Ketua DPRD Badung Mendem Pedagingan Karya Pura Dalem Desa Adat Semanik
Badung – kabarbalihits
Ketua DPRD Badung, I Gusti Anom Gumanti didampingi Wakil Ketua III DPRD Badung, Made Sunarta mendem pedagingan di Pura Dalem, Desa Adat Semanik, Pelaga, Petang pada Selasa (12/8/2025). Kegiatan ini merupakan rangkaian dari Karya Mepedudusan, Ngenteg Linggih, Mupuk Pedagingan, dan Walik Sumpah Utama Meyama Raja di pura dalem setempat.
Upacara yang hanya dilaksanakan sekali dalam 35 tahun ini juga dihadiri Wakil Gubernur Bali I Nyoman Giri Prasta, Bupati Badung, Wayan Adi Arnawa, Wakil Bupati Badung, Bagus Alit Sucipta, serta anggota DPRD Badung, antara lain Bima Nata, Nyoman Satria, Nyoman Gede Wiradana, Gede Budi Yoga, dan Made Ponda Wirawan yang juga berkesempatan mendem pedagingan di pelinggih dan bangunan pura dalem tersebut.
Ketua DPRD Badung, I Gusti Anom Gumanti memberikan apresiasi kepada masyarakat atas terselenggaranya upacara di Pura Dalem, Desa Adat Semanik. Kehadiran pemerintah daerah dalam proses pembangunan pura dinilai mampu meringankan beban masyarakat, sekaligus menjaga keseimbangan alam dan pelestarian budaya Bali.
“Ya tentu sebagai Dewan, kami sangat memberikan apresiasi kepada masyarakat setempat. Ini memang kewajiban kita sebagai umat Hindu dalam melaksanakan niatnya itu harus tulus ikhlas. Memang di sebuah desa itu harus ada minimal kayangan tiga sebagai keseimbangan keharmonisan alam,” ujarnya.
Anom Gumanti menambahkan, upacara ini diharapkan mampu menciptakan vibrasi positif yang dapat mengayomi masyarakat. “Kemudian harapan kita ya tentu, setelah dilakukan upacara ini, vibrasi positif, mampu mengayomi kramanya, mampu mengayomi umatnya, kemudian selanjutnya yang paling penting sekarang adalah masyarakat tidak lagi memikirkan yang namanya urunan untuk membangun sebuah pura, karena sudah pemerintah daerah hadir,” jelasnya.
Dengan adanya dukungan pemerintah, ia berharap masyarakat bisa fokus pada pengembangan ekonomi. “Nah sehingga ke depannya kita berharap bahwa masyarakat lebih fokus pada pengupejiwanya (pendapatan) untuk mencari penghidupan yang layak. Nah, ini merupakan salah satu untuk menjaga taksu Bali,” imbuhnya.
Menurutnya, taksu Bali memiliki keterkaitan erat dengan sektor pariwisata di Badung. Semakin besar ketulusan dan keikhlasan masyarakat, ia yakin hasilnya akan semakin baik. “Saya percaya bahwa semakin besar kita beryadnya dengan ketulusan, dengan keikhlasan, maka hasilnya semakin baik bagi masyarakat Badung,” ujarnya.
Bendesa Adat Semanik, I Gusti Lanang Umbara, menjelaskan bahwa upacara ini memiliki makna spiritual yang sangat tinggi. “Merupakan dasar bakti kita representasikan dalam yadnya, ini yadnya paling tinggi tingkatanaya minimal dilaksana 35 tahun sekali. Serana dan prasarana yang digunakan adalah wewalungan atau binatang yang digunakan dalam upakara, seperti kebo, kambing, anjing blang bungkem, bebek, dan lainnya selain sarana prasarana banten,” jelasnya.
Lanang Umbara yang juga Wakil Ketua Komisi I DPRD Badung menambahkan, upacara ini juga berkaitan dengan pemugaran bangunan Pura Dalem serta penataan Pura Prajapati Desa Semanik. “Upacara awal telah dilakukan melaspas, mendem pedagingang. Kita di Desa Adat Semanik sudah lebih dari 35 tahun baru sekarang melaksanakan upakara sebesar ini hingga menjadi rangkaian dari tawur,” imbuhnya.
Persiapan upacara telah dimulai sejak 6 Juni 2025 lalu. Warga bergotong royong ngayah hingga puncak acara 22 Agustus, yang ditutup dengan prosesi ngeruak setra. Desa Adat Semanik yang terdiri dari satu banjar dan beranggotakan 145 kepala keluarga adat menjadi pengempon pura. Terkait pembiayaan, pemugaran dan penataan pura menelan biaya sekitar Rp11 miliar, sedangkan upakara sebesar Rp2,5 miliar.
“Selain pemerintah, ada juga partisipasi krama adat. Kami percaya selain bantuan pemerintah, kami juga urunan yang kami sebut tata atur bakti, jadi kewajiban kami yang merupakan ketulusan dari upakara yadnya,” pungkasnya. (r)
