
Konsisten, Desa Adat Tanjung Benoa Bagikan Daging dan Uang Bumbu Sambut Galungan & Kuningan
Badung -kabarbalihits
Komitmen Desa Adat Tanjung Benoa dibawah kepemimpinan Jro Bandesa Made Wijaya dalam meringankan beban krama patut diacungi jempol. Melalui inovasi dalam memanfaatkan potensi yang ada di desa adat yang dikenal dengan wisata baharinya ini, sehingga secara konsisten mampu berbagi atau memberikan bantuan berupa daging ayam menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan. Senin (21/4/2025) siang, sebanyak 2 ekor ayam dibagikan kepada masing-masing krama, lengkap dengan uang bumbu sebesar Rp.100 ribu.
Bendesa Adat Tanjung Benoa, Made Wijaya menerangkan, program rutin yang dilaksanakan pihaknya bersama prajuru di Desa Adat Tanjung Benoa, bersinergi dengan LPD dan Bupda. Tradisi itu dilaksanakan 2 kali, yaitu saat menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan serta saat Tawur Kesange (menjelang Nyepi). “Jadi apa yang kita dapatkan dari pengelolaan potensi wilayah, kita kembalikan lagu kepada kerama (masyarakat). Ini komitmen kami bersama dalam meringankan beban warga dan swadarma kami sebagai prajuru,” ucapnya
Menurut Pak Yonda sapaan akrab Jro Bandesa Made Wijaya, menjelang Galungan dan Kuningan ini, pihaknya memberikan 2 ekor daging ayam dan uang bumbu senilai Rp100 ribu kepada seluruh masyarakat Desa Adat Tanjung Benoa yang berjumlah 830 KK dari 4 banjar ada.
Adapun sumber pendanaan berasal dari dana desa adat, LPD dan Bupda. Saat pelaksanaan Parum Agung, krama juga diberikan uang kehadiran senilai Rp150 ribu per orang, ditambah voucher belanja di Tenten Mart yang dikelola desa adat tersebut.
Dijelaskan Made Wijaya yang juga Wakil Ketua DPRD Badung ini, setiap tahun, daging yang diberikan selalu bertambah. Seiring, dengan semakin banyaknya jumlah krama. Setiap Hari Raya Galungan, jumlah kerama selalu bertambah karena menikah dan secara resmi bergabung keanggotaan banjar.
Dirinya berharap program inidapat terus berjalan dan semakin ditingkatkan kedepannya, siapapun yang nantinya menjadi bendesa berikutnya. “Jadi pemberian daging ini secara tidak langsung mencirikan bahwa program prajuru sudah berjalan dan ditunaikan dengan baik. Walaupun sedikit, tapi itu menjadi indikator program sudah dijalankan dengan baik. Program ini wajib dipertahankan agar meringankan beban kerama adat menjelang hari raya,” jelasnya.
Sementara, Kelian banjar adat Purwa Santhi, Made Tromat mengaku sangat mengapresiasi program tersebut. Karena hal itu memang sangat diperlukan dan secara langsung menyentuh kebutuhan krama.
“Ini tentu meringankan beban krama saat hari raya. Semoga ini dapat terus dilestarikan dan ditingkatkan kedepan,” harapnya.
Sebagai tambahan informasi Desa Adat Tanjung Benoa juga telah menjalankan program bantuan untuk Kelayu Sekar (santunan kematian) melalui pemberian bantuan upakara senilai Rp 15 juta. Menariknya banten atau upakara ini juga dibuatkan oleh srati Desa Adat Tanjung Benoa. Kbh6.