
Ariyani: Literasi Demokrasi Harus Jalan Terus Meski di Luar Tahapan Pemilu
Gianyar – kabarbalihits
Masa non-tahapan bukanlah waktu untuk berdiam diri. Di momen inilah pengawas Pemilu seharusnya bergerak aktif membangun kesadaran demokrasi masyarakat. Gagasan itu disampaikan Koordinator Divisi Pencegahan, Parmas, dan Humas Bawaslu Bali Ketut Aryani dalam kegiatan Fasilitasi Pembinaan dan Penguatan Kelembagaan Pengawas Pemilu yang digelar di Swan Paradise, Sabtu (26/7).
“Kita semua tahu bahwa kita tidak hanya bekerja saat tahapan saja, tetapi juga di masa non-tahapan. Saya percaya teman-teman kabupaten/kota sudah tahu apa yang harus dilakukan,” ujarnya tegas.
Menurutnya, jajaran pengawas Pemilu di tingkat kabupaten/kota sudah memiliki pengalaman yang cukup, bahkan pernah menjalankan peran serupa di periode sebelumnya. Karena itu, ia menilai penting untuk tetap merancang kegiatan sosialisasi yang adaptif dan menyentuh langsung masyarakat.
Salah satu indikator konkret yang bisa digunakan untuk mengukur intensitas kegiatan di masa non-tahapan, katanya, adalah pemanfaatan kanal informasi seperti laman resmi atau media sosial.
“Pada kenyataannya kita sudah melakukannya, tapi belum maksimal. Ini menjadi tugas kita bersama untuk terus memaksimalkannya,” imbuh Srikandi asal Buleleng tersebut memberi semangat.
Dalam arahannya, ia juga menyoroti pentingnya menyasar pemilih pemula sebagai bagian dari strategi pendidikan politik yang berkelanjutan. MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) maupun orientasi mahasiswa baru disebutnya sebagai momentum yang sangat efektif untuk menjangkau segmen ini.
“Siswa SMA atau mahasiswa baru ini adalah calon pemilih pemula. Sosialisasi kita harus menyentuh mereka sejak awal, agar mereka memahami demokrasi yang sehat sejak dini,” tambahnya.
Ariyani menilai, sekolah merupakan ruang strategis untuk menanamkan nilai-nilai demokrasi karena sebagian besar satuan pendidikan telah mulai mengenalkan konsep miniatur demokrasi, seperti pemilihan ketua OSIS atau parlamen siswa.
“Banyak sekolah sudah mengenalkan praktik demokrasi sederhana lewat pemilihan OSIS atau forum siswa. Ini bisa jadi pintu masuk yang bagus untuk menyampaikan nilai-nilai demokrasi yang sesungguhnya,” pungkasnya. (r)