
VLOGGING di Objek Wisata Sangeh, Salah Satu Output Pengajaran Bahasa Inggris Komunikatif Berbasis Wisata Budaya
Badung-kabarbalihits
Inovasi dalam pengajaran bahasa terus dikembangkan guna menjawab kebutuhan zaman. Salah satu upaya tersebut dilakukan oleh tim pengabdian kepada masyarakat yang diketuai oleh Dr. Anak Agung Istri Manik Warmadewi, S.S., M.Hum., bersama Dr. Dra. Made Susini, M.Hum. dan Ar. Anak Agung Gede Raka Gunawarman, S.T., M.T. Mereka menggagas kegiatan bertajuk “Pengajaran Bahasa Inggris Komunikatif Berbasis Wisata Budaya” yang dilaksanakan bersama English Club SMA Negeri 1 Abiansemal.
Program pengabdian ini bertujuan meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris siswa melalui pendekatan berbasis kearifan lokal, khususnya pariwisata budaya. Dalam pelaksanaannya, siswa diajak langsung ke lapangan untuk mengasah keterampilan bahasa Inggris melalui metode pembelajaran berbasis proyek (project-based learning).
Salah satu bentuk implementasi nyata dari program ini adalah kegiatan vlogging di objek wisata Sangeh Monkey Forest, kawasan wisata yang terkenal dengan hutan pala dan kera ekornya yang jinak. Di lokasi ini, para siswa membuat video berbahasa Inggris dengan menjadikan keunikan dan daya tarik wisata Sangeh sebagai topik utama.
Setiap kelompok siswa ditugaskan untuk menyusun konsep, menulis skrip, mempresentasikan informasi, hingga menyunting video yang menampilkan keindahan dan nilai budaya kawasan Sangeh. Kegiatan ini tidak hanya menuntut kemampuan linguistik, tetapi juga keterampilan berpikir kritis, kerja sama tim, dan kemampuan teknologi media.
Dr. Anak Agung Istri Manik Warmadewi menyampaikan bahwa pendekatan ini memberi ruang bagi siswa untuk belajar bahasa Inggris secara komunikatif. “Bahasa tidak bisa dikuasai hanya dengan teori. Butuh praktik nyata. Dengan vlogging, siswa belajar berbicara, berpikir, dan menyampaikan informasi dalam konteks nyata,” jelasnya.
Hasilnya, kegiatan ini mampu mendorong peningkatan signifikan dalam kemampuan berbicara dan pemahaman siswa terhadap penggunaan bahasa Inggris dalam situasi sehari-hari. Selain itu, siswa juga lebih memahami pentingnya menjaga dan melestarikan budaya lokal sebagai bagian dari identitas mereka.
Dengan adanya pengabdian ini, DTW Sangeh tidak hanya menjadi tempat wisata, tetapi juga ruang edukatif yang mendorong sinergi antara dunia pendidikan, pelestarian budaya, dan promosi pariwisata lokal. Kegiatan serupa diharapkan terus berlanjut dan berkembang ke destinasi-destinasi budaya lainnya di Bali.
Melalui kegiatan ini, tim pengabdian telah membuktikan bahwa pendidikan yang kontekstual dan berbasis budaya mampu memberikan dampak positif bagi siswa sekaligus bagi masyarakat sekitar.