Alit Yandinata Koleksi Berbagai Dokumen, Hingga Berita Lahirnya Presiden Ke-5 di Koran Terbitan 1947
Badung -kabarbalihits
Tak banyak yang tahu jika Anggota DPRD Badung 4 periode yakni Putu Alit Yandinata memiliki hobi unik. Politisi PDI Perjuangan ini gemar mengoleksi dokumen – dokumen tua, termasuk ada dokumen penting seperti koran yang memuat lahirnya Megawati Soekarno Putri. “Jika dari sekian koleksi saya, ini salah satu yang special. Karena memang sulit dapatnya,” ujar politisi yang saat ini duduk di Komisi III DPRD Badung saat ditemui di ruamahnya, Sabtu (20/7).
Terlihat jika Alit Yandinata memang kader tulen banteng moncong putih. Banyak ornament banteng disetiap sudut rumahnya, bahkan ada satu patung banteng yang sedang merumput dipojok rumahnya. Memasuki area kerjanya, ada foto besar Soekarno, Megawati dan Prananda (putra Megawati). Selain itu banyak koleksi – koleksi dokumen tua, buku tua, koran tua dan banyak lagi. “Ini sebagain kecil, ada lagi dokumen – dokumen koleksi saya dikamar atas,” imbuh politisi kelahiran 21 April 1975 ini.
Kandidat Calon Wakil Bupati Badung ini menjelaskan rinci dan hafal. Karena koleksi – koleksinya ini menjadi teman rutin aktivitasnya. “Saya rutin baca, buka – buka dan memang banyak inspirasi dari koleksi ini. Banyak karya – karya hebat Bung Karno, banyak catatan perjalanan Bu Mega,” jelas pria yang kabarnya akan ditandemkan dengan Adi Arnawa sebagai kandidat calon Bupati, dengan nama paket Adi – Nata.
Koleksi yang terlihat, yang dianggap salah satu yang special adalah koran yang memuat Ketua Umum DPP PDIP yang juga Presiden ke 5, Megawati Soekarno Putri. Nama korannya Api – Rakyat, terbit 25 Januari 1947. Ulasan utamanya saat itu, malah terkait perjuangan India untuk merdeka. Namun ada berita penting, saat itu yaitu lahirnya Megawati. Beritanya berbunyi seperti ini. “Dyah Permata Soekarno Poeteri alias Megawati Setyawati. Jogja, 24-1. Tadi malam poekol 19.17, njonja presiden melahirkan seorang poeteri seperti tersebut diatas. Iboe dan anak dalam keadaan sehat dan baik. Antara.”
“Catatan ini penting, karena sosok anak yang lahir saat itu menjadi wanita hebat hingga saat ini. Bagi saya ibu Mega salah satu wanita terhebat di dunia,” kata Alit dengan wajah serius. Selain terkait lahirnya Megawati, ada banyak koran tua terkait Bung Karno. Namun ada satu yang special, ada edisi khusus 40 hari wafatnya Bung Karno. Nama korannya “Mingguan Srikandi” dengan judul besar “Pada Peringatan 40 Hari Wafatnya, Bung Karno Muntjul Lagi”. Semua halaman memuat tentang kisah Bung Karno dari segala sudut.
Tak hanya itu ada juga buku – buku karya Bung Karno yang legendaris, dan menjadi dasar pemikiran bangsa ini. Bahkan buku – buku ini seperti koleksi wajib tokoh – tokoh besar bangsa ini hingga saat ini. Misalnya ada Amanat Penderitaan Rakyat (Ampera), kemudian ada buku Dibawah Bendera Revolusi (DBR), ada buku Indonesia Menggugat, buku Sarinah dan karya Bung Karno lainnya. Termasuk ada bundle majalah tempo, terkait perjalanan Megawati dan kejadian penting negeri ii. Istimewanya Alit juga punya juga buku – buku Bung Karno garapan penulis lain, misalnya “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia” karya Cindy Adam. Selain itu, ada buku koleksi – koleksi benda – benda seni, seperti lukisan ada lima jilid dengan hard cover. “Segala jenis koleksi benda seni, misalnya ada lukisan karya Basuki Abdulah, ada lukisan karya Affandi. Bahkan ada pelukis Henk Ngantung karyanya ada disini, Henk Ngantung ini sempat menjadi Gubernur Jakarta,” kata salah satu Wakil Ketua Bidang di DPC PDIP Badung ini.
Ada juga dokumen terkait Bali, Prasasti Bali yang dibuat apik dizaman itu. Bahkan terkait Atlas Kebudayaan Bali dibuat oleh tokoh budaya asal Belanda yag cinta Bali Namanya DR. Goris yang saat ini menjadi nama jalan dekat Kampus Unud Jalan Sudirman Denpasar. Karya bukunya ini istimewa, dengan foto yang keren dan dituangkan dalam tiga Bahasa, yaitu Indonesia, Inggris dan Belanda. Buku ini adalah buku yang dibuat untuk menjadi koleksi Presiden Soekarno kala itu.
Bagaimana cara mengumpulkan koleksi ini? Alit mengatakan ini bukan perkara sehari dua hari. Namuan memang karena kecintaannya terhadap sejarah, benda tua dan dokumen – dokumen tua. Membubatnya selalu ingin mendapatkan koleksi baru. “Sejak lama, memang kebetulan ayah saya juga tokoh di PDI Perjuangan. Sering dengar cerita, dan ayah saya juga punya dokumen – dokumen penting bersejarah. Kemudian saya juga rajin nyari, kadang dapat satu, di Jogja, kadang ada yang membawakan. Panjang ceritanya,” urainya.
Yang terpenting dari hobinya ini, ada filosofi yang dia dapatkan. Bahwa sejarah itu penting, untuk menjadi cerminan saat ini. “Sejarah penting, rekam jejak orang penting, sejarah itu simbolik masa lalu yang bisa menjadi cerminan kita melangkah saat ini. Ada masa lalu, ada masa kini dan ada masa depan. Saya banyak belajar masa lalu, untuk bisa lebih baik masa kini dan masa depan,” pungkas pria santun yang sederhana ini.
Selain itu ia juga memaparkan karir politiknya di PDI Perjuangan selama 25 tahun, yakni mulai dari menjadi pengurus ranting hingga pengurus di DPC PDI Perjuangan Kabupaten Badung. ” Terkait politik sy memang berkarir dari bawah mulai dari pengurus rantingtingat desa, PAC hingga sekarang menjadi pengurus di DPC PDI Perjuangan Kabupaten Badung dan koleksi ini lah menjadikan suatu inpirasi saya bergabung dalam PDI Perjuangan selama puluhan tahun,”paparnya. Kbh6.