeringkan secara alami. Produk ini tidak hanya menjadi bagian dari konsumsi harian masyarakat, tetapi juga menjadi sumber penghasilan alternatif, terutama bagi kelompok perempuan nelayan.
Namun, di tengah potensinya yang besar, usaha olahan ikan Bedetan masih menghadapi sejumlah kendala. Proses produksi masih dilakukan secara manual, kapasitas produksi terbatas, dan pemasaran belum mampu menjangkau pasar yang lebih luas. Kondisi ini membuat usaha Bedetan belum berkembang secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Menjawab tantangan tersebut, tim dosen dari Universitas Hindu Indonesia (UNHI) melaksanakan Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dengan skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat. Program ini didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.
Tim PKM dipimpin oleh Dr. Putu Putra Astawa, S.Kom., M.Kom., bersama dua anggota tim yakni Putu Atim Suryaningrat, SE., MM., dan Kadek Oky Sanjaya, S.Pd., M.Kom., dengan dukungan mahasiswa UNHI, I Nengah Ari Suputra Bawa dan Komang Odik Pramana. Kegiatan ini menggandeng Kelompok Wanita Tani (KWT) Bedetan Perancak yang beranggotakan 15 ibu rumah tangga nelayan sebagai mitra utama.
Tiga Fokus Utama yakni Teknologi, Manajemen, dan Pemasaran. Program pemberdayaan ini dirancang dengan fokus pada tiga aspek utama, yaitu peningkatan teknologi produksi, penguatan manajemen usaha, dan pengembangan pemasaran digital.
Pada aspek teknologi, tim memperkenalkan alat pengering Solar Dry Dome berbasis tenaga surya. Inovasi ini mampu mempercepat proses pengeringan ikan sekaligus menjaga higienitas produk, sehingga kualitas Bedetan meningkat dan lebih siap bersaing di pasar modern.
Dari sisi manajemen, kelompok perempuan nelayan dilatih menggunakan sistem manajemen berbasis cloud untuk pencatatan produksi, stok barang, serta laporan keuangan secara digital. Pendekatan ini membuat pencatatan lebih akurat, transparan, dan mudah dipantau.
Sementara itu, pada aspek pemasaran, tim memberikan pelatihan digital marketing. Anggota kelompok diperkenalkan cara memasarkan produk melalui media sosial seperti Instagram, serta platform e-commerce seperti Tokopedia. Strategi ini membuka peluang bagi Bedetan Perancak untuk menjangkau pasar yang lebih luas, tidak hanya lokal tetapi juga regional dan nasional.
Program yang berlangsung selama delapan bulan ini dilakukan secara bertahap, mulai dari sosialisasi, pelatihan, implementasi teknologi, hingga pendampingan intensif dan evaluasi. Hasil awal menunjukkan dampak nyata bagi mitra. Kapasitas produksi meningkat hingga 30 persen, mayoritas anggota kelompok sudah mampu mengoperasikan teknologi secara mandiri, dan produk Bedetan mulai dikenal melalui platform digital.
Keberhasilan ini berdampak langsung pada peningkatan pendapatan keluarga nelayan. Tidak hanya itu, program ini juga mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 8 tentang Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, serta SDG 12 tentang Produksi dan Konsumsi yang Bertanggung Jawab.
Selain memberikan manfaat bagi masyarakat, program PKM ini juga berdampak positif bagi mahasiswa yang terlibat. Mereka mendapatkan pengalaman nyata dalam praktik pemberdayaan masyarakat, yang sekaligus mendukung pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) perguruan tinggi. Kolaborasi lintas unsur akademisi, masyarakat, teknologi, dan pemerintah menjadi bukti bahwa sinergi dapat menghasilkan solusi konkret bagi peningkatan ekonomi lokal.
Putu Putra Astawa menegaskan bahwa keberhasilan program ini bukan hanya pada peningkatan produksi, tetapi juga pada perubahan pola pikir masyarakat. “Kami ingin menanamkan bahwa inovasi dan teknologi bisa berjalan beriringan dengan tradisi. Dengan begitu, produk lokal bisa naik kelas tanpa kehilangan identitasnya,” ujarnya.
Keberhasilan PKM Bedetan Perancak diharapkan dapat menjadi model replikasi bagi daerah pesisir lainnya di Indonesia. Dengan pendekatan partisipatif yang mengedepankan potensi lokal dan kearifan budaya, program semacam ini diyakini mampu mendorong kemandirian ekonomi masyarakat pesisir secara berkelanjutan.
Melalui kolaborasi dan inovasi, Desa Perancak kini tidak hanya dikenal sebagai sentra produksi ikan lemuru, tetapi juga sebagai contoh nyata bagaimana pemberdayaan masyarakat dapat menjadikan potensi lokal bernilai tambah tinggi. (r)


