October 28, 2025
Opini

Titik Balik dan Prioritas Hidup

kabarbalihits

Ada sepasang suami istri, sang suami suka olahraga tetapi sang istrinya tidak. Sang suami tidak pernah memaksa agar istrinya olahraga, cuma sekali waktu mengajaknya walaupun istrinya selalu mengatakan tidak dengan alasan capek. Sampai suatu ketika hampir sebagian besar baju kebaya sang istri menjadi ketat karena tubuhnya memang sedikit melar. Sang istri panik lalu mulai bertekad untuk  jogging.

Awalnya dia mengajak teman-temannya karena segan sendiri, tetapi dalam perjalanannya karena satu dan lain hal, temannya kadang-kadang ikut, kadang-kadang tidak. Namun karena tekad sang istri sudah kuat sehingga tidak bergantung pada temannya, sehingga meskipun sendirian, dia tetap berangkat untuk olahraga. Dengan demikian prioritas sang istri mulai berubah. Tadinya tidur bermalas-malasan adalah sorga baginya, tetapi sekarang yang menjadi rangking utama adalah jogging. Apalagi setelah beberapa waktu memang ada hasilnya, berat badannya turun dan tentu saja secara langsung berpengaruh pada bentuk tubuhnya.

Kisah lainnya, seorang istri sangat gemar membeli dan mengoleksi tas, mulai dari yang bermerek sampai yang mereknya tidak terdengar. Setiap kali pergi ke mall, maka yang dituju pertama adalah counter tas. Lama-lama kelamaan koleksi tasnya semakin banyak.

Suatu ketika, dia hendak pergi ke sebuah acara dan memilih salah satu tas yang akan dibawa, dia kebingungan saking banyaknya pilihan. Masalahnya ketika dia mengambil salah satu tas yang ada, ternyata tas tersebut agak rusak, mungkin karena dimakan rayap atau lembab karena tidak pernah dibuka.  Dan tidak tanggung-tanggung salah satu tas yang rusak adalah tas yang bermerek. Betapa kagetnya dia. Dan yang mencengangkan, ternyata selidik punya selidik tas yang rusak, bukan hanya satu tetapi ada beberapa. Dia menjadi bingung. Dalam kebingungannya, salah seorang temannya mengajaknya berkunjung ke yayasan orang-orang berkebutuhan khusus. Hatinya mulai terketuk. Semenjak itu prioritas hidupnya berubah, bukan lagi pada tas, tetapi lebih kepada hal-hal yang bersifat kemanusian.

Baca Juga :  Menghakimi

Tentu masih banyak contoh-contoh terkait dengan hal di atas. Ada yang dulunya bintang pesta tiba-tiba berubah menjadi aktifis anak dan meninggalkan kehidupan pestanya. Ada yang karena mengalami peristiwa menyakitkan dalam hidupnya (perceraian), lalu menjadi dermawan yang menyantuni anak-anak tidak mampu. Ada artis terkenal, karena tidak bisa menyelamatkan putranya sewaktu tsunami hebat di tahun 2004 di Thailand, lalu tergerak hatinya untuk mendirikan lembaga yang membantu penyembuhan orang-orang yang berjuang melawan penyakit kanker di seluruh dunia. Ada perempuan yang karena mendapatkan suaminya selingkuh, lalu menjadi seorang guru meditasi yang hebat. Ada juga seseorang yang karena bisnisnya mengalami kebangkrutan dan istrinya menderita sakit parah, lalu tiba-tiba seperti mendapat wangsit menjadi orang suci (pemangku). Artinya perubahan itu selalu diawali sebuah peristiwa besar yang sifatnya cenderung berupa penderitaan. Jadi, dalam banyak hal penderitaan justru merupakan faktor yang lebih dominan yang membuat orang berubah. Sederhana saja, ketika hidup orang lebih banyak diliputi oleh kesenangan maka orang bersangkutan cenderung tetap berada pada zona nyaman.

Prioritas Berubah

Kisah-kisah diatas adalah cerminan kehidupan sehari-hari bahwa pada titik tertentu, setiap orang mengalami titik balik dalam hidupnya, yang tentu saja tingkat dan jenisnya berbeda pada tiap orang. Dan ketika titik balik terjadi, maka prioritas hidupnya juga akan berubah. Dengan berubahnya prioritas, maka secara otomatis kebiasaan juga berubah. Kebiasaan berubah, maka arah hidup juga berubah. Secara emosional, biasanya diawal-awal orang belum bisa menerimanya karena endapan pengalaman, perasaan sebelumnya begitu kuat mencengkeram. Tetapi biasanya sejalan dengan perjalanan waktu endapan masa lalu itu pelan-pelan makin tipis lalu menghilang. Dan setiap orang biasanya berbeda rentangnya.

Baca Juga :  Pansus Ranperda Desa Presisi Gelar Serap Aspirasi

Pertanyaannya adalah, ketika kita merubah prioritas, dari sesuatu yang tadinya biasa kita lakukan kemudian kita menarik diri dari hal tersebut, adakah kita kehilangan sesuatu?  Yang pasti paling hanya kebiasaan saja yang berubah tergantung prioritas hidup. Mungkin saja timbul sebuah penyesalan. Namun, sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Mark Manson bahwa, penyesalan merupakan sebuah tanda perkembangan (pendewasaan diri). Ditambahkan pula, ketika kita berhenti menghargai sesuatu, maka sesuatu itupun tidak lagi menarik atau menyenangkan di mata kita. Disamping itu, biasanya penurunan ketertarikan terhadap sesuatu sejalan dengan pertambahan usia karena seiring dengan pertambahan usia, kemampuan fisik juga mengalami penurunan, disamping juga karena harapan-harapan dalam hidup sudah diraih. Artinya ketika seseorang sudah ‘diingatkan’ agar merubah prioritas hidupnya, dan masih juga ‘ngotot’, yaa.. ada resiko yang harus ditanggungnya.

Riwayat Penulis :

Alumni Universitas Gajah Mada Yogyakarta (1990), sempat lama bekerja sebagai penterjemah di sebuah kantor perencanaan lanskap dan ‘nyambi’ sebagai pramuwisata paruh waktu. Saat ini mengelola sebuah Sekolah Bahasa Inggris. Sudah menulis 3 buah buku bertema ‘self-help’  ‘Lagasan Bayune’, Tegtegan Bayune’ dan ‘, ‘Lemesin Bayune’.

Related Posts