November 17, 2025
Daerah

Ibas Hadir di Museum Rudana, PSR: Museum Jaga Peradaban dan Memaknai Nilai Dasar Negara

Gianyar-kabarbalihits

Wakil Ketua MPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), menekankan pentingnya museum sebagai ruang bersama untuk menjaga ingatan sejarah, memperkuat jati diri bangsa, dan memberi inspirasi bagi generasi muda.

Hal tersebut diungkapkannya dalam kunjungan audiensi di Museum Rudana, Ubud, Sabtu (17/5/2025). Pada kesempatan itu, Ibas berdialog langsung dengan generasi muda dalam suasana kebudayaan yang hangat dan terbuka. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Museum Internasional yang diperingati setiap bulan Mei di berbagai negara.

Melalui forum bertajuk “Meniti Warisan, Merajut Masa Depan: Museum sebagai Penjaga Peradaban,” pertemuan ini menjadi ruang temu lintas generasi untuk membahas peran museum dalam kehidupan berbangsa, dunia pendidikan, dan kebudayaan.

Dalam sambutannya, Ibas menyampaikan, “Museum adalah tempat kita merekam jejak sejarah, merawat nilai, dan menciptakan ruang belajar lintas generasi. Ia bukan sekadar bangunan statis, tetapi denyut hidup peradaban yang menyatu dalam jati diri bangsa,” ujarnya.

Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia (AMI), Putu Supadma Rudana, menyambut baik kehadiran Ibas sebagai bentuk kerja sama antara AMI dan lembaga negara untuk memperkuat peran museum di Indonesia.

“Kehadiran Ibas kami maknai sebagai kunjungan persahabatan dan kepedulian mendalam terhadap nasib warisan budaya kita. Ini bukan semata kegiatan seremonial, tetapi ruang dialog yang tulus untuk menimbang masa depan museum Indonesia,” ujarnya.

Dalam audiensi ini, berbagai pemikiran strategis muncul sebagai bahan refleksi dan pandangan ke depan tentang pengembangan museum. Di antaranya: pentingnya memperkuat kebijakan berbasis museum sebagai tempat belajar dan meneliti; pentingnya membangun kerja sama antara museum, pemerintah, kampus, dan masyarakat; serta perlunya mendukung upaya digitalisasi, pelestarian koleksi, dan penguatan tenaga kerja di bidang museum. Ada pula harapan agar museum bisa lebih berperan dalam diplomasi budaya dan membangun karakter bangsa.

Baca Juga :  Wabup. Suiasa Tinjau Pembangunan RS. Abiansemal

Gagasan-gagasan tersebut menunjukkan bahwa audiensi ini bukan hanya bagian dari peringatan seremonial, tetapi menjadi ajang menyampaikan harapan bersama—agar museum di Indonesia bisa lebih terbuka, relevan, dan berdampak. Dalam pandangan Putu Supadma,

“Memajukan museum berarti memuliakan ketulusan -ketulusan dalam menjaga warisan, menyampaikan nilai, dan menjangkau generasi masa depan dengan penuh kasih dan kesadaran.”

Sebagai penggerak dalam pembangunan budaya, AMI tidak hanya menjadi penghubung antara pelaku museum dan pemerintah, tetapi juga mendorong penerapan nilai-nilai Empat Pilar Kebangsaan, Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, dalam kehidupan museum. Lewat penguatan cerita sejarah, pengelolaan koleksi yang kontekstual, serta program edukatif yang terbuka untuk semua kalangan, AMI mendorong museum menjadi ruang belajar tentang kebangsaan yang hidup. Museum diharapkan bukan sekadar menampilkan benda bersejarah, tetapi juga menjadi tempat memaknai kembali nilai-nilai dasar negara dengan cara yang relevan dan mudah dipahami, khususnya bagi generasi muda.

Dalam kerangka itu, AMI menyampaikan dengan tegas bahwa museum perlu mendapat tempat penting dalam pembangunan kebudayaan nasional. AMI tidak hanya menjadi organisasi profesi, tetapi juga berperan sebagai penghubung antara masyarakat dan pembuat kebijakan di tingkat pusat. Peran ini penting untuk mempercepat lahirnya kebijakan budaya yang lebih merata dan berkelanjutan.

