
Sanggar Seni Tindak Alit Bangkitkan Warisan Leluhur Lewat Parade Nglawang di PKB ke-47
Denpasar-kabarbalihits
Suasana di Taman Budaya Provinsi Bali kembali bergemuruh pada Sabtu (12/7), saat Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47 menghadirkan Utsawa (Parade) Nglawang dari Duta Kabupaten Badung. Kali ini, giliran Sanggar Seni Tindak Alit, Banjar Sengguan, Kelurahan Sempidi, Kecamatan Mengwi yang menghidupkan suasana dengan semangat warisan budaya leluhur.
Parade Nglawang yang dibawakan oleh Sanggar Seni Tindak Alit mengangkat judul “Nangiang Warih”, yang berarti membangkitkan kembali warisan. Pertunjukan ini bukan sekadar atraksi, tetapi sebuah upaya nyata untuk menggali kembali kekayaan budaya yang pernah bersinar di masa lalu. Hal itu disampaikan langsung oleh pemilik sanggar, I Putu Candra Pradhita seusai pementasan.
“Untuk pertunjukan kali ini kami mengambil spirit dari sebuah pertunjukan barong yang pernah dibawakan di Desa Sempidi pada tahun 1960. Kami bangkitkan lagi pertunjukan itu dengan sentuhan baru tanpa menghilangkan esensinya,” ujar Candra.
Lebih istimewa lagi, Sanggar Seni Tindak Alit mengajak tiga seniman senior yang dulu pernah tampil dalam pertunjukan tahun 1960 tersebut. Ketiganya kini turut serta dalam parade ini, menari kembali dalam bentuk bondres dengan karakter jenaka khas Bali, seraya bernostalgia dan membagikan cerita mereka sebagai saksi hidup kejayaan seni masa lalu.
“Senior kami yang sudah sepuh, kami ajak ikut bernostalgia di Art Center ini. Mereka menceritakan kenangan masa lalu melalui gerak dan ekspresi dalam tari bondres. Ini bukan sekadar pertunjukan, tapi juga penghormatan atas dedikasi mereka dalam dunia seni,” jelas Candra.
Momen ini menjadi wujud nyata regenerasi dan kontinuitas dalam seni pertunjukan Bali. Generasi muda sanggar tampil penuh semangat, sementara para senior menularkan semangat dan pengalaman mereka, menjadikan pertunjukan ini sarat makna dan emosi.
Namun, di balik keberhasilan tersebut, Candra juga menyampaikan harapan dan kritik konstruktif terhadap penyelenggaraan PKB. Ia berharap ke depan, persiapan teknis pertunjukan dapat dikelola secara lebih profesional. Hal ini termasuk penyediaan sound system yang memadai dan dukungan logistik lainnya, agar dedikasi seniman yang telah berbulan-bulan mempersiapkan diri benar-benar mendapat panggung yang layak.
“Meski ngelawang biasanya tidak menggunakan sound system karena dilaksanakan di jalan, konteks PKB ini berbeda. Ini tentang mempersembahkan kesenian Bali di level tertinggi. Maka, perlu ada keseriusan dalam memfasilitasi para pelaku seni,” tegasnya.
Candra menekankan pentingnya menjadikan PKB bukan sekadar ajang rutin tahunan, tetapi sebagai wadah menyuguhkan pertunjukan yang benar-benar berkualitas dan berkesan.
“Ayo, kita jadikan PKB ini sebagai panggung yang sesungguhnya. Bukan hanya sekadar lewat. Walaupun kami hanya parade ngelawang, kami ingin menunjukkan sesuatu yang benar-benar profesional dan bermutu,” pungkasnya.
Penampilan Sanggar Seni Tindak Alit pun ditutup dengan gemuruh tepuk tangan penonton yang terhanyut dalam suasana nostalgia dan semangat pelestarian budaya. PKB ke-47 tidak hanya menjadi perayaan seni, tetapi juga ruang penyambung lintas generasi, menghidupkan warisan, dan menyulut api semangat baru dalam jagat seni pertunjukan Bali. (kbh2)


