Sempat Mencoba Bunuh Diri, Nenek Reni Akhirnya Diterima Dinsos Provinsi Bali
Denpasar-kabarbalihits
Sempat terlantar karena diusir oleh anaknya, kini wanita renta bernama Ketut Reni (76) mendapatkan bantuan dari Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Provinsi Bali dan PHDI Provinsi Bali. Nenek Reni tiba di Terminal Mengwi didampingi Gusti Mustika dengan menumpang bus pada Senin siang, (29/3).
Penerimaan kedatangan Nenek Reni di Rumah Singgah Lansia Bali atas koordinasi PHDI Banten dengan PHDI Bali bersama Dinsos P3A Provinsi Bali.
Diketahui, Gusti Mustika yang merupakan krama Hindu Bali di Desa Gerem, Kecamatan Gerogol Lingkungan Kalibaru II, RT II RW IV, Cilegon, Banten, adalah penyelamat nasib Nenek Reni yang ingin bunuh diri. Dimana pada saat itu Nenek Reni mencoba menabrakkan diri diatas rel kereta api, rute Cilegon Merak, pada Sabtu (20/3) Pukul 15.30 Wib.
“Pada saat tanggal 13 maret, tiyang cerita dari awal. Beliau sempat ingin melakukan percobaan bunuh diri menabrakkan diri di rel kereta api sedang melintas. Ada kisah mistis harusnya loncat kedepan, ternyata jatuhnya kebelakang, dari situ begitu kereta lewat beberapa menit kemudian menghampiri Nenek itu,” Ungkap Gusti Mustika di Rumah Singgah Lansia Bali, Renon, Denpasar (29/3).
Gusti Mustika menganggap Nenek Reni mengalami depresi berat, sebab ketika ditanya Nenek Reni menjawab dengan tidak jelas.
“Pergi dari rumah anaknya tidak jelas, disuruh ke Lampung tujuan tempatnya tidak jelas. Orang tua ini mengalami depresi berat, pada saat itu tiyang evakuasi. Tiyang coba sadarkan,” Katanya.
Dari peristiwa ini, Gusti Mustika mendapatkan jalan dari hasil rapat PHDI Pusat, PHDI Banten, dan PHDI Bali untuk tinggal di Panti Jompo melalui Dinas Sosial Provinsi Bali.
“Dia mau ke Bali tapi tidak mau ke Geluntung, Tabanan (asal Nenek Reni) dan tidak mau ke anaknya, kalau ke tempat tiyang dia mau,” Ujarnya.
Selama sebulan mengajak Nenek Reni di Cilegon, ia menilai semangat untuk hidup kembali sudah terlihat.
“Dia sangat antusias, secara agama bagus. Semangat bangkit kembali sadar seperti sekarang,” Ucapnya.
Dari kejadian ini, Gusti Mustika berharap tidak ada lagi kasus yang sama, seperti Nenek Reni.
Fasilitas untuk bisa mengantar Nenek Reni ke Bali, diakui mendapatkan dana dari Punia partisipasi dari semeton umat Hindu Banten.
“Khususnya Banjar Cilegon Serang sudah buka dompet amal, terkumpul dana Rp. 4,5 juta. Waktu berangkat dijalan kan situasi tidak seperti sebelum pandemi, otomatis tes rapid antigen. Tidak ada menggunakan dana dari Dinas Sosial Provinsi Banten,” Imbuhnya.
Menurut pengakuan Nenek Reni menggunakan bahasa bali, Ia mencoba bunuh diri sampai dua kali karena adanya konflik dengan dua anaknya Ni Wayan Sukaisih dan Made Wasa, yang diketahui telah pindah agama. Sedangkan, dari keluarga pihak almarhum suaminya Ketut P, sudah tidak mau menampungnya di Banjar Geluntung Kaja Desa Geluntung, Marga, Tabanan.
“Saya inginnya mati saja, tidak tau kenapa. Saya diusir sama anak di Cikarang, disuru ke Bali tapi saya tidak mau ke Bali sampai ribut di terminal. Saya ingin ke Lampung, Kalianda ada saudara, tapi tidak tahu alamatnya. Diberi tiket ke Lampung, tapi tujuan tidak ke Lampung maunya turun di Bakaheni. Terus turun dari bus, saya naik kapal ingin menceburkan diri tapi tidak terwujud,” Ucap Nenek Reni kelahiran Geluntung, 9 Juli 1945.
