January 18, 2025
Daerah Ekonomi Pariwisata

Pariwisata Bali Masih ‘Dikunci’, Ini Penjelasan Ketua IFBEC Bali

Badung-kabarbalihits 

Pandemi Covid 19 yang bekepanjangan membuat pertumbuhan ekonomi di Bali menjadi lemah, terlebih Bali bergantung pada sektor pariwisata. Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah dan stakeholder pariwisata untuk membangkitkan Pariwisata di Bali, namun hasilnya tidak sesuai harapan. Sehingga kondisi pariwisata saat ini terkesan ‘masih dikunci’ yang disebabkan oleh beberapa kendala. 

Hal tersebut disampaikan Ketua IFBEC Bali (Indonesian Food & Beverage Executive Association) I Ketut Darmayasa, S.I. Pem, MM, CHT saat acara Gathering di The Vira Bali Boutique Hotel & Suite, Kuta, Badung (28/1/2022). 

Menurutnya, gathering yang dilaksanakan IFBEC Bali di tempat yang selalu berbeda merupakan bentuk dukungan terhadap Hotel dan Restoran yang terdampak. Dimana Okupensi Hotel di Bali secara umum dinilai dibawah dua digit, sehingga bentuk saling support sangat diperlukan. 

“Bagaimana nanti kedepan menanamkan rasa semangat itu, untuk saling menyemangati yang lain, agar mereka mendapatkan hak yang sama,” Ucapnya. 

Gathering ini juga sebagai ajang bertemunya pelaku pariwisata untuk menyikapi beberapa regulasi, karena dianggap kondisi pariwisata saat ini ‘masih dikunci’. 

Dilihat ada beberapa kendala yang membuat sepi kunjungan wisman, meski penerbangan internasional dibuka sejak bulan oktober 2021. Salah satunya tentang pemberian visa dalam masa penanganan penyebaran Covid 19. 

“Visa yang diterapkan saat ini sesuai dengan ketentuan permenkumham nomor 34, tahun 2021 masih menggunakan esensial visa. Padahal biayanya tinggi dan harus perlu sponsor dari masing-masing warga yang ada di Bali. Kalau nanti kedepan regulasi itu bisa dirubah paling tidak menggunakan visa on arrival itu akan lebih gampang,” Jelasnya. 

Kendala lainnya adalah karantina yang menghabiskan waktu hingga 7 hari sesuai edaran Satgas Covid 19 terbaru. Diharapkan karantina bisa dilakukan di Bali, sehingga one island management bisa dikelola di Bali. 

“Bali tetap menjadi tempat karantina sehingga tamu yang datang tidak perlu lagi ke tiga airport internasional yang dibuka saat ini, Jakarta, Surabaya, Sulawesi. Kalau itu dibuka untuk Bali, potensi Bali untuk dikunjungi oleh wisatawan akan lebih baik,” Ujarnya. 

Kemudian dari sisi penerbangan langsung, dari 19 negara yang ditentukan oleh pemerintah, dinilai ada beberapa potensi negara yang memang tidak sering ke Pulau Bali. 

“Kenapa tidak cari yang dekat, atau sering datang ke Bali. Kita punya track record Bali itu dikunjungi diluar domestik, ada Australia, China, atau negara lain kenapa itu tidak dimasukkan kedalam paket yang 19 negara itu,” Pungkasnya. 

https://youtu.be/HAeIwh41o14

Selanjutnya tentang premi asuransi, diketahui kedatangan tiap wisman dikenakan USD 100 ribu. Jika nilai premi tersebut dikurangi, kemungkinan kunjungan ke Bali meningkat. 

“Inilah apa yang harus kita perjuangkan bersama-sama, bukan saja IFBEC tapi kita punya forum Bali Bangkit menggerakkan stakeholder secara continue menyuarakan hal yang sama, jadi semangat kita sama agar nanyi kedepan Bali cepat dibuka,” Harapnya. 

Ditekankan, untuk memulihkan Bali dibutuhkan dengan strategi dan langkah baru agar bisa maju bersama-sama. 

“Saya belum menemukan pandemi kapan akan berakhir. Tapi kita tidak surut, tetap berjuang. Cara-cara lama yang tidak signifikan untuk Bali kita harus buang,” Katanya. 

Terkait adanya G20 yang digelar di Bali, pihak IFBEC belum bisa berpatisipasi pada rangkaian hajatan internasional tersebut. Disebabkan, seluruh rangkaian hanya dipusatkan di wilayah Nusa Dua. 

Menurutnya apabila 150 Event pada acara G20 disebarkan di seluruh Kabupaten/Kota di Bali, pastinya IFBEC akan membuat sesuatu untuk menggerakkan UMKM yang ada di Bali. 

“Apalagi tenaga kerja yang sudah dirumahkan atau sudah dipotong gajinya 70 persen selama dua tahun ini kita ajak kerjasama bareng-bareng. Mari kita bangkitkan pariwisata dengan membuat sesuatu. Kita tunjukkan kreatifitas, inovasi dan kecepatan sehingga kita lebih produktif,” Imbuhnya.

Baca Juga :  IFBEC Bali Serukan Perusahaan Wajib Verifikasi New Normal Standar
 

Bersama 320 anggota IFBEC lainnya, pada kondisi saat ini pihaknya tidak mau menunggu regulasi baru dari pemerintah. Namun tetap berbuat sesuatu secara profesional untuk diri sendiri dan masa depan. 

“Paling penting adalah regulasi itu biarkan berjalan secara dinamis, tetapi kita tidak boleh hanya berdiam diri. Harus menunjukkan bahwa kita orang yang profesional, selalu kreatif, penuh inovasi dan selalu produktif,” Ujarnya. (kbh1) 

Related Posts