October 27, 2024
Daerah Seni Budaya

Penyineban Karya Agung di Pura Dalem Tugu Gelgel, Ditandai Dengan Mendem Bagia Pulakerthi

Klungkung-kabarbalihits

Rangkaian Upacara Karya Agung Mamungkah, Ngenteg Linggih, Mapeselang, Padudusan Agung dan Mapedanan di Pura Dalem Tugu Gelgel, Klungkung berakhir pada Sabtu 26 Oktober 2024. Akhir rangkaian ini atau disebut Penyineban ditandai dengan Mendem Bagia Pulakerthi dan Penyejeng Gumi.

Ketua Umum PPSAKK (Pasemetonan Pratisentana Sira Arya Kubontubuh-Kuthawarigin), Prof. Dr. I Ketut Mertha, SH, MHum, didampingi pemiteket Karya, Dr. I Wayan Gede Rumega SH, MH, mengatakan bahwa rangkaian ini melalui 24 tahapan kegiatan yang diawali pada tanggal 22 Juli 2024, seperti mejaya-jaya diisi dengan ngaku agem ‘bertekad’, matur puning ‘menyampaikan maksud’, nyukat genah ‘mengukur rencana sarana upacara’, nancep taring ‘mulai membuat prasarana upacara sampai Puncak Karya tanggal 15 Oktober 2024.

Disebut Ida Bhatara nyejer selama 11 hari dengan Bhakti Penganyar dari masing-masing Kabupaten seluruh Bali, dimeriahkan oleh hiburan balih-balihan untuk dinikmati oleh pemedek. Sebagai rasa syukur dan terima kasih kepada para sulinggih, wiku pamuput karya yang tedun muput ke Pura, dan tapini serta orang-orang suci yang telah memberikan dukungan dan petunjuk tentang karya, diadakan Rsi Bojana pada tanggal 23 Oktober 2024, dengan mempersembahkan bojana ‘rayunan/makanan suci’ di Utamaning Mandala Pura.

“Saat Upacara RSI Bojana, kita mempersembahkan rayunan kepada Sulinggih maupun wiku pemuput karya sebagai tanda rasa syukur dan terima kasih karena Karya Agung berjalan dengan baik tanpa halangan,” kata Prof. Dr. I Ketut Mertha, SH, MHum, Sabtu (26/10/2024).

Menurut Pengenter Karya, Dewa Aji Soma, makna dari Mendem Bagia Pulakerthi sederhananya adalah menanam perbuatan yang bahagia. Ungkapan bagia pulakerthi berasal dari tiga kata yakni bagia artinya ‘bahagia’ pula ‘tanam’ kerthi ’perbuatan yang baik’.

Lebih lanjut dikatakan bahwa upacara ini dilaksankan setelah selesainya rangkaian upacara Karya Agung. Lancarnya Karya Agung menandakan bahwa semua pratisentana sebagai pendukung Karya telah melakukan ayah-ayahan ‘kerthi’ yang baik, seperti berpikir yang bening, berkata yang sopan dan berprilaku yang santun, dengan tidak henti-hentinya ngrastityang Karya dengan tulus iklhas sehingga mencapai kebahagiaan ‘bagia’.

“perbuatan yang baik ini dipakai untuk nyegjegang gumi, supaya mikro dan makro kosmos, purusa dan predana, langit dan bumi, tenang, tegteg, damai. Apalagi semua kuwangén sehabis dipakai muspa, dikumpulkan dan ditanam bersama supaya ‘wangi’, untuk dasar hati pasemetonan yang jernih demi kebahagiaan selanjutnya di masa datang,” jelas Dewa Aji Soma.

Baca Juga :  25 Tahun Berlalu, PPSAKK Kembali Laksanakan Karya Agung Mamungkah, Ngenteg Linggih di Pura Dalem Tugu Gelgel

Prof. I Nengah Sudipa, MA, selaku Ketua I PPSAKK menambahkan, upacara ini selain memiliki makna yang mendalam secara ritual-filosofis, juga mengandung pesan kepada umat, khususnya Pratisentana ‘warga dan generasi penerus’ untuk merenungkan bahwa apa yang sudah ditanam, seperti perbuatan ‘kerthi’ yang baik selama karya, bisa terus dipupuk, dirawat dan dipelihara, agar selamanya bisa tumbuh dan berkembang sampai masa-masa yang akan datang.

“apalagi kita diberi tanggung jawab ngupapira Pura Penyiwian yang megah dan besar, Pura Dalem Tugu Pura Kawitan Pedharman Sira Arya Kubontubuh-Kuthawaringin dengan warga sekitar 13 000 kk, seluruh Bali dan Nusantara,” ujarnya.

Pada Upacara nyineb ini juga dilaksanakan dengan ngelebar Ida Bathara kembali ke Pesimpenan di Pura Pekandelan. Rangkaian selanjutnya adalah metirta yatra dan meajar-ajar ke Pura Goa Lawah dan Pura Tampaksiring, pada 5 Nopember 2024 mendatang. (r)

Related Posts