Warga Perantau Pulang Kampung Pilih Bertani Gumitir, Perbekel Desa Belok Sidan : Bangga Menjadi Petani
Badung-kabarbalihits
Desa Belok Sidan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung memiliki potensi pertanian yang sangat diunggulkan. Banyak jenis pertanian dapat dikembangkan di tanah subur wilayah tersebut, seperti Kopi, Jeruk, sayuran, hingga bunga Gumitir. Sehingga mewabahnya pandemi Covid-19 di Bali, membuat warga perantau Desa Belok Sidan yang sebelumnya bergelut di sektor Pariwisata terpaksa kembali ke kampung halaman untuk bertani.
Hal tersebut disampaikan Perbekel Desa Belok Sidan, Petang I Made Rumawan saat ditemui di lahan pertaniannya beberapa waktu lalu (11/12). Perantau warga Belok Sidan yang kembali bertani dikatakan lebih memilih menanam bunga Gumitir, karena masa panennya yang cepat.
“Menjadi prioritas sekarang bunga Gumitir, yang dianggap oleh masyarakat mendapatkan hasil secepat mungkin, karena 50 hari sudah bisa dipetik,” Katanya.
Dari 5547 jumlah penduduk Desa Belok Sidan, mayoritas sebagai petani dan mempunyai luas lahan pertanian total 600 Hektar.
“Ada hitungan kecil yang menjadi PNS, kuli bangunan, yang mayoritas pertanian,” Ujarnya.
Sedangkan dari data yang diperoleh, 10 persen warganya yang sebelumnya bergelut di dunia Pariwisata, saat ini yang bertahan hanya 2 persen.
“Setelah pandemi pulang cuman hitungan 2 persen saja yang masih di Pariwisata, masih dapat kerjaan, sisanya sudah kembali ke kampung halaman untuk bertani,” Bebernya.
Apabila pandemi berlalu dan situasi ekonomi pulih, kemungkinan warganya akan kembali terjun ke dunia Pariwisata.
“Pandemi berlalu mungkin basic di pariwisata mungkin dia akan kembali ke pariwisata, sementara ini dia tetap di petani,” Jelasnya.
Dilanjutkan, selain panen yang cepat, saat ini bunga Gumitir mempunyai nilai jual lumayan tinggi. Untuk kualitas super dijual Rp 22 ribu sampai Rp 24 ribu per Kg.
Sementara hasil panen bunga Gumitir hanya dimanfaatkan sebagai sarana bebantenan/ Upacara. Kedepan, pihaknya akan mencari rekanan agar bunga Gumitir bisa diolah untuk dikonsumsi.
“Akan mencari investor bekerjasama untuk membuat dan mengolah di saat bunga mitir tidak laku atau murah kita olah jadi apa, misalnya teh dan lain sebagainya,” Harapnya.
Lainnya, untuk pertanian Jeruk di wilayah Belok Sidan dikembangkan beberapa varian, seperti Jeruk Siem, Jeruk Tulungagung, Jeruk Berastagi dan yang terbaru dikembangkan adalah Jeruk Regal Lebong.
“Kalau kintamani punya jeruk, Belok Sidan sudah pasti punya jeruk yang kualitas bagus,” Pungkasnya.
Sedangkan Kopi yang dikembangkan di Belok Sidan jenis arabika unggulan. Pihaknya telah berinovasi di beberapa banjar untuk pengolahan kopi, yang kualitasnya sudah dipasarkan ke tingkat Internasional.
Sementara saat ini, pengembangan pertanian di desanya tidak menemui kendala yang berarti. Namun pemasaran khususnya pada sayuran dinilai mengalami pasang surut yang signifikan.
“Kadang-kadang sangat drastis naik turunnya di pemasaran, kalau pas panen raya bersamaan itu harganya pasti anjlok. Apalagi situasi pandemi dua tahun kemarin agak drop harga sayur-sayuran. Nah kalau Kopi, Jeruk sudah lumayan tidak ada pengaruhnya,” Ujarnya.
Ditambahkan, dengan latar belakang seorang petani diharapkan masyarakat di Belok Sidan bangga menjadi petani dan pihaknya akan membuka lapangan kerja di sektor pertanian bagi generasi muda saat ini.
“Kami akan ciptakan lapangan kerja akan berinovasi agar anak-anak kami itu bisa menjadi petani, dan bangga menjadi petani,” Tutupnya. (kbh1)