November 25, 2024
Ekonomi

Akademisi Nyatakan Harga Rumah Kembali Seperti dulu, Apakah Ini Kesempatan Beli Rumah Saat Pandemi?

Denpasar-kabarbalihits

Sebagian besar masyarakat mengira jika harga property dalam masa pandemi kini sedang anjlok. Namun, menurut Akademisi Universitas Warmadewa I Nyoman Gede Maha Putra, ST., M.Sc., PhD., harga property sesungguhnya tidak anjlok, hanya saja sekarang terjadi perlambatan perpindahan tangan dan harga memasuki pada harga asalnya. 

Baca Juga :  Dukung Pengembangan Desa Adat, Putu Parwata Terima Audiensi MDA Badung

Maha Putra mengatakan investasi pada segmen property saat kondisi pandemi seperti sekarang memang melamban disebabkan karena sektor pariwisata turun drastis, di mana pariwisata sebagai daya tarik utama orang untuk berinvestasi hampir hilang atau nol. 

“Banyak yang menduga harga property sedang turun. Padahal yang terjadi sebenarnya harga property tidak turun. Yang terjadi dulu melonjak sangat pesat, namun yang sekarang terjadi pada harga asalnya. Karena peralihan tidak secepat atau melambat tidak seperti sebelum Corona,” ungkapnya.

Dosen berprestasi ini mengamati, property di Bali sempat menarik karena banyaknya minat masyarakat untuk berinvestasi tidak terlepas dari iklim pariwisata di Bali yang berkembang pesat.

Menurut Maha Putra, kebutuhan masyarakat tidak lagi hanya memenuhi instrumen sandang pangan dan papan, namun sudah meningkat pada iklim investasi. Lima tahun sebelumnya, harga property terjadi melambung sangat tinggi. Maka minat masyarakat untuk berinvestasi sangat tinggi.

“Karena itu, sebelumnya  terjadi perputaran yang sangat cepat, perpindahan tangan kepemilikan property sangat cepat. Misalnya sebelum lunas jika sudah laku dan ada keuntungan pasti cepat dijual sehingga harga melambung tinggi,” jelasnya.

Namun, yang terjadi sekarang adalah harga property kembali pada harga asalnya, yang diatur oleh market value  atau nilai pasar. 

“Saya meyakini, pemerintah pasti akan melakukan upaya pariwisata di Bali agar bergairah kembali. Peralihan tangan akan lebih cepat dan terjadi akselerasi,” imbuhnya.

Maha Putra yang merupakan dosen muda ini memaparkan, iklim yang terjadi saat ini property tidak lagi lokasi yang menentukan sepenuhnya, karena untuk lokasi di Bali misalnya daerah Batur dulu tidak ada melirik sekarang sudah diminati bahkan menjadi primadona. Dengan adanya sosial media turut mempercepat dan berkembangnya  property yang tersembunyi, sehingga nilai property tidak tergantung lokasi.  

“Kalau dulu yang berminat investasi property umumnya mencari yang dekat dengan jalur atau jalan umum, terminal atau bandara. Kalau sekarang sudah semua orang memiliki kendaraan dan setiap lokasi memilik venue yang menarik, maka mudah untuk mengaksesnya,” imbuhnya sembari menunjukkan property akan kembali bangkit.

Ditambahkannya, property menjadi instrumen investasi, pada umumnya terjadi cepatnya modal kembali bahkan benefit. Untuk memacu harus diekploitasi secara luas maupun intensitas pemanfaatan tentu mengundang banyak investor.

“Misalnya salah satu lokasi dibuka sebagai restoran, agar cepat tentu mengundang banyak orang. Akan terjadi polusi, kemacetan, maka ancaman ekologi akan meningkat. Investasi property tentu harus tidak cukup menghasilkan kebutuhan beulanan, untuk bertahan hidup maka harus berkembang dan melakukan espansi,” pungkasnya.

Sementara itu Griya Damai Property sudah membuktikan bahwa lokasi saat ini tidak menentukan permintaan terhadap rumah, baik sebagai hunian atau investasi. Karena selama ini Griya Damai Property sudah mampu menjual hunian di kawasan Gianyar yakni Griya Damai Property Buruan dan Keramas, bahkan juga ekspansi ke daerah Kabupaten Karangasem. (kbh2)

Related Posts