
Akademisi Universitas Mahendradatta, Ni Made Widani Resmi Sandang Gelar Doktor: Soroti Keberlanjutan UKM Kuliner di Badung
Denpasar-kabarbalihits
Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Udayana kembali menggelar sidang promosi doktor, Jumat (11/7) bertempat di Gedung BH FEB Unud, Denpasar. Sidang yang berlangsung khidmat ini menghadirkan Ni Made Widani sebagai promovenda yang secara resmi berhasil meraih gelar doktor di bidang Ilmu Ekonomi. Widani bukanlah nama asing dalam dunia pendidikan dan pariwisata Bali. Selain menjadi dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Mahendradatta, Ia juga merupakan praktisi pariwisata yang kini menjabat sebagai Director of Sales Marketing di Melasti Kuta Beach Hotel & Spa.
Perempuan asal Desa Kedonganan, Kabupaten Badung ini mengangkat disertasi bertajuk “Strategi Keberlanjutan Usaha Mikro Kecil Bidang Kuliner di Kabupaten Badung”, sebuah studi yang mencerminkan kepeduliannya terhadap dinamika ekonomi kerakyatan di Bali, terutama pasca-pandemi COVID-19.
Ni Made Widani memulai perjalanan akademiknya dengan menempuh pendidikan Sarjana Manajemen SDM di Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati Denpasar, yang ia selesaikan pada tahun 2003. Gelar Magister Manajemen kemudian ia raih pada tahun 2019 dari Universitas Pendidikan Nasional Denpasar. Konsistensinya dalam meniti jenjang pendidikan tinggi berlanjut hingga ia terdaftar sebagai karyasiswa Program Doktor Ilmu Ekonomi di FEB Universitas Udayana pada tahun akademik 2021/2022.
Dengan pengalaman profesional yang luas di sektor perhotelan dan kepariwisataan, Widani tidak hanya menyerap teori, tetapi juga mempraktikkan langsung berbagai dinamika ekonomi dalam kesehariannya. Dalam presentasi disertasinya, Widani mengungkapkan motivasi di balik pemilihan tema. Ia menyatakan bahwa selama pandemi COVID-19, banyak masyarakat Bali, khususnya di Kabupaten Badung, yang kehilangan pekerjaan di sektor pariwisata dan akhirnya beralih ke usaha mikro kecil, terutama di bidang kuliner.
“Kuliner merupakan kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu, banyak yang melihatnya sebagai peluang usaha saat sektor pariwisata terpuruk. Namun, saya melihat fenomena menurunnya jumlah UKM kuliner justru setelah ekonomi mulai membaik di tahun 2022. Ini mengindikasikan bahwa banyak usaha tersebut tidak berkelanjutan,” jelas Dr. Ni Made Widani, SE.,MM.
Dari sinilah lahir gagasan untuk meneliti faktor-faktor yang memengaruhi keberlanjutan UKM kuliner di Badung. Penelitian ini diharapkan menjadi landasan strategis agar masyarakat tidak hanya bergantung pada sektor pariwisata, tetapi juga memiliki ketahanan ekonomi ketika krisis terjadi. Penelitian Widani menunjukkan bahwa sebagian besar tantangan keberlanjutan UKM kuliner berasal dari faktor eksternal. Ia menyoroti pentingnya partnership atau kemitraan, khususnya antara pelaku usaha kecil dengan akademisi, lembaga pelatihan, serta pihak perbankan.
“Tidak semua pelaku UKM memiliki latar belakang manajemen yang kuat. Di sinilah peran akademisi dan lembaga pelatihan sangat diperlukan. Kita tidak bisa terus membiarkan model manajemen ‘dagang sate’, yang minim perencanaan dan strategi,” ujarnya.
Dalam hal permodalan, Widani menekankan pentingnya dukungan dari lembaga keuangan, termasuk program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Ia juga menyoroti pengalaman kolaboratifnya bersama BUMN dalam inisiatif CSR yang dapat dimaksimalkan untuk mendukung UKM lokal.
Tak kalah penting, ia menggarisbawahi peran krusial pemerintah sebagai stakeholder utama dalam menjamin keberlanjutan UKM. “Pemerintah harus hadir dalam bentuk regulasi yang memudahkan, bukan mempersulit. Kebijakan terkait perizinan, pajak, dan pelatihan harus diarahkan untuk memperkuat daya tahan dan kapasitas UKM kuliner,” tegasnya.
Setelah menyampaikan dan mempertahankan disertasinya di hadapan dewan penguji, Ni Made Widani dinyatakan lulus dengan predikat nilai A. Ia kini resmi menyandang gelar doktor, menjadi doktor ke-132 di lingkungan Program Doktor Ilmu Ekonomi, sekaligus doktor ke-288 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
Keberhasilan ini menjadi tonggak penting tidak hanya bagi Widani secara pribadi, tetapi juga sebagai representasi kontribusi praktisi terhadap dunia akademik. Ia menunjukkan bahwa pengalaman lapangan yang dikombinasikan dengan kerangka ilmiah dapat melahirkan solusi konkret bagi tantangan ekonomi lokal.
Dengan gelar doktor yang kini disandangnya, Ni Made Widani berkomitmen untuk terus mengembangkan ekosistem ekonomi kerakyatan di Bali, terutama melalui pendekatan berbasis kolaborasi dan keberlanjutan. Ia berharap hasil penelitiannya bisa menjadi referensi bagi pemerintah daerah, pelaku usaha, dan lembaga pendidikan dalam menyusun kebijakan dan program pemberdayaan UKM yang lebih adaptif dan resilien di masa depan. (kbh2)