Unik Rumah Arwah Tjo Kong Tik, Ngaben Ala Tionghoa di Bali
Denpasar-kabarbalihits
Tjo Kong Tik merupakan upacara yang dilaksanakan oleh keluarga keturunan Tionghoa di Bali, yang bertujuan untuk menyucikan roh leluhur. Tradisi ini mirip dengan rangkaian upacara Ngaben yang ada di Bali.
Terlihat unik, karena setiap Tjo Kong Tik ada miniatur rumah atau biasa disebut gedong – gedongan, yang menjadi salah satu media untuk menyucikan roh leluhur di samping media lainnya seperti hio, kertas perak dan lainnya.
Pemimpin Upacara Tjo Kong Tik, Made Mustika dengan nama Tionghoa Thio Kim Piu menyampaikan, prosesi Upacara ini dikatakan mirip dengan rangkaian Ngaben umat Hindu di Bali dengan sebutan ngeroras. Pihak keluarga Candra yang tinggal di Jalan Kebo Iwa Selatan, Denpasar berkesempatan melaksanakan upacara ini pada Sabtu (25/12) karena terbentur pemberlakuan PPKM sebelumnya.
“Kalau orang Tionghoa disini meninggal ditanam, kalau Ngaben di Bali sawonya dibongkar dipungut tulangnya dan dibakar, kalau kita tidak. Kuburan tetap ada tetapi sudah selesai ditanam,” Jelasnya.
Disebutkan upacara ini dilakukan sebagai wujud bakti kepada leluhur. Bagi keturunannya, wajib untuk mewujudkan Gedong atau Rumah Arwah dipersembahkan kepada leluhur.
Made Mustika yang biasa disapa Cik Mangku melanjutkan, seseorang keturunan Tionghoa dari meninggal menuju 7 hari dilakukan Upacara yang sama dengan Ngaben. Kemudian mencari 49 hari untuk prosesi Tjo Kong Tik. Namun jika berhalangan, pihak keluarga bisa mencari hari lain maksimal 3 tahun setelah kematian.
“Kalau ndak bisa 49 hari, 100 hari bisa Kong Tik, selama lamanya 1 tahun ambil, tidak juga punya rejeki ya 2 tahun, 3 tahun terakhir,” Ungkapnya.
Menjalankan upacara Tjo Kong Tik sebaiknya dilakukan sesuai kemampuan finansial, terlebih dalam mewujudkan rumah arwah dan dikembalikan kepada masing-masing keluarga yang menjalankan upacara.
Biasanya jumlah kamar dalam gedong-gedongan atau rumah arwah tersebut disesuaikan dengan jumlah leluhur yang meninggal.
“Ada yang bertingkat, ada yang tidak bertingkat. Itu wajar dari anak-anak tidak memaksa, kalau leluhur itu tidak mau memaksa bikin yang besar-besar,” Ujarnya.
Seusai pihak keluarga melakukan persembahyangan dirumah dengan mengaturkan sesajen berupa buah dan makanan, dilanjutkan dengan prosesi pembakaran pada malam hari. Diakhiri dengan melepas simbol perahu layar ke pantai dan kembali pihak keluarga melakukan lantunan doa untuk menyucikan roh leluhur. (kbh1)