October 13, 2025
Daerah Peristiwa

23 Tahun Tragedi Bom Bali I, Ganti Istilah Peringatan Dengan Doa Perdamaian 

Badung-kabarbalihits

23 tahun peristiwa Bom Bali I, berbagai elemen masyarakat di Bali, termasuk penyintas, keluarga korban, tokoh lintas agama, serta wisatawan mancanegara, berkumpul di Monumen Ground Zero, Legian, Kuta, Badung, pada Minggu (12/10/2025). Mereka mengikuti acara Doa Perdamaian sebagai bentuk penghormatan dan refleksi atas tragedi kemanusiaan yang mengguncang Bali pada 2002 silam.

Di depan monumen yang terukir ratusan nama korban, mereka meletakkan bunga dan menundukkan kepala untuk berdoa. Momen hening itu menjadi simbol penghormatan kepada para korban sekaligus pengingat pentingnya menjaga perdamaian dunia.

Salah seorang wisatawan asal Australia, Paul, mengatakan bahwa kehadirannya bersama keluarga merupakan bentuk penghormatan kepada para korban tragedi. Ia mengaku momen ini selalu membawa kesedihan mendalam, tidak hanya bagi warga Australia, tetapi juga bagi masyarakat Indonesia.

“hari ini kami datang untuk mengenang mereka. Ini hari yang sangat sedih, bukan hanya bagi orang Australia, tapi juga bagi orang Indonesia. Semua nama yang ada di sini sangat menyayat hati,” ujarnya saat ditemui di lokasi.

Bagi Paul, tradisi meletakkan bunga di monumen ini adalah cara sederhana untuk mengenang para korban, sebagaimana tradisi penghormatan di negaranya. Ia juga menyampaikan harapan agar perdamaian dunia terus terjaga dan tragedi serupa tak pernah terulang lagi.

“Perdamaian. Saya tidak meminta apa-apa untuk diri saya sendiri. Ya, perdamaian. Bukan hanya di sini, tapi di seluruh dunia. Supaya kita tidak perlu lagi mengalami hal seperti itu,” imbuhnya.

Sementara itu, Pendeta Jonathan Suharto, selaku panitia acara sekaligus Wakil Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Badung, menjelaskan bahwa kegiatan doa bersama ini rutin digelar setiap tahun sebagai wujud solidaritas lintas agama dan bangsa.

Baca Juga :  Pemanfaatan Dana BKK Melalui Program “Badung Angelus Buana”, Membangun Jembatan Hingga Perbaikan Belasan Ruas Jalan Rusak di Empat Kabupaten

Tahun ini, acara yang bertemakan “Doa untuk Bumi, Perdamaian, dan Sesama”, diharapkan agar perdamaian di Bali, Indonesia, maupun di dunia terus terpelihara.

“Kita sepakat untuk mengadakan doa perdamaian, bukan peringatan. Dunia saat ini tengah diwarnai situasi konflik dan peperangan, sehingga dari monumen ini, bersama tokoh agama, masyarakat, dan pemerintah, kita berdoa agar bumi selalu diberi kedamaian,” ujarnya.

Pendeta Jonathan menegaskan bahwa pihaknya sengaja tidak menggunakan istilah peringatan dalam kegiatan ini. Menurutnya, kata tersebut berpotensi mengingatkan luka lama yang menyakitkan bagi keluarga korban.

“seolah-olah hal yang menghancurkan diperingati. Mungkin ada pihak yang tidak bertanggung jawab merasa senang dengan itu, tapi kita tidak ingin seperti itu. Karena itu, istilahnya kita ganti menjadi Doa Perdamaian untuk Bumi dan Sesama,” tegasnya.

Ia juga berharap agar para wisatawan tidak merasa khawatir berkunjung ke Bali. Menurutnya, dengan semangat persatuan dan keharmonisan antarumat beragama di Indonesia, Bali akan tetap menjadi tempat yang aman dan damai.

Acara doa perdamaian yang dipimpin oleh FKUB Badung ini turut dihadiri oleh Konsul Jenderal Australia Jo Stevens, Konsul Jenderal Jepang Miyaka Katsutoshi, Konsul Jenderal Inggris Nigel Greetham, serta perwakilan dari BNPT dan LPSK.

Related Posts