Seniman Lukis di Bali Tuangkan Karya Diatas Baliho Bekas Pemilu
Denpasar-kabarbalihits
Pesta Demokrasi di Indonesia telah berlalu, namun beberapa Alat Peraga Kampanye (APK) berupa baliho masih ditemukan teronggok di sudut jalan khususnya wilayah Denpasar. Sehingga tidak sedikit masyarakat yang menyayangkan sikap peserta pemilu tahun ini.
Atas keluhan tersebut, sejumlah perupa dari Komunitas Pojok di Bali berinisiatif memanfaatkan baliho-baliho bekas Pemilu dijadikan karya lukisan yang dipamerkan, dan dibuka untuk umum.
Salah seorang seniman Komunitas Pojok bernama Wahyu mengatakan, ide tercetus dari baliho-baliho bekas pemilu yang tergeletak di sudut jalan maupun gang wilayah Denpasar karena tidak sempat dibersihkan oleh petugas, atau peserta pemilu.
“seperti di gang itu kadang cuma diturunkan, terus disandarkan di bangunan warga, ada di sungai. Akhirnya jadi sampah dan itu tidak diurus sampai ada pemulung. Dari situ kita punya ide jadi media gambar daripada beli kanvas,” kata Wahyu saat ditemui di Pameran bertajuk Cover Up di Taman Baca Kesiman, Jalan Sedap Malam, Sabtu (30/3/2024).
Kemudian tema yang dituangkan pun berdasarkan keresahan masyarakat atas kondisi Pemilu 2024 saat ini. Sehingga 5 perupa yang terlibat dari Komunitas Pojok memvisualkannya dengan mudah diatas baliho.
Dalam pameran ini terdapat 10 baliho ukuran kecil, dan 10 baliho ukuran besar yang dilukis dengan unik sesuai karakteristik senimannya.
“ya bisa dibilang kritik, menyuarakan obrolan kecil masyarakat di poskamling, di depan warung,” jelasnya.
Pameran ini berlangsung selama tiga hari, dimulai dari Jumat, 29 Maret 2024 sampai Minggu, 31 Maret 2024. Dimana 10 lukisan baliho ukuran kecil dilelang untuk umum, dan lukisan baliho ukuran besar rencananya akan tetap terpajang di Taman Baca Kesiman.
Diakui dalam pameran lukisan ini tidak hanya mengkritik satu peserta pemilu saja, maupun lembaga, sehingga pengunjung merespon hasil karya ini dengan baik sejak pameran dibuka.
“jadinya lebih mudah diterima, gambar-gambar juga tidak ada yang vulgar. Mau dari anak-anak sampai orang tua tidak ada masalah,” pungkasnya.
Sementara salah seorang pengunjung bernama Indra mengaku senang melihat keseluruhan lukisan yang dipamerkan, dan mengapreasi karya para seniman yang berani mengekspresikan kekecewaannya terhadap situasi politik saat ini.
Disebut ide melukis diatas media baliho bekas ini sangat keren, sebab baginya sampah baliho ini sangat mengganggu kenyamanan lingkungan bagi masyarakat.
“ini terbukti mereka mau suaranya doang, tapi gak ada pemikiran recycle (daur ulang). Jadi polusi mereka buang saja ke TPA tanpa tanggung jawabnya,” ujarnya.
Ia juga memandang cara kampanye politik saat ini sebaiknya dimanfaatkan secara digital, sehingga kedepannya politikus atau peserta pemilu tidak lagi membuat polusi visual.
“Hari ini sudah digital, kalau mereka peduli dengan situasi lingkungan, peduli situasi masyarakat, polusi visual juga, kalau mereka punya pemikiran maju lagi harusnya mereka memikirkan lebih dalam dan personal mungkin kampanyenya,” imbuhnya. (kbh1)