“Kami tidak ingin museum hanya menjadi ruang diam, tetapi menjadi ruang yang menyampaikan nilai, membuka dialog, dan menumbuhkan kesadaran. AMI berkomitmen menjadi jembatan antara pengambil kebijakan dan pelaku kebudayaan di lapangan,” tegas Putu Supadma Rudana.

Sebagai organisasi yang menaungi lebih dari 500 museum di seluruh Indonesia, AMI membawa visi agar museum tidak tertinggal oleh perkembangan zaman. Di tengah tantangan era digital dan globalisasi, museum Indonesia perlu menjadi tempat belajar yang aktif, terbuka, dan berpandangan ke depan, bukan hanya ruang untuk mengenang masa lalu.

Baca Juga :  Dialog Kebudayaan Wicara Cipta, Wujudkan Museum Pusat Interaksi Budaya Perkuat Pariwisata

Dengan semangat kerja sama berbagai pihak, kegiatan ini menjadi penanda penting bagi arah baru permuseuman Indonesia. Museum tidak boleh hanya menjadi bagian dari masa lalu, melainkan harus menjadi penunjuk arah masa depan, dengan berakar kuat pada budaya sendiri dan terbuka menghadapi dunia. Dalam dunia yang terus berubah, museum bisa menjadi tempat menyimpan ketulusan untuk menjaga, berbagi, dan merancang nilai kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat.

Rangkaian kegiatan ini juga menunjukkan peran Museum Rudana yang terus aktif menggelar program budaya yang menjangkau berbagai lapisan masyarakat, baik di tingkat lokal maupun internasional. Sejak didirikan pada 1995 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto, Museum Rudana memiliki komitmen kuat dalam merawat seni dan budaya Indonesia. Museum ini telah menjadi tempat berlangsungnya berbagai kegiatan penting, seperti APEC 2013, World Cultural Forum, dan Pertemuan Pimpinan Parlemen Asia Tenggara dan Pasifik (2023 & 2024). Kunjungan dari tokoh-tokoh dunia seperti Jiang Zemin, Jimmy Carter, dan Ellen Johnson Sirleaf juga menjadi bukti bahwa museum ini memiliki peran dalam hubungan budaya antarbangsa. Dalam beberapa waktu terakhir, Museum Rudana terus menunjukkan perannya dalam pelestarian budaya dan kerja sama internasional. Pada Desember 2024, museum ini menjadi tuan rumah Pagelaran Citra Seni dan Pesona Wastra Bali, yang diprakarsai oleh Himpunan Ratna Busana Indonesia dan dihadiri oleh Siti Hediati Hariyadi (Titiek Soeharto), yang memberi apresiasi atas konsistensi museum dalam merawat kebudayaan Indonesia.

Pada Februari 2025, Museum Rudana juga menjadi tempat pelaksanaan dialog budaya Wicara Cipta: Sinergi Membangun Budaya bersama Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan para tokoh seni dan akademisi. Forum ini membahas pentingnya kerja sama antara pemerintah, komunitas seni, dan dunia pendidikan untuk memperkuat budaya nasional.
Museum ini juga turut memainkan peran penting dalam hubungan budaya antarnegara, salah satunya melalui kunjungan Delegasi Parlemen Papua Nugini pada April 2024. Dalam pertemuan tersebut dibahas rencana kerja sama budaya, termasuk pembuatan patung Grand Chief Sir Michael Somare yang akan ditempatkan di Gedung Parlemen Papua Nugini sebagai simbol penghormatan dan persahabatan.

Baca Juga :  Putu Rudana, BKSAP: WNI Berkunjung ke Papua Nugini Kini Bebas Visa

Sebagai bagian dari peringatan 30 tahun berdirinya Museum Rudana, museum ini akan menggelar Festival Seni Sepanjang Tahun 2025. Festival ini akan menampilkan berbagai pameran seni, pertunjukan budaya, dan diskusi publik bersama seniman dari dalam dan luar negeri. Tujuannya adalah memperkuat peran museum sebagai tempat belajar budaya dan mempertemukan beragam gagasan. (r).

Related Posts