
SNIA 2025 Ungkap Tantangan Baru Audit Internal di Tengah Reformasi BUMN dan Laju AI
Badung-kabarbalihits
Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) kembali menyelenggarakan Seminar Nasional Pelatihan Internal Audit (SNIA) 2025 pada 3–4 Desember di The Stones Hotel, Kuta, Badung.
Forum tahunan ini mempertemukan regulator, akademisi, auditor internal, serta perwakilan BUMN, BUMD, dan sektor swasta untuk membahas perubahan besar dalam lanskap risiko dan tata kelola Indonesia.

Ketua Umum YPIA, Setyanto P. Santosa menyampaikan bahwa memasuki 2026 profesi auditor internal menghadapi “pergeseran struktural yang fundamental”. Percepatan Artificial Intelligence (AI), ekspansi pembayaran digital, disrupsi model bisnis, serta berlakunya UU 16/2025 tentang BUMN disebut menjadi faktor utama yang mengubah arsitektur tata kelola nasional.
“UU 16/2025 menandai era baru tata kelola BUMN. Auditor internal dituntut memiliki tingkat kematangan lebih tinggi, adaptasi cepat, serta kemampuan foresight untuk menjaga integritas dan efektivitas governance,” kata Setyanto, Kamis (4/12/2025).
Di tingkat global, kajian PwC Risk Roadmap 2026 menyebut dunia memasuki fase risk convergence, ketika risiko teknologi, geopolitik, ekonomi hijau, iklim, dan kegagalan tata kelola saling memperkuat. Indonesia ditempatkan pada kategori Accelerated Exposure with Transitional Readiness, yakni negara dengan peluang ekonomi besar namun eksposur risiko yang meningkat pesat.
Beberapa dinamika strategis yang dibahas dalam SNIA meliputi, ekspansi QRIS internasional yang menuntut digital trust yang kuat, kebutuhan mendesak AI governance untuk memitigasi bias algoritmik, percepatan agenda ESG dan green finance, pentingnya policy impact auditing untuk meningkatkan kualitas kebijakan publik, reposisi BUMN pasca UU 16/2025 dan peran Danantara sebagai sovereign wealth fund, dan urgensi menyiapkan auditor generasi baru dengan keterampilan digital dan agility tinggi.
Ditambahkan bahwa disrupsi teknologi, integrasi pembayaran lintas negara, tekanan ESG compliance, dan ketegangan geopolitik menuntut fungsi audit internal menjadi lebih adaptif, prediktif, dan berbasis data.
Berdasarkan diskusi dan pemaparan selama dua hari, SNIA 2025 merumuskan enam langkah strategis:
1. Memperkuat tata kelola AI dan akuntabilitas algoritmik sebagai fondasi governance modern.
2. Mengintegrasikan ESG dan green risk assurance dalam praktik audit internal untuk mencegah greenwashing.
3. Meningkatkan kapasitas policy impact auditing guna menilai efektivitas, risiko, dan dampak nyata kebijakan publik.
4. Mengokohkan digital trust architecture, terutama di tengah pertumbuhan transaksi digital yang mencapai 4,45 miliar (31,20% yoy) per-Oktober 2025.
5. Memperkuat pengawasan BUMN pasca implementasi UU 16/2025, termasuk integrasi risk management dan kesiapan Danantara.
6. Membangun talent pipeline auditor masa depan melalui jalur kompetensi dan sertifikasi profesional (QIA, QGIA, QHIA, PQIA, CPIA).
SNIA 2025 menegaskan bahwa tantangan tata kelola kini bersifat lintas-sektor dan saling terhubung. YPIA berharap seluruh organisasi, pemerintah, swasta, BUMN, dan BUMD, dapat memperkuat integritas pengawasan, membangun budaya risiko yang matang, serta memposisikan auditor internal sebagai mitra strategis dalam transformasi organisasi. (kbh1)


