
Bank Sampah Dusun Muliawan Jadi Solusi Cerdas Atasi Sampah Anorganik di Denpasar Barat
Denpasar-kabarbalihits
Permasalahan sampah anorganik masih menjadi tantangan besar di kawasan perkotaan, termasuk di Desa Tegal Kertha, Kecamatan Denpasar Barat. Menyadari hal tersebut, masyarakat Dusun Muliawan menghadirkan solusi inovatif melalui pembentukan Bank Sampah, yang kini berkembang menjadi gerakan pemberdayaan masyarakat sekaligus pelestarian lingkungan.
Program Bank Sampah Dusun Muliawan mendapat pendampingan dari Tim Pengabdian kepada Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Warmadewa (Unwar), di bawah bimbingan Dr. I Ketut Kasta Arya Wijaya, SH., M.Hum. Berkat kolaborasi ini, bank sampah yang berdiri sejak 2017 tersebut mengalami transformasi signifikan, khususnya setelah para anggota dan pengurus mendapatkan pelatihan serta pendampingan intensif.
“Melalui program ini, kami tidak hanya menyasar aspek lingkungan, tetapi juga mengedukasi warga bahwa sampah bisa menjadi sumber daya ekonomi. Kini masyarakat mulai melihat sampah sebagai peluang usaha,” ujar Dr. Kasta Arya Wijaya.
Pendampingan dilakukan melalui penyuluhan, Focus Group Discussion (FGD), dan bimbingan teknis. Dari kegiatan tersebut, lahir sejumlah capaian penting.
Pertama, meningkatnya pemahaman warga mengenai konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dan pentingnya pengelolaan sampah ramah lingkungan. Kedua, lahirnya produk daur ulang bernilai jual, seperti pot tanaman dari botol bekas, tas dari kemasan plastik, hingga kerajinan tangan kreatif yang kini mulai dipasarkan secara lokal.
Dari sisi kelembagaan, Bank Sampah Dusun Muliawan juga berhasil menyusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Keberadaan aturan ini memperkuat tata kelola organisasi dan mempermudah koordinasi antaranggota. Selain itu, terjalin pula kemitraan strategis antara masyarakat, pemerintah desa, dan akademisi, yang memperkokoh keberlanjutan program dalam jangka panjang.
Selain lingkungan yang lebih bersih dan tertata, program ini juga menghadirkan manfaat ekonomi langsung bagi warga. Sampah yang dulunya dianggap limbah kini mampu diolah menjadi produk bernilai ekonomi. Pendapatan tambahan ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Lebih jauh, kebiasaan memilah sampah sejak dari rumah tangga kini semakin meningkat. Volume sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) berkurang signifikan, sehingga kualitas lingkungan Dusun Muliawan menjadi lebih sehat.
Ke depan, tim pengabdian bersama pengurus Bank Sampah akan melaksanakan tahap lanjutan berupa pelatihan inovasi produk daur ulang, perluasan jaringan pemasaran, serta penguatan sistem digitalisasi pencatatan sampah. Program ini juga diharapkan bisa direplikasi oleh dusun maupun desa lain di Kota Denpasar.
“Dengan sinergi warga, pemerintah, dan akademisi, Dusun Muliawan telah membuktikan bahwa pengelolaan sampah dapat menjadi gerakan ekonomi sirkular. Tidak hanya menjaga kebersihan lingkungan, tetapi juga mendorong produktivitas serta kesejahteraan masyarakat lokal,” tutup Kasta.(r)