October 12, 2025
Politik

Bawaslu Temukan Dua Nama Pemilih Meninggal Masih Tercantum di Data Pemilih

Bangli – kabarbalihits

Dua nama pemilih yang telah meninggal dunia ditemukan masih tercantum dalam data pemilih di Kabupaten Bangli. Temuan itu diungkapkan langsung oleh Koordinator Divisi Pencegahan, Partisipasi Masyarakat dan Hubungan Masyarakat Bawaslu Provinsi Bali, Ketut Ariyani, saat melaksanakan uji petik bersama Bawaslu Bangli di kawasan Demulih, Kecamatan Susut, Jumat (1/8/2025).

Ariyani menjelaskan, kedua pemilih tersebut telah meninggal dunia pada bulan September dan November 2024, dan bahkan telah memiliki akta kematian. Fakta ini menjadi sorotan serius terkait masih lemahnya akurasi data pemilih yang digunakan dalam proses Pemilu.

“Ini menunjukkan bahwa masih terdapat ketidaksesuaian antara kondisi faktual di lapangan dengan data yang digunakan dalam daftar pemilih,” ungkap Ariyani.

Menurutnya, temuan semacam ini bukan sekadar kesalahan administratif. Jika dibiarkan, bisa membuka peluang manipulasi yang merusak integritas pemilu.

“Ini menyangkut hak pilih, menyangkut marwah demokrasi. Ketika orang yang sudah meninggal masih punya hak suara di atas kertas, maka ada sesuatu yang keliru dan perlu segera diperbaiki,” tegas srikandi Bawaslu Bali itu.

Ariyani juga meminta jajarannya di Bangli untuk segera menyampaikan saran perbaikan kepada KPU Kabupaten Bangli. Ia menekankan bahwa hak konstitusional warga negara hanya sah jika berangkat dari data yang benar.

“Ini bukan soal angka, tapi soal kehendak rakyat. Dan kehendak rakyat hanya bisa diwakili jika datanya benar-benar mencerminkan realitas,” tambahnya.

Uji petik ini merupakan bagian dari pengawasan melekat terhadap proses pemutakhiran data pemilih berkelanjutan. Ariyani mengingatkan bahwa demokrasi bisa runtuh bukan karena hal besar, tapi dari kelalaian kecil yang terus dibiarkan.

“Data pemilih adalah jantung demokrasi. Bila jantungnya bermasalah, maka seluruh tubuh demokrasi bisa lumpuh,” tandasnya.

Baca Juga :  Golkar Di Petang Mulai Bangkit, Ratusan Kader Hadiri Konsolidasi Partai Jelang Pemilu 2024

Bagi Bawaslu, demokrasi bukan hanya tentang mencoblos di hari H. Ia dimulai dari kerja-kerja sunyi, menelusuri hingga ke tingkat paling dasar, memastikan bahwa satu suara benar-benar milik satu warga negara, yang masih hidup, hadir, dan berhak memilih. (r)

Related Posts

Bawaslu Temukan Dua Nama Pemilih Meninggal Masih Tercantum di Data Pemilih

Bangli – kabarbalihits

Dua nama pemilih yang telah meninggal dunia ditemukan masih tercantum dalam data pemilih di Kabupaten Bangli. Temuan itu diungkapkan langsung oleh Koordinator Divisi Pencegahan, Partisipasi Masyarakat dan Hubungan Masyarakat Bawaslu Provinsi Bali, Ketut Ariyani, saat melaksanakan uji petik bersama Bawaslu Bangli di kawasan Demulih, Kecamatan Susut, Jumat (1/8/2025).

Ariyani menjelaskan, kedua pemilih tersebut telah meninggal dunia pada bulan September dan November 2024, dan bahkan telah memiliki akta kematian. Fakta ini menjadi sorotan serius terkait masih lemahnya akurasi data pemilih yang digunakan dalam proses Pemilu.

“Ini menunjukkan bahwa masih terdapat ketidaksesuaian antara kondisi faktual di lapangan dengan data yang digunakan dalam daftar pemilih,” ungkap Ariyani.

Menurutnya, temuan semacam ini bukan sekadar kesalahan administratif. Jika dibiarkan, bisa membuka peluang manipulasi yang merusak integritas pemilu.

“Ini menyangkut hak pilih, menyangkut marwah demokrasi. Ketika orang yang sudah meninggal masih punya hak suara di atas kertas, maka ada sesuatu yang keliru dan perlu segera diperbaiki,” tegas srikandi Bawaslu Bali itu.

Ariyani juga meminta jajarannya di Bangli untuk segera menyampaikan saran perbaikan kepada KPU Kabupaten Bangli. Ia menekankan bahwa hak konstitusional warga negara hanya sah jika berangkat dari data yang benar.

“Ini bukan soal angka, tapi soal kehendak rakyat. Dan kehendak rakyat hanya bisa diwakili jika datanya benar-benar mencerminkan realitas,” tambahnya.

Uji petik ini merupakan bagian dari pengawasan melekat terhadap proses pemutakhiran data pemilih berkelanjutan. Ariyani mengingatkan bahwa demokrasi bisa runtuh bukan karena hal besar, tapi dari kelalaian kecil yang terus dibiarkan.

“Data pemilih adalah jantung demokrasi. Bila jantungnya bermasalah, maka seluruh tubuh demokrasi bisa lumpuh,” tandasnya.

Baca Juga :  Bupati Sanjaya Ucap Syukur di Pura Luhur Dalem Pesiatan

Bagi Bawaslu, demokrasi bukan hanya tentang mencoblos di hari H. Ia dimulai dari kerja-kerja sunyi, menelusuri hingga ke tingkat paling dasar, memastikan bahwa satu suara benar-benar milik satu warga negara, yang masih hidup, hadir, dan berhak memilih. (r)