December 6, 2024
Daerah Ekonomi Lifestyle

Kembangkan Tanaman Mint di Lahan Sempit, Omzetnya Menyegarkan 

Denpasar-kabarbalihits 

Diketahui mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan, seorang pria di Denpasar berhasil membudidayakan Tanaman mint hingga 31 jenis di sisa lahan samping kostnya, di Jalan Singasari No 57, Desa Peguyangan, Denpasar Utara. 

Dengan sistem hidroponik dan media tanah, Koko Elmutholif (29) mencoba menanam salah satu daun herba aromatik ini 4 tahun lalu, bermula dari istrinya yang setelah melahirkan merasa lebih gemuk, sehingga daun mint dipercaya sebagai penawar diet. 

“Awalnya iseng aja, istri habis melahirkan agak gemukan terus nanam mint. Karena tahu mint fungsinya untuk pencernaan, terus konsumsi setiap hari akhirnya body istri bagusan,” Kata Koko (25/11). 

Meneruskan sebagai bisnis, ia kembangkan mulai sejak awal pandemi mewabah. Daun mint yang kerap dicampurkan ke makanan atau minuman ini, permintaannya sampai ke luar Bali dijual secara online. 

“Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi juga pernah untuk onlinenya. Untuk offline paling daerah sini, paling jauh ke Singaraja,” Jelasnya. 

Dari 31 jenis Tanaman mint yang dimiliki, permintaan paling tinggi oleh konsumen lokal Bali adalah jenis spearmint dan corn mint, biasanya untuk membangkitkan aroma segar yang dicampurkan pada minuman alkohol. 

“Ada spearmint dipakai di garnis minuman restoran, segala macam minum kekenian. Ada juga yang rasanya agak pekat, paper mint bagus buat teh, kebanyakan orang nyari untuk mengurangi insomnia. Yang lain chocolate mint, aroma mentolnya keras rasa cokelatnya lebih berasa,” Bebernya. 

Sedangkan permintaan untuk di luar Bali dominan jenis koleksi, seperti Penny Royal, Pineapple, dan Ginger Varigata. 

“Itu semua bisa sebagai tanaman hias dan konsumsi. Tergantung selera, ada yang mau mentol kencang, mentolnya rendah, mau yang segar, rasa apel, nanas, segala macam tergantung selera,” Ucapnya. 

Sebelumnya Koko hanya hanya menjual bagian daun mint saja, namun belakangan ini permintaan semakin tinggi pada daun mint, justru ia menjual bibit tanaman mint, beralasan tidak mau repot lagi dalam pemotongan daun mint. 

“Itu lebih simpel dan resiko lebih ringan kalau dihitung jual bibit. Kalau jual daun saja, tiap sebulan atau dua bulan harus ganti, karena tersumbat (sistem hidroponik),” Ujarnya. 

Ia menjual bibit mint dari kisaran harga Rp 5 ribu hingga Rp100 ribu.

“Ya menurut jenisnya, yang biasa 5 ribuan. Kalau yang mahal Penny Royal harga 100 ribuan,” 

Dalam penjualan, diakui omzet yang diterima selama sebulan diperkirakan hingga Rp 5 Juta.

“Itu hitungan kasarnya, bisa lebih bisa kurang juga,” Katanya. 

Beberapa bibit tanaman mint didatangkan dari luar negeri seperti dari Australia, Inggris, Singapura, juga Amerika.

Baca Juga :  Wabup Suiasa Berikan Arahan di FGD, Komitmen Tingkatkan Kualitas Pelayanan Publik di Badung

Tidak hanya bisnis semata, Koko juga memberikan edukasi kepada pembeli, dianjurkan agar menanam mint secara pribadi dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah. 

Ditambahkan, pekerjaan utamanya di bidang travel saat ini tersendat, sehingga budidaya tanaman mint yang jelas menghasilkan rupiah lebih segar sangat membantu perekonomian keluarganya. (kbh1) 

Related Posts