October 28, 2025
Daerah

Sekaa Gong Wira Agra Kusuma Getarkan Panggung Ardha Candra di Ajang PKB ke-47

Denpasar – kabarbalihits

Panggung terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Provinsi Bali, kembali bergemuruh dalam kemeriahan Utsawa (Parade) Gong Kebyar Dewasa dalam rangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47. Jumat (11/7) malam, Sekaa Gong Wira Agra Kusuma, Banjar Tengah, Desa Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal, duta Kabupaten Badung, tampil memukau dalam penampilan yang sarat makna dan nuansa spiritualitas lokal.

Hadir langsung menyaksikan penampilan megah ini, Gubernur Bali, I Wayan Koster, bersama Bupati Badung, I Wayan Adi Arnawa, turut memberikan apresiasi tinggi atas dedikasi dan mutu pertunjukan yang ditampilkan. Ribuan masyarakat Bali dari berbagai kalangan juga memadati Panggung Terbuka Ardha Candra Art Center, menjadikan suasana malam itu penuh semangat, haru, dan kebanggaan atas warisan seni budaya yang agung.

Sekaa Gong Wira Agra Kusuma menyuguhkan tiga karya unggulan yang membuktikan kualitas musikalitas sekaligus memperlihatkan kedalaman nilai-nilai budaya yang masih dipegang erat oleh masyarakat Bali, khususnya Desa Blahkiuh. Ketiga karya yang ditampilkan bukan hanya hiburan, namun juga menjadi wahana kontemplasi kolektif tentang hubungan manusia, alam, dan spiritualitas.

Penampilan pertama adalah Tabuh Nem Lelambatan Periring Kreasi bertajuk “Giri Kusuma”. Karya ini tidak hanya menghadirkan keindahan musikal, tetapi juga membawa penonton pada perenungan akan eksistensi dan rasa syukur terhadap alam semesta. Melalui alunan gamelan yang ritmis dan harmonis, tetabuhan ini menyampaikan pesan filosofis mendalam: “Gemah ripah loh jinawi, asing tinandur sarwa mupu, asing inolah sarwa nadi.” Sebuah penggambaran ideal tentang kehidupan yang makmur, seimbang, dan harmonis antara manusia dengan alamnya.

Giri Kusuma sendiri mengandung makna sebagai semangat lokal yang religius, sebuah spirit yang menyatukan masyarakat Desa Blahkiuh dalam satu nafas keberagaman menuju kehidupan yang damai, tertib, dan penuh rahmat (tata tentrem kerta raharja). Komposisi ini menjadi cermin dari keberhasilan masyarakat dalam menjaga warisan budaya sekaligus menjadi ungkapan syukur atas keberlangsungan kehidupan melalui seni.

Karya kedua yang dipersembahkan adalah Tari Kreasi Kekebyaran bertajuk “Kakundur”. Tarian ini merupakan hasil sublimasi dari semangat, kekuatan spiritual, dan energi budaya masyarakat Desa Blahkiuh. Kakundur menggambarkan kekuatan simbolik dari sosok Hyang Ratu Panji yang berstana di Pura Luhur Giri Kusuma, menjadi inspirasi utama dari tarian yang sarat dengan gerak khas dan hentakan ritmis penuh daya.

Dalam setiap geraknya, Kakundur mengandung elemen cak yang kuat, bukan sekadar sebagai ritme vokal, tetapi menjadi denyut nadi spiritual yang menghubungkan para penari dengan energi leluhur. Tari ini bukan hanya sebuah atraksi visual, melainkan merupakan perwujudan pusaka budaya yang menari dalam ruang waktu, menyuarakan semesta dan menjaga keberlangsungan nilai-nilai spiritual Desa Blahkiuh di tengah arus modernisasi.

Sebagai penutup yang mengguncang batin dan penuh refleksi, Sekaa Gong Wira Agra Kusuma membawakan sebuah karya fragmentari berjudul “Sabda Prawara”. Karya ini menghadirkan kisah yang menggugah tentang kekuasaan, cinta, pengkhianatan, dan pertarungan batin yang berakar dalam sejarah dan mitologi. Di balik kemegahan tahta dan harum mahkota, terkandung bara ambisi dan hasrat yang membakar diam-diam, begitu kira-kira pesan mendalam dari fragmentari ini.

Sabda Prawara adalah narasi tentang jiwa yang diuji di tengah dilema kekuasaan dan kebenaran. Ketika cinta harus bersujud di hadapan politik, bukan restu yang hadir, tetapi malapetaka. Dalam lakon ini, mantra sakral dan pusaka suci menjadi simbol dari pertarungan spiritual dalam medan perang batin, menggambarkan bagaimana sabda dari seorang raja mampu membelokkan takdir sebuah bangsa.

Lewat dialog yang puitis dan gerakan teatrikal yang kuat, karya ini menyajikan refleksi mendalam tentang pentingnya Dharma, nilai kebenaran dan keadilan yang harus dijunjung tinggi bahkan dalam situasi yang paling kelam sekalipun. Sabda Prawara tidak hanya meninggalkan kesan estetika, tetapi juga menghadirkan pertanyaan filosofis yang menggema di hati penonton jauh setelah pertunjukan usai.

Ketiga karya ini berhasil mengukuhkan Sekaa Gong Wira Agra Kusuma sebagai salah satu duta seni terbaik dari Kabupaten Badung. Penampilan mereka tak hanya memikat secara artistik, tetapi juga menunjukkan bagaimana seni pertunjukan Bali mampu menjadi ruang spiritual, sosial, dan edukatif bagi masyarakat.

Baca Juga :  Sukses Gelar Pengabdian di Yayasan Pasraman Gurukula Bangli, Menteri Bintang Puspayoga Apresiasi Kiprah Fakultas Sastra Unwar

PKB ke-47 sekali lagi membuktikan fungsinya sebagai panggung besar bagi seni tradisi Bali untuk terus hidup, berkembang, dan menggugah kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga warisan budaya. Sekaa Gong Wira Agra Kusuma dari Desa Blahkiuh telah menorehkan prestasi, bukan hanya di atas panggung, tetapi juga dalam sejarah perjalanan seni budaya Bali yang luhur dan mendalam. (kbh5)

Related Posts