Pelaku Pariwisata Tunggu Momen Bulan Februari, Ketua IHGMA Bali : Badainya Sama, Perahu di Bali Berbeda
Badung-kabarbalihits
Open border yang telah dilakukan sejak bulan Oktober 2021 diharapkan segera direalisasikan, dan bulan Februari 2022 menjadi kabar baik dengan strategi travel buble yang dihandalkan oleh Pemerintah untuk mendatangkan wisman ke Bali.
Menurut Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Bali, Yoga Iswara, segala proses telah dilakukan Bali selama dua tahun. Dimana hal ini akan menjadi cerita sukses saat menjalani verifikasi, sertifikasi, vaksinasi, dan kedisiplinan masyarakat Bali menjadi tertinggi secara nasional.
“Tentunya memikirkan hal-hal yang sifatnya mitigasi contohnya adanya omicron sekarang harus antisipasi jangan sampai meningkat. Namun dengan ekosistim imunitas yang bagus di Bali mudah-mudahan bisa mereda segera, satu minggu kedepan harapan kita,” Kata Ketua IGHMA Bali saat menghadiri acara Gathering IFBEC Bali di Kuta, Badung (28/1/2022).
Selanjutnya, dengan adanya kebijakan fleksibelitas mulai dari kebijakan Visa, Penerbangan, Karantina, Asuransi, termasuk kelompok negara-negara yang bisa masuk ke Bali diharapkan ruang publik bisa dibuka tetap dengan protokol kesehatan dan parameter yang aman.
“Agar Bali bisa bernafas kembali, saya melihat sekarang adanya persiapan untuk itu. Mudah-mudahan bulan februari kabar baik buat kita semua. Akan ada trial, travel buble mudah-mudahan ini bisa terjadi untuk Bali,” Ujarnya.
Saat ini Bali dinilai memiliki dua perspektif, yakni kesiapan yang sangat matang dan yang terpenting kondisi Bali sedang tidak baik-baik saja, karena ketergantungan terhadap pariwisata sangat tinggi sekali.
“Dengan pertumbuhan yang negatif berkontraksi di urutan 34, kemudian proses Bali ini dalam artian badainya sama tetapi perahu kita di Bali berbeda, ketergantungan terhadap pariwisata sangat tinggi sekali,” Ucapnya.
Yang dibutuhkan masyarakat Bali saat ini adalah stability untuk bangkit, kemudian memikirkan diversifikasi ekonomi setelah Bali resmi dibuka.
“Kalau tidak ini masalahnya berat sekali, bali sudah dalam kondisi berdarah-darah. Pelaku pariwisata yang dirumahkan sudah bingung mau bayar kesehatan mereka sudah berpikir biayanya berapa, obatnya berapa, belum lagi bayar cicilan, belum lagi anak-anaknya yang kuliah dipending dulu, ini masalah sosial yang tidak bisa kita abaikan,” Bebernya.
Diharapkan kondisi ini mendapat respon yang cepat untuk mewujudkan bali bangkit. Dimana momentum tersebut dinilai ada pada bulan februari.
Pihaknya memahami adanya sebuah ekstra kehati-hatian dari Pemerintah terkait Bali menjadi tuan rumah G20. Namun diharapkan adanya solusi untuk masyarakat di Bali pada kondisi ‘Bleeding’ saat ini.
“Harapan kita bagaimana tetap diberikan ruang untuk bernafas, jadi ada titik temu, win win solusi masyarakat kami yang bleeding. Stakeholder pariwisata di Bali dan sekaligus bisa menyukseskan G20,” Imbuhnya. (kbh1)