Kejadian tersebut mendapat perhatian pemerintah Bali, baik PHDI Bali dan Dinsos P3A Prov. Bali. Dinilai tindakan pengusiran orang tua oleh anak kandungnya sudah tidak tepat. Kepala Dinas Sosial P3A Prov. Bali I Dewa Gede Mahendra Putra, SH., MH. mengatakan untuk sementara pihaknya akan mengecek kesehatan dan menghilangkan rasa traumatik Nenek Reni.
“Kita sudah ada Panti yang bisa kita tempatkan untuk Nenek Reni. Semua Panti di Bali sudah representatif, di sini kita assessment dahulu untuk dicek kesehatannya dan rasa traumatiknya dihilangkan dahulu. Kalau sudah pulih baru kita tempatkan di Panti, itu juga harus sepengetahuan keluarganya. Itu sudah kewajiban kita,” Jelasnya.
Ditambahkan, apabila nanti anak kandungnya ingin menengok, bisa datang ke Panti Jompo yang akan direncanakan selanjutnya. Sedangkan untuk kepastian penempatan, meski Nenek Reni ber-KTP Tabanan, tidak harus ditempatkan di Panti Jompo wilayah Tabanan.
“Tidak mesti di Tabanan ya, tetapi yang penting kita tangani dahulu dan semua administratif dilengkapi. Yang penting keluarga dan anak-anaknya mengetahui orang tuanya ada di panti, jadi kalau anaknya nanti mau menengok ya boleh dan tentu saja terbuka,” Imbuhnya.
Ketua PHDI Bali Prof. Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana, M.Si., menyampaikan terima kasih terhadap peranan dari Ketua PHDI Banten, PHDI Serang, Dinsos P3A Prov. Bali dan masyarakat krama umat Hindu yang sudah membantu Ketut Reni. Pelajaran penting bagi umat, khususnya anak muda karena seorang Ibu yang melahirkan, merawat, dan hal tersebut tidak bisa dibayar dengan apapun atas jasa orang tua.
“Ini menjadi pelajaran bagi kita semua, apalagi yang bersangkutan Nenek Reni sampai tidak diterima oleh keluarganya. Kami dari PHDI hanya bisa membantu memediasi sesuai kemampuan kita, bagaimana selaku warga Bali, umat Hindu, dan bangsa Indonesia, yang saat ini beliau hidup sebatang kara. Kita bantu dan beliau merasa ada yang melindungi. Ini pelajaran bagi kita semua, khususnya anak-anak muda jangan sampai orang tua ditelantarkan. Itu dosanya sangat besar, harus berbakti kepada orangtua,” Terangnya.
Sementara, Ketua PHDI Provinsi Banten Ida Bagus Alit Wiratmaja menyampaikan selanjutnya akan menyerahkan ke Dinsos P3A Prov. Bali untuk proses penanganan Reni. Sebab, keluarga Reni di daerah Lampung dan di Tabanan ternyata tidak mau lagi menerimanya, sehingga saat ini ia akan dibantu Pemprov Bali.
“Astungkara Nenek Reni sudah diterima oleh Dinsos P3A Prov. Bali, setelah kami berkoordinasi dengan PHDI Prov. Bali, di mana sebelumnya kami mendapat laporan dari PHDI Kab. Serang tempat di mana Nenek Reni ditemukan. Kami antar Parisada memiliki tanggung jawab dan rasa kemanusiaan, di mana pun umat harus dibantu dan dimediasi dengan cepat. Di wilayah tempat Pak Gusti Mustika juga umat Hindu banyak membantu supaya Nenek Reni bisa kembali ke Bali, itu adalah wujud kepedulian umat,” Katanya.
Dari pantauan Kabarbalihits, tampak raut wajah Nenek Reni sesaat begitu bahagia, ketika mendapatkan tempat tinggal baru bagi dirinya dan berusaha melupakan kejadian yang dialami sebelumnya. (kbh1)