Raup Keuntungan Rp 5 Juta Seminggu, Ternak Tikus Usaha Sampingan Jadi Utama
Denpasar-kabarbalihits
Ida Bagus Raka Purnawan (41) sukses meraup keuntungan hingga Rp 5 juta per minggu dari usaha ternaknya yang memiliki pangsa pasar tersendiri.
Tidak seperti peternak pada umumnya, Pria asli Denpasar yang tinggal di lingkungan Banjar Penyaitan ini mendapatkan cuan dari ternak tikus putih.
Ida Bagus Raka menuturkan, bisnis ini berjalan berawal dari hobinya memelihara hewan reptil khususnya ular yang mengharuskan untuk membeli pakan yakni tikus putih. Merasa boros akan pakan ular, ia berinisiatif mengembangkan tikus putih untuk kebutuhan pribadi dengan memanfaatkan pekarangan rumahnya.
Dipandang memiliki masa berkembang biak yang sangat cepat, yakni hanya menghabiskan waktu 18 hari dari kawin hingga beranak dan menyebabkan over populasi, akhirnya Ida Bagus Raka mencoba menjual hasil ternaknya ke sesama pehobi reptil dan usahanya pun didukung oleh pehobi di komunitas reptil.
“ya terus sampai sekarang nambah, syukurnya disupport sama teman-teman di komunitas juga,” tutur Ida Bagus Raka akrab disapa Gus Aji saat ditemui dikediamannya, di Banjar Penyaitan, Kelurahan Pemecutan, Denpasar Barat, Sabtu (3/1/3024).
Tidak hanya dijual pada sesama pehobi, hasil ternaknya pun dicari oleh para mahasiswa salah satu Universitas negeri di Bali untuk penelitian. Disebut per ekornya dijual dari kisaran harga Rp 5 ribu hingga Rp 65 ribu menurut jenis tikus.
“ada Rp 5 ribu, Rp 10 ribu, Rp 15 ribu, paling mahal untuk penelitian khusus harganya Rp 65 ribu per ekor,” bebernya.
Dalam seminggu, Ia dapat memenuhi permintaan tikus putih dari pelanggannya di sejumlah wilayah di Bali hingga 1500 ekor, dengan keuntungan bersih hingga Rp 5 juta.
“sekitar 6-7 jutaan per minggu, itu kotor. Bersihnya sekitar Rp 5 juta,” jelasnya.
Menurutnya dalam perawatan tikus putih tidaklah susah, hanya memberikan pakan berupa remahan roti dan rutin membersihkan kandang. Dimana hingga saat ini, ia telah memiliki indukan sampai 400 ekor dari 3 jenis tikus dengan ukuran yang berbeda yakni Mencit, Rat, dan ASF (African Soft Furred).
Lantaran usaha ternak tikus putih mampu mendongkrak perekonomian keluarganya, Ia mengaku mulai mengesampingkan profesinya sebagai montir dengan mengutamakan ternak tikus putih.
“dulu ternak tikus sampingan, sekarang jadi utama dan Bengkel yang jadi sampingan. Yang sampingan ternyata lebih menguntungkan,” ujarnya.
Baginya bisnis ini sangat berpeluang kedepannya, sebab permintaan tikus putih di Bali terus bertambah hingga saat ini, sedangkan jumlah peternak tikus putih masih sedikit. Ia pun mengajak masyarakat yang berminat untuk ikut mengais rejeki pada budidaya hewan pengerat ini.
“jadinya setengah suplai dari Jawa. Kedepannya siapa tahu ada yang berminat untuk ternak ini, ya kita welcome belajar bareng, untuk nambah penghasilan,” ajaknya. (kbh1)