
Gus Adhi Serahkan Bantuan 29 Ribu Lebih Bibit Kopi Robusta di Busungbiu, Ajak Petani Perluas Pemasaran Produksi
Buleleng-Kabarbalihits
Setelah menyerahkan bibit kelapa genjah di Kabupaten Jembrana, Anggota DPR RI Fraksi Golkar Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra ( Amatra) memberikan bantuan 29 ribu lebih bibit Kopi Robusta kapada petani subak abian dan kelompok tani di Desa Pucak Sari Kecamatan Busungbiu Buleleng, Senin 13 Desember 2021.
Bantuan puluhan ribu bibit kopi Robusta tersebut merupakan Diseminasi Inovasi Teknologi Pengembangan Benih Hasil Litbang Komoditas Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali.
Disela penyerahan bibit Kopi Robusta tersebut Agung Adhi Mahendra Putra yang akrab disapa Gus Adhi mengatakan Kelemahan petani adalah sering tidak menghitung biaya produksi dan hasil. Padahal bertani adalah sebuah bisnis (usaha). Kedepan hal ini perlu diperhatikan sehingga usaha tani bisa menguntungkan dan mensejahterakan petani.
“Dengan hasil yang ada, saya minta petani jangan cepat merasa puas. Tapi terus berinovasi dengan memanfaatkan teknologi dan melihat peluang ada. Sekarang kopi lagi trend, jadi gaya hidup. Ini peluang besar bagi petani kopi,” ujarnya.
Pada kegiatan tersebut Gus Adhi sapaan menyerahkan bantuan 29 ribu lebih bibit kopi robusta secara simbolis kepada subak dan kelompok tani. Hadir pula Kepala BPPT Bali, I Made Rai Yasa dan Kades Pucaksari Ketut Maliani.
Gus Adhi menyatakan sudah saatnya petani tidak saja mengembangkan produksi namun juga inovasi agar memperluas pemasaran dan bisa memberi nilai tambah.
“Penanganan pascapanen sangat penting sebab nilai tambahnya sangat besar, bisa berlipat ganda. Seperti kopi diolah sebelum dijual, dibuatkan kemasan yang bagus dan tentu dengan teknologi online bisa dilakukan pemasaran secara lebih cepat dan mudah,” jelasnya.
Dalam lawatannya ke sejumlah negara, Gus Adhi mencontohkan negara Swiss yang tak punya kebun kakao, bisa menjadi produsen cokelat terbesar di dunia. “Ternyata kakao banyak didatangkan dari Indonesia,” jelasnya. Hal serupa dilakukan Turki yang mengolah hasil rempah-rempahnya menjadi bahan kering yang tahan lama dan memberi nilai tambah tinggi.
Di sisi lain Gus Adhi menjelaskan perlunya pengembangan produk (kopi luwak) berbasis kawasan untuk menjaga kualitas dan kuantitas serta kontinyuitas produk. Sehingga bisa mengisi peluang pasar yang ada termasuk pasar modern.
Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPPT) Bali, I Made Rai Yasa mengatakan dari survei yang dilakukan kondisi Busungbiu mirip dengan Pupuan yang terkenal dengan kopinya. Ia juga menyebutkan konsumsi kopi terus meningkat. “Jadi prospeknya sangat bagus,” jelasnya.
Busungbiu kata Rai Yasa memiliki areal kebun kopi paling luas. Namun produksinya terus menurun. Karena itu adanya bantuan bibit ini bisa mendukung upaya peremajaan sekaligus perluasan pengembangan kopi sehingga produksi meningkat.
Kades Pucaksari I Ketut Maliani mengatakan setiap panen, kopi petani di desanya didrop ke pengepul dari Pujungan. Ia mengaku pengelolaan kopi di daerahnya memang belum profesional.
Petani juga banyak yang beralih ke tanaman durian dan alpukat dianggap lebuh prospek. Sebab harga kopi cenderung stag yakni berkisar Rp2-2,5 juta per kuintal. (Kbh6)