November 25, 2024
Seni Budaya

Festival Budaya Pecut Ksatria Mahottama

Denpasar-kabarbalihits

Dandim 1611/ Badung Kolonel Inf. I Made Alit Yudana membuka Festival Budaya Pecut Ksatria Mahottama di Puri Gerenceng Pemecutan Denpasar, Sabtu (26/12) Dengan penerapan prokes 3 M yang ketat.

Salah satu yang ikut tampil dalam lintas Provinsi itu adalah etnis Sunda yang diwakili Paguyuban Badan Musyawarah (BAMUS Bali) dan Angkatan Muda Siliwangi (AMS Bali). Selain dari etnis Sunda hadir juga dalam festival tersebut, etnis Ponorogo. Ada Tari Topeng Pasundan, Tari Pecut Ponorogo, hingga Reog Ponorogo serta ditampilkan juga demonstrasi penggunaan pecut Bali.

Panglingsir Puri Grenceng Pemecutan Anak Agung Ngurah Agung mengatakan festival ini merupakan gelar budaya refleksi tahun 2020  yang dikolaborasikan dengan budaya Bali, Pasundan, dan Banyuwangi, dengan tetap mengedepankan konsep menyama braya.

“Puri-puri harus kita bangkit, begitu juga saya pesen kepada pemerintah Puri itu jangan dilupakan, kadang-kadang Puri dilupakan,” ungkapnya.

Sementara Dandim 1611/ Badung Kolonel Inf. I Made Alit Yudana berharap festival budaya ini tetap mengedepankan protokol kesehatan agar terhindari dari klaster covid-19. Disamping itu karena kegiatan ini juga berhubungan dengan budaya.

“Dibali ini sangat bagus, yang membedakan Bali dengan daerah lain adalah budayanya. Orang kebali ini khan bukan cuma lihat alam tetapi juga melihat budaya, dengan adanya kegiatan budaya ini mudah-mudahan wisatawan mengetahui bahwa ada budaya yang tersembunyi yang belum mereka tahu   sehingga menjadi tahu” ujarnya.

Dandim 1611/Badung menambahkan, festival ini juga diharapkan bisa menambah khasanah budaya untuk meningkatkan kunjungan wisata ke Bali.

Sedangkan Panglingsir Puri Pemecutan Anak Agung Ngurah Putra Dharma Nuraga mengatakan bahwa keberadaan pusaka pecut ini bermula dari peristiwa penganugrahan Ida Bhatari  Dewi Danu Batur kepada Kyai Notor Wandira berupa amanah kekuasaan atas Gumi Badeng (Badung) dan senjata pusaka pecut dan tulup. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 1450 di tepian utara Danau Batur. 

“Baru generasi kesebelas kebangkitan ini, karena kita lihat Kerajaan Badung boleh dikatakan telah terabaikan. Peninggalan-peninggalan juga tidak mendapat perhatian sehingga kami generasi kesebelas berharap di tahun 2021 ada gerakan-gerakan dari pemerintah kita untuk memperhatikan kerajaan tidak hanya kerajaan Badung saja,”  ucapnya.

Baca Juga :  Pertahankan Tradisi Ngelawang Di Masa Pandemi

Ditambahkannya awalnya, senjata pecut dibuat dari serat tanaman seperti serat ijuk dan serat nenas, serta dari kulit hewan seperti dari kulit sapi/kerbau. Pecut umumnya terdiri dari tiga bagian yaitu tangkai, badan dan ujung(murda).

Tangkai pecut dibuat dari rotan beringket, bambu empet,  atau bahan lainnya, badan pecut dibuat dari serat ijuk atau daun nenas perahu, serta ujung (murda) yang biasanya diberi hiasan.

“Ditinjau dari segi makna, pecut bisa dimaknai sebagai perut dalam tubuh manusia, dimana dalam perut manusia ada susunan usus yang melingkar dengan sempurna, disinilah makanan dan minuman diproses sehingga menghasilkan tenaga atau energi kehidupan” imbuhnya.

Puncak Festifal Budaya Pecut Ksatria Mahottama diisi dengan pementasan Tari Kreasi Ksatria Mahottama.(kbh4)

Related Posts