
Mahasisya Upanayana UNHI Denpasar 2025, Momentum Transisi Akademik dan Inovasi Pembelajaran
Denpasar-kabarbalihits
Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar kembali menggelar Mahasisya Upanayana 2025, sebuah tradisi akademik yang menjadi pintu gerbang bagi mahasiswa baru untuk memasuki dunia perguruan tinggi. Acara pembukaan berlangsung pada Senin, 25 Agustus 2025 di lapangan kampus UNHI Denpasar, ditandai dengan pelepasan burung oleh Rektor UNHI, Prof. Dr. drh. I Made Damriyasa, M.S., bersama jajaran wakil rektor, ketua yayasan, serta para dekan di lingkungan UNHI Denpasar.
Mahasisya Upanayana merupakan istilah khusus yang digunakan UNHI untuk menyebut kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB). Meski namanya berbeda, esensi kegiatan tetap sama, yakni memberikan bekal bagi mahasiswa baru dalam proses transisi dari SMA/SMK menuju dunia perkuliahan, sembari menanamkan nilai-nilai luhur almamater dan budaya akademik.
Dalam sambutannya, Rektor UNHI, Prof. Damriyasa menegaskan bahwa tahun ini Mahasisya Upanayana memiliki makna yang lebih luas karena dilaksanakan di tengah masa transisi sistem pembelajaran. UNHI kini mengadopsi model pembelajaran bauran (blended learning) yang memungkinkan mahasiswa mengikuti perkuliahan secara luring, daring, maupun kombinasi keduanya.
“Selain mahasiswa reguler yang hadir secara langsung, Universitas Hindu Indonesia juga menyiapkan pembelajaran secara bauran. Jadi tidak semua mahasiswa baru bisa mengikuti Mahasisya Upanayana tahun ini secara tatap muka, karena ada yang akan berproses melalui sistem daring,” jelasnya.
Selain blended learning, UNHI juga menerapkan Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL). Melalui RPL, pengalaman belajar atau kerja sebelumnya dapat diakui sebagai kredit perkuliahan. “Kedua program ini menjadi unggulan kami dalam meningkatkan akses pendidikan tinggi bagi masyarakat,” lanjutnya.
Prof. Damriyasa menekankan, kedua program tersebut memiliki dasar hukum yang kuat sebagaimana diatur dalam Permenristekdikti Nomor 53 Tahun 2023. Dari sisi fasilitas, UNHI telah mempersiapkan smart classroom dan learning management system (LMS) yang memadai, serta telah memperoleh rekomendasi dari Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah VIII untuk menyelenggarakannya.
“Dengan sistem ini, mahasiswa UNHI siap mengikuti pembelajaran sesuai perkembangan teknologi informasi, meskipun berbasis pada pendidikan keagamaan Hindu,” ungkapnya.
Rektor UNHI juga membuka peluang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk bergabung. Pendaftaran mahasiswa baru masih dibuka, tidak hanya untuk masyarakat Hindu, tetapi juga bagi seluruh warga non-Hindu yang ingin menempuh pendidikan di kampus UNHI.
Lebih jauh, ia menyoroti program Satu Keluarga Satu Sarjana yang digagas Pemerintah Provinsi Bali bekerja sama dengan 28 perguruan tinggi. Program ini memberikan bantuan biaya hidup bulanan sebesar Rp. 1.400.000 bagi mahasiswa yang kuliah di Denpasar dan Badung, serta Rp. 1.300.000 untuk mahasiswa yang kuliah di Karangasem dan Buleleng.
“Ini program luar biasa untuk meningkatkan motivasi masyarakat Bali melanjutkan pendidikan tinggi. Untuk UNHI sendiri, kami menyediakan kuota 50 mahasiswa. Saat ini hampir penuh, tetapi jika ada kuota tersisa di perguruan tinggi lain, UNHI siap mengisinya,” ujar Prof. Damriyasa.
Menurut Ketua Panitia, Putu Lakustini Cahyaningrum, S.Si., M.Si., Mahasisya Upanayana tahun ini diikuti oleh 307 mahasiswa baru, terdiri dari 287 mahasiswa S1 reguler dan 20 mahasiswa D4 dari seluruh fakultas di UNHI.
Rangkaian kegiatan telah dimulai sejak Jumat, 22 Agustus 2025 dengan pembagian atribut dan pengelompokan mahasiswa baru. Pada Sabtu, 23 Agustus 2025, bertepatan dengan Tilem Sasih Karo, dilaksanakan Pawintenan sebagai bentuk penyucian diri sebelum memasuki dunia perkuliahan.
Selanjutnya, mulai Senin, 25 Agustus hingga Rabu, 27 Agustus 2025, kegiatan berlangsung di tingkat universitas. Pada Kamis, 28 Agustus 2025, acara dilanjutkan di fakultas masing-masing, dan ditutup dengan Tirta Yatra ke Pura Agung Kentel Gumi, Klungkung, pada Jumat, 29 Agustus 2025.
Lakustini menambahkan, kegiatan ini tidak sekadar seremonial, melainkan dirancang untuk memberikan bekal menyeluruh kepada mahasiswa baru. Materi pembekalan mengacu pada pedoman PKKMB Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi 2025.
Beberapa materi utama yang disampaikan antara lain, Sistem Pendidikan Tinggi di Indonesia oleh LLDIKTI Wilayah VIII, Nilai budaya, etika, tata krama, dan norma kehidupan kampus, Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan (K3L), Wawasan kebangsaan, bela negara, dan pendidikan anti-korupsi bekerja sama dengan POLDA Bali, Pendidikan di era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0, Etika penggunaan teknologi informasi, Kewirausahaan mahasiswa, Pencegahan penyalahgunaan narkoba oleh BNN Provinsi Bali, Organisasi dan kegiatan kemahasiswaan dan materi berupa Pengenalan Sistem Informasi UNHI.
Para narasumber berasal dari kalangan internal kampus maupun lembaga eksternal, sehingga mahasiswa baru mendapatkan wawasan yang berimbang dan aplikatif.
Mahasisya Upanayana di UNHI Denpasar bukan hanya sekadar orientasi mahasiswa baru, melainkan ritual akademik dan budaya yang mengakar. Tradisi ini dipandang penting untuk menyiapkan generasi muda menghadapi tantangan global, tanpa melupakan identitas kultural dan spiritual.
“Ini adalah momentum bagi mahasiswa baru untuk mengenal dunia kampus, memahami sistem pembelajaran, dan mulai menanamkan nilai akademis sekaligus kebebasan akademik,” tegas Prof. Damriyasa.
Dengan perpaduan antara tradisi Hindu, inovasi teknologi, serta dukungan pemerintah, Mahasisya Upanayana UNHI 2025 menjadi bukti nyata komitmen kampus dalam mencetak generasi unggul, berkarakter, dan siap berkontribusi bagi bangsa. (kbh2)


