July 11, 2025
Daerah Seni Budaya

Sanggar Seni Candrawangsa Banjar Dalem Harumkan Badung Lewat Pagelaran Gamelan Inovatif di PKB ke-47

Denpasar – kabarbalihits

Sanggar Seni Candrawangsa Banjar Dalem, Desa Angantaka, Kecamatan Abiansemal, tampil memukau dalam ajang Rekasadana (Pagelaran) Gamelan Inovatif serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47 yang digelar di Kalangan Angsoka, Taman Budaya Art Center Denpasar, Jumat (4/7). Membawakan karya bertajuk “Tapa Prakerti”, sanggar ini sukses menghipnotis ratusan penonton yang memadati arena pertunjukan.

Penampilan Candrawangsa mewakili Kabupaten Badung sebagai duta dalam salah satu program unggulan PKB, yakni Rekasadana, yang menjadi wadah eksplorasi musikal dan garapan karawitan inovatif para seniman muda Bali.

Koordinator 2 Sanggar Tabuh Candrawangsa, I Gede Ananta Diparesta, menjelaskan bahwa konsep “Tapa Prakerti” diangkat dari nilai-nilai spiritual Hari Raya Nyepi, khususnya makna mendalam dari Catur Brata Penyepian. Judul ini menggambarkan perjalanan spiritual menuju kesucian dan harmoni dengan alam semesta, melalui pengendalian diri (tapa) dan kembali ke sifat murni (prakerti).

“Konsep ini lahir dari kesadaran akan pentingnya alam untuk beristirahat dan manusia untuk kembali pada jati diri spiritualnya. Tapa Prakerti melahirkan tiga garapan musik inovatif: Swara Pawitri, Suda Prawerti, dan Tepa Slira,” jelas Ananta Diparesta.

Garapan pertama, Swara Pawitri, menggambarkan getaran suara yang lahir dari kesadaran spiritual, menjadikan musik sebagai persembahan suci kepada Sang Hyang Widhi. Karya ini mengalun dengan laras, irama, dan rasa yang selaras, meniru suasana sakral prosesi melasti yang menyucikan diri menjelang Nyepi.

Disusul oleh Suda Prawerti, garapan kedua yang terinspirasi dari prosesi Tawur Kesanga. Karya ini menggambarkan kehancuran akibat keserakahan manusia, lalu berpindah ke kesadaran untuk membersihkan diri dan lingkungan. “Ini adalah tapa palemahan, bukan hanya membersihkan tanah dan air, tetapi juga pikiran dan niat,” ujar Ananta. Kata “suda” berarti membersihkan, sementara “prawerti” bermakna alam, menjadi simbol ajakan menyucikan kembali hubungan manusia dengan alam.

Baca Juga :  Sanggar Citta Usadhi Badung Obati Kerinduan Lewat Arja Klasik “Sirnaning Dirada Sungsang” di PKB ke-47

Garapan pamungkas, Tepa Slira, mencerminkan kondisi sosial saat malam Pengerupukan, khususnya euforia pengarakan ogoh-ogoh. Karya ini menyuarakan introspeksi, tenggang rasa, dan kesadaran akan makna hidup di tengah gemuruh dunia yang sarat konflik. “Ketika manusia lebih sigap mencela daripada merangkul, makna hidup mulai tergerus,” imbuh Ananta.

Selama hampir satu jam pertunjukan, penonton tampak antusias dan larut dalam alunan musik inovatif yang dikemas dengan koreografi yang ekspresif serta tata panggung yang artistik. Mereka tetap setia menyaksikan hingga pementasan usai.

Penampilan Sanggar Candrawangsa membuktikan bahwa generasi muda Badung mampu menyuguhkan karya inovatif tanpa kehilangan akar budaya. Apresiasi pun mengalir dari para penonton, yang mengagumi kedalaman filosofi serta kekuatan musikal dari setiap garapan.

Pagelaran ini tidak hanya menjadi ajang pertunjukan seni, tetapi juga wahana edukasi spiritual dan lingkungan melalui bahasa karawitan yang dikemas secara kontemporer. Sanggar Seni Candrawangsa pun berhasil membuktikan bahwa seni tradisi dapat terus hidup, berkembang, dan memberikan pesan yang kuat bagi masyarakat luas, khususnya generasi muda.

Dengan penampilan luar biasa ini, Candrawangsa tidak hanya membawa harum nama Banjar Dalem dan Desa Angantaka, tetapi juga memperkokoh posisi Kabupaten Badung sebagai salah satu daerah penghasil seniman muda berbakat di Bali. (kbh1)

Related Posts