October 24, 2024
Lifestyle

Awalnya Iseng, Pensiunan PNS di Denpasar Sukses Ternak Perkutut Bangkok Diburu Pehobi

Denpasar-kabarbalihits

Pensiunan PNS di Pemerintahan Kota Denpasar berhasil membudidaya burung Perkutut Bangkok hingga menghasilkan juara dan diburu pehobi di wilayah Bali. Putu Sudana (60), pemilik Letoxs Bird Farm berasal dari Mengwi, Badung, tinggal di Jalan Gunung Batur, Gang Carik 3, No. 4 Denpasar memulai budidaya perkutut bangkok sejak 1,5 tahun yakni pada tahun 2021.

Sudana awalnya tidak memiliki hobi khusus pada burung perkutut bangkok, hanya mengaku untuk mengisi kekosongan selepas pensiun. Karena melihat adanya peluang bisnis pada Perkutut Bangkok, ia mencoba membeli sepasang Perkutut Bangkok.

“dari kecil memang tidak hobi burung, cuma awalnya untuk mengisi kekosongan itu setelah pensiun,” kata Putu Sudana, saat ditemui dikediamannya, Jumat (3/11/2023).

Ia juga tertarik pada perkutut bangkok karena memiliki postur lebih besar dari perkutut lokal, dan suaranya pun lebih besar dan lantang. Dari sepasang perkutut itu, kini Sudana yang akrab disapa Letoxs berhasil mengembangkannya hingga 20 pasang (40 ekor) hanya dengan memanfaatkan pekarangan rumahnya yang tidak luas. Dalam budidaya perkutut bangkok ini, Sudana cukup menggunakan kandang yang sederhana.

“kandangnya kecil-kecil karena kondisi tempat tidak mengijinkan makanya saya bikin kandang yang simpel aja,” jelasnya.

Sebagai pemula, ia merasa sangat beruntung karena hasil ternaknya diburu pehobi khususnya pada perkutut bangkok di wilayah Bali. Bukan tanpa alasan, itu disebabkan hasil ternaknya telah menghasilkan keturunan juara pada tingkat regional Bali sebanyak 4 ekor.

Hingga saat ini sebanyak 165 ekor anakan perkutut bangkok telah terjual. Kepada pehobi, Sudana menjual perkutut bangkok dengan harga terjangkau, yakni kisaran Rp 150 ribu hingga Rp 1 juta tergantung dari pakem suara perkutut.

“umur perkutut 1,5 bulan, 2 bulan itu harganya Rp 150 ribu. Ada yang dijual sampai 1 juta itu burung sudah jadi,” bebernya.

Baca Juga :  Dinas Perikanan Kabupaten Badung Gelar Bimtek Pengolahan Ikan

Sudana yang hanya memiliki target segmen pembeli menengah kebawah, omzet yang didapat dari penjualan perkutut bangkok diakui tidak menentu, namun dirata-ratakan bisa menerima Rp 1,5 juta per bulan.

“bulan ini lumayan banyak, ada yang ngambil 10 ekor, ada yang 5 ekor, kurang lebih 3 juta bulan ini. Tapi nggak mesti, rata-rata sampai Rp 1,5 juta,” terangnya.

Kembali dijelaskan pada bisnis ini, suara dari perkutut bangkok yang menentukan harga. Dimana suara memiliki pakem untuk dilombakan, yakni memiliki suara depan, tengah dan ujung. Tidak hanya pakem, suara yang unik pun menjadi selera pehobi.

“ada yang suara bass, suara trebel (nada tinggi), ada yang menengah. Bahan lomba ada pakemnya depan, tengah, dan ujung. Lebih panjang lebih bagus mendengarnya, lebih menikmati,” ujarnya.

Dalam perawatan burung perkutut bangkok disebut tidak susah, dan pembelian pakan juga tidak mahal. Ia juga menyempatkan diri untuk meracik ramuan tradisional agar seluruh ternaknya tidak terserang penyakit. (kbh1)

Related Posts