Cokelat Cotol Paling Dicari Di Hari Valentine
Badung – kabarbalihits
Sudah menjadi tradisi di hari kasih sayang, memberikan hadiah berupa bunga ataupun cokelat kepada pasangan kekasih, dan sahabat adalah sesuatu yang spesial.
Seperti perajin pembuat cokelat bertema valentine di industri skala rumahan, bernama Made Wira Astika Suberna (29) banjir orderan membuat cokelat karakter kartun. Juga cokelat karakter nyeleneh berbentuk kelamin pria ini paling dicari di Nyoman’s Chocolate.
Menurutnya cokelat menggemaskan ini sudah booming 3 tahun yang lalu, selain bentuk dan warna yang bervariasi, rasanya juga dipastikan tidak membuat sakit tenggorokan.
“Peminatnya paling banyak sih diantara yang lain, karena bentuknya yang aneh, unik, dan kita satu-satunya di Bali, namanya Cotol” Jelas Wira Astika ketika ditemui dikediamannya Banjar Pengubengan Kangin, Kuta Utara , Badung (13/2).
Pria yang juga berprofesi sebagai perawat pada Rumah Sakit di Badung menuturkan, Cokelat unik ini diprioritaskan bagi pembeli yang berumur diatas 17 tahun. “Prioritas umur 17 tahun keatas, biar nggak dibawah umur. Takutnya gimana-mana, 17 tahun, 40 tahun ada sih bapak-bapak yang banyak beli” Katanya.
Pengerjaan Cokelat karakter ini juga dibantu beberapa temannya, yang kebetulan tidak mempunyai pekerjaan dan dipasarkan melalui media sosial. “Kita jual lewat media sosial, di Instagram, Facebook, tiktok juga sekarang” Ujarnya.
Untuk harga cokelat dijual disesuaikan dengan karakternya, seperti cokelat cotol ia jual Rp.85 ribu per box. “Ada juga yang kotak skat 45 ribu, 55 ribu, ada diatas itu cokelat bucket diatas 100 ribu, oreo supreme kita jual 85 ribu isinya 12 pcs” Paparnya.
Untuk bahan cokelat, selain di Bali ia dapatkan juga dari luar Bali, sedangkan untuk alat cetak dibeli dari luar negeri. “Kita pakainya cokelat blok. Kalau alat cetak kebanyakan impor khususnya ini (cetakan cotol) tidak ada di Indonesia, kita beli luar negeri” Ucapnya.
Selain membuat cokelat, Wira juga menerima pesanan bucket. Namun saat ini penjualan bucket jauh menurun dari sebelum masa pandemi. “Kelihatan dari segi bucket menurun, kalau cokelat tetap stagnan karena mungkin ini saja (cokelat) yang kita tonjolkan” Ungkapnya.
Wira berharap, usahanya tidak hanya sebagai usaha rumahan, namun dapat menyerap tenaga kerja dan mempunyai cabang usaha. “Saya inginnya usaha ini punya cabang-cabang lainnya dimana-mana” Harapnya.
Diakui sebelumnya, awal membentuk usaha ini hanya untuk menambah hasil tambahan diluar profesinya, dan menjual cokelat bisa dibuat berbagai bentuk. “Kreasi-kreasi itu banyak variasi, kreasi itu ngga mungkin berhenti. Kita selalu inovasi baru, dan menemukan Kreativitas baru” Imbuhnya. (kbh1)