Spirit Peran Perempuan Bali Terdapat di Diorama Monumen Perjuangan Rakyat Bali
Denpasar-kabarbalihits
Dalam rangka mensosialisasikan perjuangan rakyat Bali, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Monumen Perjuangan Rakyat Bali menggelar Sarasehan Peranan Perempuan Dalam Perjuangan Rakyat Bali yang bertempat di Ruang rapat UPTD monumen Perjuangan Rakyat Bali, Renon, Denpasar (30/6).
Kepala UPTD Monumen Perjuangan Rakyat Bali I Made Artana Yasa menjelaskan, semangat diorama yang dibuat di Monumen Perjuangan Rakyat Bali diangkat dalam sarasehan peran perempuan pada perjuangan rakyat Bali.
Diterangkan, bahwa Monumen Bajra Sandhi merupakan Monumen Perjuangan Rakyat Bali untuk memberi hormat pada para pahlawan serta merupakan lambang pesemaian pelestarian jiwa perjuangan rakyat Bali dari generasi ke generasi, serta lambang semangat untuk mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Kita berharap spirit dari hasil sarasehan ini pada masyarakat utamanya kaum perempuan menjadi motivasi bagi kaum perempuan Bali untuk berjuang di seluruh lini,” Ucap I Made Artana Yasa.
Dikatakan saat ini perempuan Bali telah menempati posisi yang strategis, dengan skilnya dapat mengimbangi posisi laki-laki.
“Ya ada posisi strategis. Diorama ini spirit dari perjuangan yang digambarkan kita juga sosialisasikan, segmennya bisa mahasiswa dan masyarakat,”
Sementara Kepala Seksi Informasi Masyarakat UPTD Monumen Perjuangan Rakyat Bali Dewi Ardhiyanti, SE., M.SI. mengatakan, sosialisasi Monumen Perjuangan Rakyat Bali bertujuan untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air kebangsaan terhadap generasi muda dan masyarakat Bali.
“Karena banyak masyarakat hanya berjalan didepan tapi tidak tahu apa isi didalam Bajra Sandi itu sendiri,” Katanya.
Dengan diadakannya sarasehan ini diharapkan khususnya untuk perempuan di Bali, agar mengetahui bahwa di Bali ada para pejuang perempuan.
“Kita jadi perempuan di Bali saling menyayangi saling menguatkan, sehingga perempuan Bali menjadi perempuan yang luwih bisa berkiprah di segala sisi,” Harapnya.
Sarasehan yang dimoderatori oleh Dr. IGA Diah Yuniti, M.Si menghadirkan dua pembicara, yakni dari Dosen ISI Denpasar Dr. Drs. I Gusti Ngurah Seramasara, M.Si dan Dr.Ir. Luh Riniti Rahayu, M.Si, selaku Ketua LSM Bali Sruti.
Dalam sarasehan tersebut, pembicara I Gusti Ngurah Seramasara memaparkan materi Peranan tokoh perempuan di Bali, salah satunya disebutkan dalam peristiwa sejarah perang Kusamba Klungkung yakni Dewa Agung istri Kania, sebagai wanita besi menjadi pemimpin perang yang tidak pantang menyerah melawan pasukan tentara Belanda. Dimana semangatnya bisa dijadikan sebagai pemikiran untuk melawan penjajah, dalam kondisi saat ini yakni menjajah prilaku nafsu konsumerisme.
“Semangat perempuan mendobrak penjajahan, tapi penjajah yang kini dilawan adalah penjajahan nafsu kita sendiri, gaya hidup, konsumerisme, dan godaan perempuan juga sangat kuat tentang gaya hidup, wajib itu sama-sama perlu diantisipasi,” Paparnya.
Sedangkan narasumber lainnya, Luh Riniti Rahayu menyatakan pandangan atas perempuan Bali masa kini, tidaklah tertindas karena tinggal bersama keluarga laki-laki, melainkan wanita dan laki-laki di Bali sudah ada kesetaraan gender.
“Maka dengan demikian, wanita Bali bukan tertindas, melainkan dikenal tangguh, mandiri berjuang, dan tidak manja. Perempuan Bali juga bersikap responsif demi ada keadilan gender, bahkan di tahun 1936 kesadaran untuk terlibat organisasi dan memajukan pendidikan perempuan Bali mulai tumbuh untuk ditingkatkan,” Sebutnya.
Ditambahkan, Jika masa lampau pendidikan sekolah bagi anak perempuan kurang penting. Sangat berbeda di zaman teknologi informasi kekinian.
“Stigmanya karena anak perempuan merasa anak diambil orang (dilamar anak laki-laki selaku calon suami), itu salah satu membuat perempuan menjadi kurang terpelajar. Sekarang perempuan sudah terlibat dalam perjuangan memajukan keluarga, masyarakat, dan bangsa Indonesia. Perempuan maju menghilangkan pandangan tertindas, organisasi perempuan menghapus buta huruf, mencegah perkawinan dini, hingga mencegah poligami,” Imbuhnya. (kbh1)