Peselancar Anak-Anak Ramaikan Kompetisi Surfing di Pantai Biaung
Denpasar-kabarbalihits
Tinggi dan kerasnya deburan ombak disertai kencangnya arus di Pantai Biaung tidak membuat ciut nyali bagi peselancar anak-anak. Justru bagi mereka menaklukkan gulungan ombak yang tinggi adalah prestasi.
Lincahnya peselancar anak-anak ini terekam saat Muara Boardriders Surfing Competition digelar di Pantai Biaung – Muara Kesiman, Denpasar Timur (11/9/2022).
Menurut Ketua Muara Boardrider, I Wayan Maydy Pradana Putra, kompetisi yang diadakan di Pantai Biaung ini merupakan final dari lanjutan Denpasar Series 2022 yang sebelumnya mengambil 5 lokasi pantai di Denpasar, diantaranya Pantai Sindu, Pantai Serangan, Pantai Mertasari, Pantai Hyatt, dan Pantai Bangsal Sanur. Dimana para pemenang selanjutnya akan berkompetisi di Liga Surfing Indonesia.
“Tujuannya itu ke LSI (Liga Surfing Indonesia). LSI itu Final Surfing bagi seluruh Indonesia, club surfing di Indonesia itu finalnya di LSI yang diadakan di Bali,” kata Maydy Pradana Putra di sela-sela kompetisi berlangsung.
Dikatakan kompetisi tingkat seKota Denpasar yang diikuti 180 orang peserta ini juga sekaligus menjadi ajang pencarian bibit atlet surfing di wilayah Denpasar.
“Kedepannya bukan berhenti hanya di LSI, bisa ke Porprov, PON di Aceh. Kita itu juga mencari bibit atlet di Kota Denpasar yang bakal dikirim ke final LSI,” jelasnya.
Disebutkan para peserta dibagi menjadi beberapa kelas, diantaranya kelas umur dibawah 10 tahun. Kemudian kelas open women, peserta perempuan umur 7 tahun hingga 30 tahun. Kelas junior diikuti dari umur 11 tahun sampai 21 tahun. Selanjutnya kelas open, dari umur 19 tahun sampai 29 tahun, dan kelas master dari umur 30 tahun sampai 50 tahun keatas, serta kelas bergengsi show air.
“Ini kelas bergengsi karena di ombak sampai terbang-terbang, manuver diatas ombak,” ujarnya.
Antusias peserta saat ini meningkat signifikan menjadi 180 orang dari kompetisi sebelumnya hanya 90 orang. Terlebih peserta lebih banyak diikuti anak-anak, karena berkeinginan ke tingkat olimpiade seperti surfer Rio Waida.
“Lumayan untuk di Denpasar pantainya di timur, pesertanya lumayan banyak,” imbuhnya.
Salah seorang peserta bernama Bagas Teddy (11) tinggal di Jalan Siulan, Penatih, Denpasar Timur mengaku saat menaklukan ombak dan melakukan landasan merasa kesusahan. Pada kompetisi ini Bagas memperoleh posisi ke 4.
“Susah ombaknya, loncat-loncat. Kendalanya take offnya susah,” katanya.
Peserta lainnya bernama Kiran (12) warga negara Amerika Serikat yang lama tinggal di Bali mengaku tertarik meramaikan kompetisi ini, karena sejak umur 6 tahun ia sering berolahraga surfing di Sanur, mengikuti hobi ayahnya.
“Ikut surfing sama papa. Surfing biasanya di Sindu, Sanur,” katanya.
Kiran juga mengaku kerap mengikuti kompetisi lainnya dan mendapatkan juara.
Senada dengan peserta bernama Miora (8) asal Jepang, mengaku tertarik mengikuti kompetisi ini optimis meraih juara 1 dan ingin menjadi atlet surfing.
“Karena saya mau jadi juara 1. Sering bermain surfing di Serangan, sama papa” ujarnya.
Salah satu juri Muara Boardriders Surfing Competition, I Gusti Bagus Antara mengatakan penilaian pada kompetisi surfing ditentukan saat peselancar memulai mengambil ombak, trik manuver dan saat bertahan di ombak.
“Nilai tertinggi saat melakukan triik, mungkin atlet itu bisa terbang, ataupun melakukan hal yang baru,” terangnya.
Pada kompetisi ini para pemenang di tiap kelasnya diberikan piagam, piala dan sejumlah uang pembinaan. (kbh1)