October 1, 2025
Daerah Seni Budaya

“Pasir Ukir”, Kritik Lembut Seniman Muda Badung Membius Ribuan Penonton

Denpasar – kabarbalihits

Ribuan pasang mata terpukau pada Kamis malam (17/7/2025) di Panggung Terbuka Ardha Candra, saat Reksadana (Pergelaran) Pementasan Seni Pertunjukan Kolosal Berbasis Tradisi Seniman Muda Kabupaten Badung menghadirkan karya bertajuk “Pasir Ukir”.

Bukan sekadar tontonan, pertunjukan kolosal berdurasi sekira satu jam ini dikemas dengan cerita fiksi yang sarat makna. “Pasir Ukir” menjadi jeritan kolektif generasi muda, menyampaikan kritik sosial yang menyoroti bahaya sampah dan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan.

Tentunya garapan seni ini memanjakan mata dengan suguhan seni tradisi, pertunjukan kolosal ini pun menebar pesona melalui gerak tari modern yang berpadu harmonis dengan teknologi. Cahaya menari mengikuti irama musik, mencipta suasana magis yang membuat ribuan pasang mata tak henti berdecak kagum. Dalam permainan warna dan denting nada, panggung pun seolah hidup, membawa penonton larut dalam kisah yang dituturkan tanpa kata.

Ditemui sebelum pertunjukan dimulai, Ketua Umum Seniman Badung, Kadek Karunia Artha mengatakan, ide garapan seni berasal dari bentuk topografi wilayah Badung, dimana bagian Utara Badung terdapat pegunungan dan sisi selatan Badung membentang luas lautan yang keduanya dimaknakan sebagai ‘kekerthian’ (keseimbangan).

“lautan dan gunung ini sumber kekerthian di jagat Kabupaten Badung. Laut sebagai sumber pendapatan sektor pariwisata dan gunung sebagai ketahanan pangan,” ucapnya.

Karya ini dikemas dari cerita fiksi, dimana Pasir dan Ukir adalah kisah tentang dua anak kembar yang lahir dari cahaya Ibu Pertiwi. Pasir dari lautan dan Ukir dari gunung yang tumbuh terpisah tanpa mengetahui ikatan darah di antara mereka. Dimana Pasir dan Ukir diutus untuk menyelamatkan dunia dari bahaya sampah yang berasal dari perkotaan.

Ketika kerakusan manusia mengoyak tatanan alam, menyebabkan bencana dan kepunahan, keduanya dipertemukan oleh takdir untuk mengemban Dharma pemulihan semesta. Dalam semangat Jagat Kerthi, ajaran luhur untuk memuliakan dan menjaga keseimbangan alam semesta, mereka bersama menanam harapan baru melalui reboisasi, konservasi air, dan edukasi ekologi.

Baca Juga :  Somasi Tak Digubris, MKKBN Polisikan PHDI dan MDA Bali

“topik permasalahan mereka adalah masalah sampah yang ada di bumi ini, ternyata sampah ini berasal dari perkotaan. Jadi Pasir dan Ukir diutus untuk menyelamatkan dunia dari sampah itu sendiri,” jelasnya.

Kisah ini menggugah kesadaran bahwa bumi bukan untuk dieksploitasi, tetapi dijaga dengan cinta, agar generasi mendatang mewarisi bukan kehancuran, melainkan kehidupan yang harmoni.

Juga dikatakan, garapan ini mengungkapkan kritik sosial tentang masalah sampah. Dipandang permasalahan sampah ini bukan hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah namun kesadaran dari individu bersama.

Garapan Pasir Ukir ini dipersiapkan selama tiga bulan yang melibatkan 120 orang, terdiri dari 45 penari 45 penabuh, dan sisanya merupakan tim produksi. Kendala pun ditemui saat mengumpulkan keseluruhan seniman dan tim, namun dengan komitmen yang kuat garapan kolosal ini berhasil berjalan sesuai harapan.

Diharapkan generasi muda kedepannya menjadi tumpuan terhadap pelestarian seni budaya. Baginya ajang tahunan Pesta Kesenian Bali (PKB) adalah ranah konservatif dan pelestarian.

“saya harap dengan adanya PKB bisa menumbuhkan bibit-bibit seniman muda yang ada di Bali,” harapnya.

Tidak hanya dari pengunjung PKB puas akan pertunjukan kolosal ini, Wakil Gubernur I Nyoman Giri Prasta yang turut menghadiri pun memberikan apresiasi dan memuji garapan seni muda Badung. Nantinya karya ini diminta untuk tampil kembali di ajang Festival Bali Jani, karena dipandang dapat memberikan motivasi dari semua lini.

“tema yang disampaikan sangat luar biasa sekali, maka saat festival Bali Jani akan ditampilkan kembali,” pungkas Wagub Giri Prasta. (kbh1)

Related Posts